Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Kamis, 30 Mei 2013

Konsep Arsitektur Indonesia:Beberapa Tokoh Arsitek Indonesia dan Karyanya (11)

Pada tulisan terdahulu tentang arsitektur telah dijelaskan  teori dan konsep arsitektur, (lihat dan klik di sini) Pada kesempatan ini kita akan melihat contoh-contoh bagaimana praktisi arsitek menggunakan konsep-konsep dan teori desain itu untuk karyanya. Khususnya  bagi pelaku/tokoh arsitektur Indonesia. Beberapa diantaranya yang akan diuraikan adalah :
Yuswadi Saliya,  M. Ridwan Kamil,  Baskoro Tedjo,  Alexander Santoso, Achmad D. Tardiana, Eko Purwono, Acmad Noe’man, Basauli Umar Lubis dan sebagainya.

Вы можете узнать, как концепции и теории архитектуры принятые индонезийского архитектора и его применение в архитектурных работах.


你可以学习如何架构的概念和理论,通过印尼建筑师和建筑作品及其应用。


Anda dapat mempelajari bagaimana konsep-konsep serta teori arsitektur yang dianut oleh arsitek Indonesia dan penerapannya pada karya arsitektur.

11.   Budi Pradono (1970....)




Konsep Desain: arsitektur hijau’

Budi Pradono adalah seorang arsitek muda yang memenangkan banyak penghargaan lewat konsep ‘arsitektur hijau’. Pada tahun 2005 karyanya pernah diliput a+u, majalah arsitektur dan urbanisme Jepang yang menjadi benchmark bagi para arsitek. Bukan saja karena publikasi tersebut selalu mengangkat isu terkini dan menampilkan karya spektakuler arsitek dunia, tapi juga karena penyebarannya yang mendunia.
Menurut Budi profesi arsitek saat ini sedang mengalami tekanan yang kuat untuk melakukan perubahan besar dalam metode merancang dan juga melakukan absorbsi teknologi yang cepat agar dapat menghasilkan rancangan yang kontemporer yang berorientasi pada Arsitektur Hijau (green architecture), yang lebih tanggap pada isu-isu lingkungan. Saat ini Best Practice selalu dikaitkan dengan etika arsitek dalam mengantisipasi pemanasan global, penghematan energi, dan pengelolaan lingkungan yang lebih bertanggungjawab.
Saat menjelaskan tentang green design, Budi Pradono menggunakan contoh-contoh dari desain yang ia hasilkan, baik yang menurutnya ‘green’ atau ‘tidak green’. Profesi arsitek dewasa ini menuntut kita untuk melihat ‘green’ sebagai kesatuan dalam desain bangunan, dimana sekarang ini banyak award khusus diberikan pada bangunan yang ‘green’ dengan berbagai kriteria. ‘Green’ dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Ukuran ‘green‘ ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau.
Budi Pradono menjelaskan tentang konsep ‘green‘ dalam rancangannya melalui contoh, misalnya pada rancangan Bloomberg Office, dimana diterapkan desain yang mendukung pencahayaan alami dapat bermanfaat untuk keseluruhan lantai kantor, penggunaan alat yang dapat mendeteksi cahaya alami untuk mengurangi penggunaan pencahayaan buatan, yang merupakan salah satu contoh efisiensi pencahayaan.

Biodata
Nama : Budi Pradono
Lahir  : Salatiga, Jawa Tengah 1970

Pendidikan dan karir 
·         1995        lulusan Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
·         1995 – 1996     Bekerja di Biro Arsitek Beverley Garlick Architects, Sydney
·         1996 – 1999     Bekerja di Konsultan Desain Internasional
·         1999                  Mendirikan Biro Arsitek Budi Pradono
·         1999 – 2000     Mengajar di Jurusan Arsitektur Universitas Indonesia, Jakarta
·         2000 – 2002     Bekerja di Kengo Kuma & Associates, Tokyo
·         2002 – 2003     Menyelesaikan program Pasca Sarjana di Berlage Institute, laboratory
                               of architecture, Rotterdam
Award
  •      1993 Meraih Juara kedua untuk Dani Tropy in the National Student Architecture Competition. “Conservation Of The Dani tribe settlement”, Irian Jaya, Indonesia
  •       1993 Pemenang hadiah utama dari National Architectural Design Competition for the Loji Kecil Area of Yogyakarta
  •      2000 Penghargaan sebagai Arsitek Muda Berbakat dalam The Bunka Cho fellowship (Japan Architecture Institute)
  •      2000 Finalis The “City for All “Desain Kota Dirgantara – Halim, Jakarta
  •       2004 Pemenang Proyek Leisure Future Project, City Scape Architectural Review Award Dubai for Restaurant at Jimbaran, Bali
  •      2004 Pemenang Proyek komersial, City Scape Architectural Review Award Dubai for Tetaring Kayumanis Restaurant Nusa Dua, Bali
  •       2005 Meraih Juara ketiga One Stop Shopping Gallery Jakarta Kota, Architectonia Indonesia Design Magazine
  •       200 Honourable mention, Penghargaan AR  untuk Emerging Architecture, London

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda, jika ingin menggunakan emotion, silahkan klik emotionnya, dan kopy paste kodenya dalam kotak komentar

Sering dilihat, yang lain mungkin juga penting