Automatic translation of this blog page: Terjemahan otomatis blog ini

Minggu, 03 Juni 2012

Elemen dasar dan Prinsip Penyusunan Seni Rupa dan Desain Serta Teori Pendukungnya


Contoh pembangkit bentuk 3 D melalui batang sedotan

艺术与设计理论和支持者的基本要素和原则编制 
Подготовка основные элементы и принципы искусства и дизайна Теория и сторонников
कला और डिजाइन सिद्धांत और समर्थकों के बुनियादी तत्वों और सिद्धांतों की तैयारी
Oleh   Nasbahry Couto
24 Agustus 2012 (revisi Oktober 2020  untuk tidak salah tafsir)
Pendidikan seni rupa dan desain sekarang ini ada dalam posisi yang agak meragukan. Terutama jika arah  yang diajarkan kepada murid dalam kegiatan dasar-dasar seni rupa dan desain hanya untuk modus ekspresi dan estetika (modus Formalisme). Pada hal dasar-dasar pengetahuan ilmu seni rupa dan desain adalah basis dari industri negara maju. Untuk mengetahui lebih lanjut bisa ditelusuri dari buku (1) Design and Technology in the Primary School: Case Studies for Teachers atau buku Callaway,Gloria, Teaching Art and Design Primary Scholl , atau YvonneGaudelius, Peg Speirs,Contemporary issues in art education, Sebenarnya, ada bagian-bagian dari pembelajaran seni rupa yang logis dan menyadarkan anak-anak tentang lingkungan (benda, rumah, alam dsb) dan hal ini tidak selalu ada hubungannya dengan estetik  lihat  artikel ini Penekanan estetika di pelajaran nirmana pada seni dan desain itu sangat labil dan relatif. Misalnya dalam artikel " Nirmana 3d (Trimatra); Menjelajahi Dimensi Ketiga" entah dari mana muncul ilmu baru bahwa Prinsip prinsip Nirmana 3d itu adalah (1) Haptic (sentuhan), (2) Prinsip prinsip Nirmana 3d, (3) Form Follows Function, (4) Ergonomic / Ergonomis, (4) Proporsi, pada nirmana 3d dan refrensinya tentu saja Wucius Wong, walaupun Wucius Wong tidak ada menyatakan begitu. Jadi  ada kecendrungan mengarang karena malas membaca.Seni rupa dan desain memang bisa bertukar arah, hal ini bukan hanya tergantung niat pelaksana pendidikan, tetapi juga di dalam materi/substansi pengetahuannya bisa berbeda. Misalnya pengetahuan tentang prinsip estetika atau prinsp organisasi elemen seni (formalisme). 

Umumnya kajian tentang elemen seni, seni rupa maupun prinsip penyusunannya  bisa rancu. Lihat saja karangan tentang ini maupun buku standar yang dikeluarkan oleh PDK RI, kemudian isi mata kuliah yang disebut Nirmana Datar, Nirmana Ruang, Rupa Dasar, Seni Rupa, Dasar Visual dan sebagainya. 

Kenapa membingungkan? Apa artinya Nirmana ? Apakah dari bahasa Sangsekerta ?  Istilah ini sebenarnya muncul dari Bandung sekitar tahun 70-an, yang kemudian menyebar ke Tri Sakti, Gunadharma, ISI Jogya dsb, sampai-sampai Uji Kompetensi sertifikasi untuk Seni Rupa Guru SMK/MAK  dan Seni Budaya SMP/SMA /SMK untuk tahun 2012 masih menganggap ilmu/istilah  ini adalah dasar bagi pelajaran seni rupa dan desain sebagai pengganti kata desain dua dan tiga dimensi karangan Wucius Wong (dosen dari Hongkong) yang mungkin kurang tepat. Tetapi apakah istilah nirmana ini benar? Uraian di bawah mungkin dapat meluruskan atau justru mengacaukan atau memperumit masalah ini.
Catatan
Asal-usul kata Nirmana (bhs.sangsekerta) 
1) nir : tidak, bebas;
Contoh:
niradara: tidak dengan sopan, kurang ajar; nirantara: tidak berapa lama lewat, sebentar; nirasa : tidak enak, tak ada rasanya; nirsraya: melajang, tidak kawin, membujang; nirbawa: tak berwibawa; nirbaya: tidak bahagia; nirbaya, nirbita : lepas dari mara bahaya; nirdaya: hilang tenaga; nirdon: tiada hasilnya, gagal, urung, tak berguna; nirmala: selamat, lepas dari kecelakaan; nirwèsthi: tidak takut bahaya; nirwikara: tak berubah, tabah, berani 
2)mana : angan-angan, hati; manaduganda: menyetujui, memuji; manadukara : menyetujui, memuji; manakawan: menjadi abdi, pengiring; manasija: cinta, kekasih; manasika : menganiaya; manastapa: berduka cita; manasuka: siapa yang suka; mana wibawa: sombong 
Nirmana = artinya bebas mengungkapkan angan-angan. berarti sesuatu yang kudapat dari inderaku lalu kulepaskan lagi dalam jalur kata-kata
Nirmana Datar = bebas mengungkapkan angan-angan di atas bidang datar, nirmana ruang = bebas mengungkapkan angan-angan di dalam ruang.1) 
Timbul pertanyaan, apakah istilah "bebas berangan-angan" cocok dengan istilah desain yang artinya rancangan atau merancang ? Misalnya rancangan dua dimensi dan desain tiga dimensi seperti yang terdapat dalam buku Wucius Wong Principles of Two-Dimensional Design dan Principles of Three-Dimensional Design.  Rasanya tidak. Bukan berarti dalam merencang itu tidak bebas berkreasi, tetapi kedua perkataan ini antara nirmana dengan desain itu dapat berbeda maksudnya.
1. Memahami Persepsi manusia : Melihat Sesuatu 

Cara pandang manusia terhadap benda atau objek yang dihadapinya (1) melalui kata -kata atau semiotik, yaitu dia memberi nama/ istilah terhadap apa yang dilihatnya, (2) cara yang kedua adalah dengan melihat kesatuan bentuknya, yang terakhir ini disebut melihat secara visual dan Gestalt. Para ahli menyebutnya sebagai  melihat secara Gestalt.  Yaitu melihat elemen visual dan dan  kesatuannya  yang disebutnya bentuk. Cara pandang ini bisa juga disebut dengan cara pandang konvergensi.  Semua  aliran seni yang berbeda-beda cara pandangnya sama setuju dengan pendapat ini. Terutama bidang seni rupa yang alat utamanya adalah mata untuk melihat atau rupa yang terlihat. Namun yang bermasalah jika sebaliknya, yaitu dalam hal memecah sesuatu yang bersifat visual menjadi elemen-elemen, atau cara pandang divergensi.

2. Masalah Elemen atau Unsur Bentuk yang Terkecil

 Anak-anak saat melihat seekor ayam, hanya dapat melihat beberapa elemen saja, misalnya paruh, sayap, ekor dan kaki, walaupun disuruh berjam-jam untuk melihat ayam, dia tidak akan melihat adanya sisik, kelenjar minyak, tembolok dan sebagainya. Hanya orang dewasa yang telah melihat/mempelajari lebih banyak tentang ayam saja yang dapat menjelaskan “elemen” ayam secara detil.

Unsur atau bisa juga disebut elemen visual , adalah cara manusia melihat (mempersepsi) bagian terkecil dari karya seni dan desain. Dan karena cara persepsi ahli yang berbeda dapat berbeda, tafsirannya juga berlainan. Secara alamiah memang terdapat perbedaan persepsi setiap orang, misalnya makin banyak pengetahuannya tentang yang dilihatnya, berarti makin banyak elemen yang dilihatnya. Jadi ada hubungan antara “melihat dan mengetahui”.

Hal yang sama juga berlaku dalam melihat  sesuatu misalnya seorang mahasiswa yang baru belajar tentang seni lukis, berjam-jam jika disuruh untuk menjelaskan adanya “massa” di dalam karya lukis tidak akan berhasil. Kebanyakan kita salah dalam menafsirkan “kebutaan” orang terhadap apa yang dilihat. Hanya orang yang terlatih dan berpengetahuan luas yang dapat menjelaskan elemen seni secara detail. Oleh karena itu kita masuk ke uraian elemen dasar seni rupa yang dapat diamati.[1]

3. Perbedaan dalam Melihat Elemen

Salah satu prinsip untuk memahami seni rupa yaitu, semakin banyak elemen dasar seni rupa yang dapat diceritakan maka semakin kaya kosa kata seni yang dapat diungkapkan melalui kata-kata. Kemampuan mengungkapkan kosa kata seni visual ini hanya dapat diperoleh pada orang-orang yang memahami bagaimana cara mengungkapkan elemen –elemen seni rupa yang dilihatnya melalui kata-kata. Uraian di bawah ini dapat membuktikan hal itu itu.  

Sebagai contoh, menurut Rathus (1994) seorang ahli seni melihat elemen karya seni itu lebih banyak lagi (ada 15 buah). Diantara elemen yang dapat dilihat itu  diperincinya sebagai berikut ini. lihat buku (Rathus, Louis Fichner. 1994. Understanding Art, New Yersey: Englwood Cliffs, Prentice Hall, Inc)
  1. Garis
  2. Rupa (Bentuk)
  3. Warna dan Cahaya (Sinar)
  4. Karakter dan atau Perlambangan Warna
  5. Dimensi Psikologis Warna
  6. Warna Komplementer versus Analogus
  7. Warna Pigmen lawan Warna Optik
  8. Tekstur
  9. Massa
  10. Ruang
  11. Tumpang-Tindih bentuk
  12. Ukuran Relatif dan Perspektif Linear
  13. Perspektif Atmosfir
  14. Waktu dan Gerak
Dan coba bandingkan pula dengan apa yang disebut elemen seni rupa oleh Jirousek, Charlotte, 1995. dalam blognya Art design and visual thinking (1995), dia menyebut elemen desain sebagai elemen dasar seni rupa yaitu berikut ini.
  1. Point 
  2. Line 
  3. Form, shape and space
  4. Movement 
  5. Color
  6. Pattern
  7. Texture
Coba bandingkan dengan link ke Quizlet ini (klik kanan untuk ke tab baru)

Coba bandingkan elemen yang dimaksud Rathus di atas dengan  elemen dasar seni dan prinsip penyusunan elemen seni oleh  Pennsylvania Department of Education (klik ini) atau di https://static.pdesas.org/content/documents/Academic_Standards_for_the_Arts_and_Humanities.pdf



• Elements
  1. Dance: • energy/force • space • time
  2. Music: • duration • intensity • pitch • timbre
  3. Theatre: • scenario • script/text • set design
  4. Visual Arts: • color • form/shape • line • space • texture • value
• Principles
  1. Dance: • choreography • form • genre • improvisation • style • technique
  2. Music: • composition • form • genre • harmony • rhythm • texture
  3. Theatre: • balance • collaboration • discipline • emphasis • focus • intention • movement • rhythm • style • voice
  4. Visual Arts: • (1) balance • (2) contrast • (3) emphasis/focal point • (4) movement/rhythm • (5) proportion/scale • (6) repetition • (7) unity/harmony
Orang Indonesia juga bebas untuk menyatakan apa itu elemen-elemen seni sehingga dapat meramaikan daftar di atas. Dan dengan demikian maka  istilah Nirmana nampaknya cocok bagi mereka untuk mempelajarinya sebagai sebuah pelajaran yang membingungkan. Dengan istilah Nirmana Setiap ahli dan setiap orang bebas  memberikan nama dan bebas pula menggunakan elemen visual yang dilihatnya atau sesuai dengan pendapatnya. Lalu  bebas pula melakukan praktiknya.

Untuk melihat beberapa perbedaan di dalam membahas masalah  ini, coba bandingan beberapa konsep dan prinsip yang berlaku di Indonesia (tentang Nirmana Datar/Nirmana Ruang) dengan konsep lainnya seperti di bawah ini.

Tabel 2.
 Perbedaan antara  Teori Wucius Wong (HongkonG) dengan Wallscleider  (Jerman)

Teori Nirmana  Wucius Wong
Teori Pembangkit Bentuk (Form Generator) Wallscleider (1991),
1
Melihat fenomena Rupa hanya sebagai bidang dan Ruang
Melihat sebuah rupa atau karya sebagai bentuk yang di bangkitkan (form generation/ form generator) dari pemecahan sesuatu masalah (problem solving)
2
Membagi unsur visual itu sebagai (unsur visual dua dimensi dan unsur visual tiga dimensi)
Membagi unsur visual  itu sebagai (1) dasar unsur visual seperti (titik, garis dan bidang (plane) dengan (2) atribut visual dan atribut fisik (warna, raut (shape) tekstur, dimensi, proporsi, skala, nada, arah (direction), antropometri dan stabilitas visual
3
Karya hanya dilihat sebuah komposisi yang dihasilkan konsep  estetik
Karya bukan dilahirkan semata oleh konsep estetik, tetapi juga oleh konsep dan aspek lain yang bekerja, misalnya aspek ekonomi, komunikasi, fungsi, struktur, material, dsb. yang disebut dengan aspek penentu (preskiptif)
4
Karya dilihat sebagai sebagai unity dan akibat prinsip komposisi dua dan tiga dimensi. Unity adalah akibat komposisi
Unity adalah karya itu sendiri yang berbeda-beda secara individual, misalnya lukisan, patung, keramik, arsitektur, furniture, poster, dsb. Uniti = unit karya. 
Tetapi karya tidak selalu dilihat sebagai unity, misalnya sebaran elemen dalam majalah atau koran  hanya dilihat sebagai peletakan elemen yang cocok, hal ini berbeda saat melihat dg interpretasi Gestalt
5
Membatasi dimensi sampai 3 dimensi
Dapat sampai 4 dimensi, yaitu dimensi waktu, misalnya saat melihat bentuk bergerak dalam animasi
6
Melihat perubahan bentuk hanya sebagai gaya (style)

Melihat perubahan bentuk sebagai transformasi bentuk

Tabel 3.

Elemen Dasar Visual Dua Dimensi dan Tiga Dimensi dari Pembangkit Bentuk (Form Generator) Wallscleider (1991)          

Atribut Elemen Dasar Visual

Elemen Visual Dua Dimensi

Atribut Visual

Atribut Fisik

Inggris

Indonesia

Inggris

Indonesia

Inggris

Indonesia

1

Point

Titik

Tone, dan Color

Nada dan warna

x

x

2

Line

Garis

Tone, color, tekstur, dimension, Length, direction

Nada, warna, dimensi (panjang dan arah)

Tone, color, tekstur, dimension, Length, direction

Nada, warna, dimensi (panjang dan arah)

3

Plane

Bidang /Raut/Bentuk

Tone, color, tekstur, dimension, (Length, direction)

Shape (direction, Visual stability)

Proportion

Nada, warna, Tekstur Visual, dimensi (panjang dan arah)

Raut (direction, Visual stability)

Proporsi

 

Size,

Scale

Shape,

Dimension, Proportion

 

Ukuran,

Skala

Dimensi

Proporsi

Elemen Fisik

Atribut Visual Fisik

Aplikasi Atribut Fisik

4

Volume And Structure

Volume Dan Struktur

sda

sda

Sda +

Human dimension, Antropometry

 

Sda


Titik tidak memiliki atribut fisik, kecuali dalam interpretasi. Perbedaaan teori selama ini yang berlaku adalah saat menjelaskan elemen visual benda fisik oleh Wallscleider (1991), bergeser kepada atribut fisik dan keduanya bisa bercampur. 

Saat membahas Volume dan struktur Wallscleider melepaskan diri dari interpretasi visual dan secara logis melihatnya dari segi fisik seperti volume dan struktur. Disini bedanya dengan  Wucius Wong (1977), yang masih berkutat dengan interpretasi visual saat menjelaskan volume dan struktur melalui istilah-istilah seperti. (1) Unsur Konsep, (2) Unsur Rupa, (3) Unsur Pertalian, (4) Unsur Peranan (Fungsi) seperti yang terlihat di bawah ini. Perbedaan kedua konsep dasar visual ini dapat dilihat pada tabel 


Tabel 4. 
Kosa kata Penting Teori Desain Dua Dimensi dan Desain Tiga Dimensi Wucius Wong (1977)



Elemen Dasar rupa dua Dimensi
Elemen Dasar Rupa Tiga Dimensi

Elemen
Keterangan

Keterangan
1
Unsur Konsep (dianggap abstrak)
Titik
Unsur Konsep
Titik
Garis
Garis
Bidang
Bidang
Gempal (volume)
Gempal (volume)
2
Unsur Rupa (dianggap ada)
Raut
Unsur Rupa
Raut
Ukuran
Ukuran
Warna
Warna
Barik
Barik
3
Unsur Pertalian
Kedudukan
Unsur Pertalian
Kedudukan
Arah
Arah
Ruang
Ruang
Gaya Berat
Gaya Berat
4
Unsur Peranan
Imba/ ikon, menyerupai bentuk alam
Unsur Ragang

Unsur Ragang memiliki nilai racana, dan terutama penting untuk memahami bentuk geometri.  emua unsur ragang digunakan untuk menunjukkan komponen geometri sebuah rancang trimatra. (a.) Sudut - sudut terbentuk jika beberapa bidang bertemu pada 1 titik konsep. Sudut dapat menjorok ke luar atau ke dalam. (b.) Garis potong dua sisi dibentuk oleh dua bidang tak sejajar yang bertemu sepanjang garis konsep.(c.) Sisi - bidang konsep yg menjelma menjadi permukaan. Sisi adalah permukaan luar yg melingkupi gempal.

Pesan/ makna
Tugas/fungsi




Sebagaimana diketahui, istilah-istilah yang dipakai dalam bahasa inggris dari buku Wucius Wong  diterjemahkan oleh Drs. Adjat Sakri (alm), yang juga dosen penulis tahun 1973 di ITB Bandung. Istilah-istilah seperti "Gempal, Raut, Barik dan Ragang adalah istilah yang muncul dari  beliau.

Teori Wallscleider, seyogyanya melengkapi teori Nirmana yang kurang lengkap, sebab penciptaan karya seni tidak sebatas pencarian aspek estetik saja

Dasar Konsep Elemen Visual

Pada tahun 1920-an, Paul Klee seorang seniman dan guru master   pada sekolah Bauhaus di Jerman, mengembangkan teori pembangkit bentuk yang dimulai dari titik (point) sebagai agen utama dari pembangkit bentuk. Dalam sebuah tulisan dia menjelas teorinya melalui konsep- konsep sebagai berikut : (gambar 1.1)

  1. Sebuah titik sebagai sebuah agen dapat bergerak menghasilkan sebuah garis, dia memiliki satu dimensi. 
  2. Sebuah garis dapat meciptakan bentuk bidang yang disebut sebagai berdimensi dua (2 D). 
  3. Gerakan dari bidang dalam ruang dapat mem- bentuk ruang 3 dimensi. 
  4. Gerakan dari ruang dapat membentuk ruang lain
Disimpulkannya bahwa  gerakan  perpindahan dari titik menjadi garis, garis menjadi bidang dan bidang menjadi ruang 3 D adalah gerakan kinetik (gerak fisik ). ( Paul Klee, The Thinking Eye, ( New York, Paul Wittenborn, Inc; 1961.p.24).

Titik dipahami sebagai unsur yang memiliki satu atribut, yang mengindikasikan posisi atau lokasi. Karena secara konseptual sebuah titik tidak memiliki panjang dan lebar. Bagaimanapun juga sebuah titik harus memiliki lebar dan panjang minimal, namun hal itu tidak dapat dirasakan. 
Jika sebuah titik pindah dari posisi aslinya ke lain tempat dalam ruang, dia membentuk garis. Arah gerakan garis dalam membentuk bidang haruslah satu arah. 

Bidang yang terbentuk memiliki dimensi panjang dan lebar, tetapi dia tidak memiliki dimensi kedalaman (depth). Bidang ini memiliki raut (shape), raut yang spesifik diikat oleh garis yang melingkari raut secara spesifik pula.Volume atau body, disebut oleh Klee sebagai hasil langsung dari bidang yang bergerak kepada posisi baru dalam ruiang 3 dimensi. Jika garis membentuk sebuah bidang, sebuah bidang tidak lagi bergerak sesuai dengan gerak garis, tetapi bergerak dalamarah yang berbeda baru dapat menghasilkan ruang, jika dia bergerak dengan gerakan yang sama dengan gerakan garis maka yang dihasilkan adalah sebuah bidang yang lebih besar. 

Teori Klee ini sebenarnya adalah teori yang disebut Wallscleider (1991), sebagai teori kinetik atau gerak, teori ini berlaku baik secara konseptual maupun secara fisik, sedangkan teori baru seperti yang dikemukakan oleh Wallscleider (1991), adalah teori turunan bentuk. 

Artinya, titik membentuk garis bukan oleh karena adanya gerakan kinetik, tetapi titik berfungsi sebagai medium pembangkit bentuk lain (bisa garis, bidang ataupun ruang). Titik dapat menciptakan ruang, bidang ataupun garis. Teori Klee, adalah sebuah pandangan baru pada jamannya, tetapi pandangan yang lebih baru, muncul sebagai penyempurna pandangan Klee yang lama itu. Dengan pandangan ini maka teori pembangkit bentuk maupun kreasinya bisa lebih bebas. Konsep ini dapat menjelaskan kenapa terdapat kebebasan untuk menciptakan kreasi baru dari elemen yang terbatas


Prinsip Organisasi Elemen Visual Modus  Formalisme (Mungkin khusus hanya untuk Seni Rupa)
Penganut nirmana datar dan nirmana ruang cendrung melihat organisasi visual hanya dari segi estetis, dimana kesatuan organisasi yang lebih enak dipandang mata lebih penting seperti bagan di bawah ini.



Menurut model yang diperlihatkan pada gambar di atas, pembangkit bentuk disusun melalui media, element-elemen seni, dan prinsip-prinsip organisasi, dengan memakai keseimbangan (balance), gerak (movement), proporsi (proportion), dominan (dominance) dan ekonomi untuk menghasilkan  kesatuan. Model ini dan  salah satu yang dikembangkan yang setara/sejajar dengan dengan konsep–konsep baru. Konsep dan prinsip ini diklarifikasi oleh penulis Ocvirk, Stinson, Wigg, and Bone dalam bukunya Art Fundamentals sebagai berikut:
Artists are visual formers with a plan. With their materials they arrange the elements (lines. shapes, values. textures, and colors) for their structure. the elements they use need to be controlled, organized, and integrated. Artist manage this through the binding qualities of the principles of organization: harmony, variety, balance, movement, proporton, dominance, economy, and space. The sum total of these, assuming the artist’s plan is successful, equals unity. Unity in this instance means oneness, an organization of parts that fit into the order of a whole and become vital to it. Form is the complete state of the wholle. The artist produces this overall condition using the elements of at structure, subject to the principles of organization. (Ocvirk,, Art Fundamentals (Dubuque JA: WM. C. Brown Publishers,1990), hal. 17.]
Menurut Wallschlaeger (1991) model dan prinsip (gambar di atas) ini bukanlah satu-satunya model untuk pembangkit bentuk sebab permasalahan pokok pembangkit bentuk bukan pada masalah penglihatan terhadap kesatuan elemen (unity), atau nilai-nilai estetik (aesthetica) seperti harmoni, keseimbangan yang terletak pada bidang datar ( Artists are visual formers with a plan ) seperti yang diuraikan Orvirk. Hal ini dapat dipahami teori unity (kesatuan bentuk) di atas ini hanyalah satu pokok soal saja yang berkaitan dengan masalah penglihatan dan pencitraan disamping  pokok soal lainnya yang berkaitan dengan pencitraan

Artinya, pokok soal ini dapat dipakai, namun banyak pokok soal lain yang perlu dikaji agar dapat memenuhi berbagai level kebutuhan, seperti masalah komunikasi, ekonomi, pengembangan material untuk industri dan sebagainya. Adanya perbedaan- perbedaan karakteristik ini, disebabkan adanya perbedaan masalah dan pengetahuan yang dikembangkan oleh designer, seniman, arsitek dan hal ini berhubungan dengan rambu-rambu dan teori yang melatar- belakanginya.

Formalisme:  Tujuh Prinsip Penyusunan Seni dan Desain

Ringkasnya, apa yang disebut formalisme itu menurut Marder, Lisa (2019) adalah pengetahuan tentang elemen-elemen seni dan prinsip-prinsip penyusunan  seni dan desain sebagai dasar dari bahasa yang kita gunakan untuk berbicara tentang seni. Lihat Marder, Lisa. (2018, Mei 22). Elements and Principlesfor Characterizing Variation. liveaboutdotcom. 

Dimana unsur seni adalah alat visual yang digunakan seniman untuk membuat komposisi. Ini adalah garis, bentuk, warna, nilai, bentuk, tekstur, dan ruang.Yaitu prinsip seni unutk merepresentasikan bagaimana seniman menggunakan elemen seni untuk menciptakan efek dan membantu menyampaikan maksud seniman. Prinsip seni dan desain adalah keseimbangan, kontras, penekanan, gerakan, pola, ritme, dan kesatuan / variasi.Penggunaan prinsip-prinsip ini dapat membantu menentukan apakah suatu lukisan berhasil, dan apakah lukisan itu selesai atau tidak.

Seniman memutuskan prinsip seni apa yang ingin dia gunakan dalam lukisan. Meskipun seorang seniman mungkin tidak menggunakan semua prinsip desain dalam satu karya, prinsip-prinsip tersebut saling terkait dan penggunaan salah satunya akan sering bergantung pada yang lain.Misalnya, seniman saat membuat penekanan, seniman  mungkin juga menggunakan kontras atau sebaliknya.Secara umum disepakati bahwa lukisan yang berhasil disatukan, sementara juga memiliki beberapa variasi yang diciptakan oleh area kontras dan penekanan; seimbang secara visual; dan mengarahkan pandangan pemirsa ke sekitar komposisi.Dengan demikian salah satu prinsip seni dapat mempengaruhi efek dan dampak yang lain.Ketujuh prinsip penyusunan seni dan desain itu menurut Lisa Marder adalah sebagai berikut ini. [[1]] 

1. Keseimbangan (Balance) mengacu pada bobot visual unsur-unsur komposisi. Ini adalah perasaan bahwa lukisan itu terasa stabil dan "terasa benar." Ketidakseimbangan menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pengamat. Balance/ Keseimbangan dapat dicapai dalam 3 cara berbeda: (1) Simetri, di mana kedua sisi komposisi memiliki elemen yang sama di posisi yang sama, seperti pada gambar cermin, atau dua sisi wajah.(2) Asimetri, di mana komposisi seimbang karena kontras dari setiap unsur seni. Misalnya, lingkaran besar di satu sisi komposisi mungkin diseimbangkan dengan kotak kecil di sisi lain (3) Simetri radial, di mana elemen berjarak sama rata di sekitar titik pusat, seperti pada ruji yang keluar dari hub ban sepeda.

2.Kontras (Kontras). Yaitu perbedaan antara unsur-unsur seni dalam suatu komposisi, sehingga masing-masing unsur dibuat lebih kuat dalam kaitannya dengan yang lain. Ketika ditempatkan di samping satu sama lain, elemen-elemen yang kontras memerintahkan perhatian  pengamat. Area kontras adalah di antara tempat pertama yang menarik perhatian  pengamat. Kontras dapat dicapai dengan menyandingkan setiap elemen seni. Ruang negatif/ positif adalah contoh kontras. Warna komplementer yang ditempatkan berdampingan adalah contoh kontras. Notan adalah contoh kontras. 

3.Penekanan  (Emphasis) Yaitu ketika seniman menciptakan area komposisi yang dominan secara visual dan menarik perhatian penonton. Ini sering dicapai dengan kontras.

4. Movement (Gerakan) adalah hasil dari menggunakan unsur-unsur seni sedemikian rupa sehingga mereka menggerakkan mata  pengamat  di sekitar dan di dalam gambar. Perasaan bergerak dapat diciptakan oleh garis-garis diagonal atau melengkung, baik nyata atau tersirat, oleh tepi, oleh ilusi ruang, oleh pengulangan, dengan pembuatan tanda yang energik. 

5.Pattern (Pola)  adalah pengulangan seragam dari setiap elemen seni atau kombinasi dari semuanya. Apa pun bisa diubah menjadi pola melalui pengulangan. Beberapa pola klasik adalah spiral, grid, tenunan/jalinan. 

6.  Ritme/ Irama, Yaitu   saat adanya kebutuhan membuat h gerakan yang tersirat melalui pengulangan unsur-unsur seni dengan cara yang tidak seragam tetapi terorganisir. Ini terkait dengan irama musik. Tidak seperti pola, yang menuntut konsistensi, ritme bergantung pada variasi.

7.  Kesatuan / Variasi. Yaitu saat seseorang  ingin lukisan Anda terasa bersatu sehingga semua elemen cocok bersama dengan nyaman. Terlalu banyak kesatuan menciptakan monoton, terlalu banyak variasi menciptakan kekacauan. Anda membutuhkan keduanya. Idealnya, Anda ingin bidang yang diminati dalam komposisi Anda bersama dengan tempat-tempat untuk mata Anda beristirahat. 

Menurut Lisa Marder[2], sejarah seni adalah sejarah evolusi yang terkait dengan formalisme dan keputusan tentangnya terkait dengan cara pandang seni yang telah menyebabkan mereka berubah dari waktu ke waktu.

 Saat munculnya  seni post moderen, formalisme di tolak dengan munculnyya konsep-konsep baru, yang dapat dilihat pada tulisan Gude,Olivia. (2020). Postmodern Principles.



[1] Marder, Lisa (2018/ revisi 2019), dari https://www.liveabout.com/principles-of-art-and-design-2578740

[2] Ibid.



Appropriation.

Contoh karya Postmoderen yang tidak lagi mengejar  komposisi model  formalisme, Prinsip seni postmodern yang pertama menurut Gude disebut  Appropriation. Appropriation artinya adalah “pemberian” atau “sumbangan”,  maksudnya adalah apa saja yang ada dilingkungan siswa dapat menjadi bahan dan objek karya seni. Yaitu dengan mendaur ulang bahan yang tersedia, baik sebagai material maupun subjek matter seni. Misalnya material barang cetakan sebagai bahan penyusun karya seni mereka. Bagi siswa,  rasa mendaur ulang terasa nyaman dan lumrah. Jika seseorang tinggal di hutan, kayu kemungkinan besar akan menjadi media bermain kreatif seseorang.

Jika seseorang tumbuh di dunia yang dipenuhi dengan gambar-gambar yang murah dan dapat dibuang, ini dengan mudah menjadi barang yang digunakannya untuk alat ekspresi kreatifnya sendiri. Uraian prinsip-prinsip pendidikan seni postmodern, selanjutnya dapat kita baca pada tulisan Gude, tetapi tidak akan diuraikan secara mendetail. Pada ininya  prinsip pendidikan seni posmodern mencari jalan keluar dari modus estetika formalisme yang kaku itu. Jadi Gude berpendapat Elemen dan prinsip desain tidak benar seperti yang diklaim penganut formalis sebagai yang— universal dan abadi.


 Prinsip Organisasi Visual  yang Sebenarnya dalam Berbagai Bidang Desain


Prinsip/ Konsep  organisasi elemen visual
Dapat Menciptakan/ membentuk
 Contoh
1. Organisasi Kode, tanda, Pesan, Lambang Komunikasi antar Manusia

Wallschlaeger (1991)
2.Organisasi Komunikasi
Piktografi
Komunikasi antar Manusia

Wallschlaeger (1991)
3.  Prinsip Organisasi Pembacaan Format Dua dimensi (visual literacy?)


   
 Contoh : Penyusunan elemen tombol atribut benda elektronik sistem pembacaan tombol dari kiri ke kanan. Contoh lain: tulisan arab di baca dari kanan ke kiri, tulisan Cina dari atas ke bawah, sistem pembacaan berpengaruh kepada penonjolan, dan penyusunan dan komposisi


Sistem Pembacaan objek pada bidang datar 
Gambar elemen dibaca, dilihat dan susun dari
1. Pusat pinggir
2. Kiri kekanan
3. Atas Bawah




















Wallschlaeger (1991)
4. Prinsip Organisasi Elemen
Kisi-kisi (Grids) vertikal, horizontal

   
Keteraturan, kemudahan membaca, contoh prinsip organisasi elemen pada design koran, majalah, buku, poster, bangunan, interior dsb


Contoh prinsip grid desain majalah
5. Prinsip organisasi posisi figur utama elemen pada bidang visual Wallschlaeger (1991)
Posisi elemen pada bidang gambar (bidang kerja)








            (Clip Arts)
6. Prinsip organisasi elemen dengan Kontras Visual Wallschlaeger (1991)
    
Kekontrasan, perbedaan, kelainan, keunikan, keganjilan (karya sofnir Ali)

Konttras visual, kontras warna





7. Prinsip Organisasi elemen Gestalt
"Gestalt" adalah kata dari bahasa Jerman yang tidak memiliki pada­nan yang tepat dalam bahasa Inggris, dimana dapat diartikan sebagai bentuk, raut, konfigurasi, dan pola yang ter­tutup. Yaitu sebuah pengorganisa­sian pen­glihatan manusia yang si­fatnya tertutup.



Gestalt melalui kemiripan warna
(karya Sofnir Ali)
8. Prinsip Organisasi Estetik Formalisme irama batang pohon(karya Sofnir Ali)



1) Keseimbangan
2) Kontras
3) Penekanan
4) Gerakan
5) Pola
6) Irama
7) Kesatuan



10) dan variasi






Irama, kontras,dg warna komplementer sumber: (vinaolivianadesign)



Dari gaftar di atas terlihat bahwa prinsip organisasi elemen visual ( dua dan tiga dimensi) tidak semata memakai prinsip estetik. Dapat di bayangkan bagaimana seorang desainer grafis atau desain komunikasi visual yang hanya memikirkan estetik, sedangkan dia harus bekerja di atas bidang kerja dengan sistem grid untuk sebuah majalah. Memang konsep estetik menjadi pemanis, tetapi bukan segalanya. Dalam meyusun elemen untuk tujuan kode, lambang atau komunikasi, maka seorang perancang tidak akan memikirkan irama atau estetik , tetapi bagaimana" elemen yang komunikatif dan dimengerti apa yang akan disampaikan kepada pengamatnya.


Friksi makna Prinsip Estetik atau Teori Estetik



Ada anggapan bahwa prinsip organisasi bentuk estetik (komposisi) nirmana di atas satu-satunya prinsip yang dipakai dalam berkarya, hal ini juga dipelajari pada tari, drama dan musik. Tapi itu bukan satu-satunya prinsip organisasi estetik pada bidang seni rupa. Dalam hal ini nampaknya ada pergeseran makna yang berlangsung ratusan tahun lamanya (friksi)

Asal-usulnya adalah pernyataan Aristoteles, dalam "Poetics", bahwa sebuah karya seni itu memiliki ciri-ciri misalnya (1) kesatuan organis, (mirip makhluk hidup) (2) "kompleksitas dan keberagaman", (3) "tema dan variasi tema" (misalnya dalam drama, lukisan), (4) "perkembangan atau evolusi", (5) "keseimbangan (balance)". Yang dimaksud Arsitoteles adalah ciri-ciri seni. yang kalau dipikir-pikir analog dengan tubuh manusia (yang indah?).

Friksi yang terjadi adalah jika “ciri-ciri seni” itu bergeser maknanya menjadi “prinsip-prinsip penciptaan”. Misalnya Eny Kusumastuti (2009) mengatakan bahwa dalam proses penciptaan sebuah karya seni mengandung ciri-ciri bentuk estetis yang dibahas oleh ahli estetik De Witt H. Parker dalam bukunya The Analysis of Art (The Liang Gie 1976: 48). Artinya, The Liang Gie, mengutip Parker, dan Parker mengutip lainnya, kutip mengutip ini dalam perjalanannya menggeser makna (arti) yang sebenarnya maksud Aristoteles. Yang dimaksud Arsitoteles adalah ciri-ciri seni.Apakah The Liang Gie atau Parker keliru menafsirkan ciri-cisi seni ini menjadi ciri-ciri estetik ?, penulis tidak bisa menjawabnya kecuali jika kita berdiskusi.

Mengenai "kesatuan organis seni" dia menjelaskan sbb.
"A work of art must have what Aristotle called “a beginning, a middle, and an end”; it must be unified, it must “hang together” as one entity. Everything, of course, has some degree of unity or other. Even a collection of things, such as a woodpile, has some unity in as much as it can correctly be called one thing: it is a collection, but it is a single collection. But the unity desired in works of art is much greater than this: it is more like the unity of the higher organisms in which every part functions not independently of the others but interdependently with them, and it is this interdependency of the parts that constitutes an organic unity. ............................Philosophers of art have often noted that the purest examples of organic unity in the universe are not organisms but works of art: here the interdependency of parts often achieves a state of such perfection that it could often be said, of a melody or a sonnet, that if this note (or word) were not there, in just the place that it is, the effect on the entire remainder of the melody or poem would be disastrous".
Jika kemudian ada bagian-bagian dari teori Aristoteles (ciri-ciri seni ini)  yang menjadi prinsip estetik seni rupa atau lainnya (nirmana, rupa dasar, dasar visual dsb), sebetulnya tidak menjadi masalah. Tetapi uraian ini ingin menjelaskan bahwa prinsip seni (yang disebutkan Aristoteles) kurang tepat dianggap sebagai prinsip estetik. Sebab prinsip estetik pada setiap jenis seni sebenarnya berbeda-beda sesuai perkembangan ilmu seni yang bersangkutan, prinsip estetik sastra  misalnya berbeda dengan prinsip estetik seni lukis walaupun ada unity, variasi dsb).

Dibawah ini adalah prinsip estetik seni rupa yang juga berasal dari era Yunani kuno (Golden section), contoh lain adalah prinsip organisasi estetik Fibonancy di abad ke 17, yang juga di pakai pada masa kini. Ini salah satu bukti pengertian "ciri seni" kemudian bergeser (terjadi friksi) menjadi "ciri estetik" yang pada masa kini menjadi (nirmana, rupa dasar, dasar visual). Pada hal, ada prinsip estetik, yang sebenarnya berbeda dengan prinsip-prinsip yang dimiliki seni.

Penerapan prinsip estetik Golden Mean pada komposisi lukisan. Sumber. Couto,N. 2008


Penerapan prinsip estetik Fibonacci pada komposisi lukisan. Howard David Jhonson (2006)

Beberapa Format Prinsip Pembangkit bentuk




Prinsip/Konsep Format 2 Dimensi
Jika ingin berhasil maka yang dipertimbangkan bukan semata estetik, tetapi juga logika, komunikasi, apa yang ingin disampaikan, apa yang ditangkap  mata pengamat. Pengetahuan ini sekarang berkembang, salah satunya disebut dengan "Eye Tracking" dengan alat tertentu ,terutama untuk menguji apa urutan gerak mata pengamat menangkap pesan visual.


Prinsip/Konsep Posisi pada desain 3 D
Posisi pengamat dan  posisi elemen pada ruang menentukan visualisasi, prinsip ini dapat menjelaskan kenapa pelukis berkata, ayo kita cari pemandangan yang indah (tempat yang paling baik untuk mengamati keindahan), dan kenapa desainer bangunan merancang bukaan jendela harus pada view yang paling baik


Prinsip/Konsep Posisi pada desain 3 D

Umumnya pengaturan elemen desain 3 D seperti interior, arsitektur dan desain lanskap, menganut prinsip pengaturan berdasarkan posisi antara lain : jarak, kedekatan fungsi, sirkulasi, orientasi, dsb.



Prinsip Organisasi Elemen  dengan  Kisi-kisi ( Grids) 
Poster klub sepak bola Yuventus 

Sistem grid memudahkan menyususun komposisi yang elemennya sangat beragam
Sistem grid pada layout majalah/ buku, sumber: Gavin Ambrose & Paul Harris,(2005)  Basic Design (Layout)



Prinsip Organisasi Elemen  dengan Gestalt dan Estetik (campuran)
Desain ini disusun melalui prinsip gestalt, yaitu melalui kedekatan dan kesamaan elemen, irama muncul melalui  gerakan dan pengulangan bentuk

Adanya perbedaan-perbedaan teori ini disebabkan adanya perbedaan masalah dan pengetahuan yang dikembangkan oleh desainer, seniman, arsitek dan hal ini berhubungan dengan rambu-rambu dan teori yang melatarbelakanginya. Model-model pemecahan masalah ini muncul dari evaluasi yang intensif terhadap permasalahan seni, desain dan arsitektur, akhirnya pengetahuan ini berkembang tidak hanya sebatas pengetahuan visual, tetapi meluas ke bidang lain seperti sosial, ekonomi, teknologi, komunikasi, dan teori informasi. 

Sebagai tambahan, 30 negara secara nasional dan internasional telah menggunakan program seni rupa, arsitektur dan desain dengan pengembangan model problem solving, jadi tidak terpaku kepada tujuan konsep visual semata, atau untuk tujuan ekspresi dan estetik saja. 

Informasi yang terkumpul dan tinjauan terhadap struktur, membantu untuk menghasilkan berbagai pertanyaan-pertanyaan. Jurusan desain tertentu dapat menyeleksi dan mengomunikasikan teori-teori atau konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang dapat membantu program yang sangat individual area studinya. Hal ini akan lebih berarti lagi jika ditunjang oleh pengalaman praktik dan dari berbagai informasi pengajaran di level dasar dan tinggi (undergraduate dan graduate) yang berkaitan dengan model-model problem solving ini.

Penafsiran Proses Pemecahan Masalah dan Model Turunan Bentuk Dasar Visual

 Beberapa ringkasan model problem-solving diperlihatkan, bahwa model-model problem solving dan pembangkit bentukini dapat dipakai sebagai acuan baru. Pertama, untuk pengajar seni, arsitektur dan desain, dapat digambarkan model  yang menjadi dasar bagi penyusunan program struktur kurikulum, kursus, dan pembelajarannya. Model ini berguna untuk menguraikan makna dan area yang berhubungan dengan konsep, teori, prinsip dan aturan serta proses-proses yang didasari pengetahuan interdisiplin dan juga komprehensif.

Kedua, untuk membantu anak didik memahami hal-hal terkait dengan  yang menjadi persyaratan pembelajaran materi ini antara yang bersifat umum dan yang bersifat spesifik.Uraian model ini membantu pengajar dan anak didik untuk bergerak dengan latihan latihan yang efisien dan efektif untuk menghasilkan kebutuhan akhir dari bentuk dua atau tiga dimensional di antara bidang-bidang tertentu seperti melukis, mematung, masalah struktur arsitektur dan produk interior atau komunikasi grafis. Dapat disimpulkan, bahwa model dasar pembangkit bentuk visual adalah sebagai berikut:
  1. Untuk mengidentifikasi dan mengorganisasikan  secara menyeluruh secara terstruktur permasalahan dasar elemen visual, atribut-atribut bentuknya, dan berbagai teori dan fenomena yang memberi pengaruh kepada proses pembangkit bentukbidang seni rupa, arsitektur, dan desain.
  2. Untuk memberikan bimbingan dalam tinjauan, dan menilai atau memodifikasi struktur sebuah program visual  yang dibutuhkan, tentang isi pembelajaran dan tujuan-tujuan instruksionalnya
  3. Untuk membantu mengidentifikasi area subjek matter (pokok persoalan) yang perlu ditambahkan kepadanya, dan memberikan penguatan kepada peringkat menengah maupun peringkat tinggi dari pendidikan seni rupa, arsitektur, dan desain.
  4. Untuk membantu dalam pembelajaran konsep-konsep, teori dan prinsip dalam seni rupa, arsitektur dan desain.
  5. Di samping itu juga untuk menjelaskan segenap informasi atau area pokok persoalan yang dapat ditambahkan atau disarikan kepada model ini, atau antara proses pemecahan masalah dan proses turunan bentuk, yang paralel satu sama lainnya pada model ini, yang dapat ditinjau dan diinterpretasikan  dengan berbagai cara.
Model yang diperlihatkan ini tidak lain untuk dipergunakan sebagai perencanaan yang lentur dan petunjuk jalan untuk mengorganisasikan hal-hal yang yang berkaitan dengan tujuan-tujuan perencanaan. Model ini juga memberikan sumbangannya untuk mengakomodasi tipe yang dihasilkan, misalnya pada sumber-sumber dan batasan waktu yang dimunculkan.

Pokok Soal (Subject Matter) Pembangkit bentuk Dasar Visual 

  Wallschlaeger (1991), mengindikasikan ada 10 model Pembangkit bentukVisual, bahwa kesatuan bentuk (Unity of form), sebagai ujud akhir secara fisik berhubungan dengan proses pembangkit bentukyang dihasilkan oleh material, alat dan teknik. sebagai berikut.


Pokok soal 1, berhubungan dengan butir atau diskusi bagaimana pembangkit bentuk melalui drawing yang mampu menyampaikan  pesan, yang bermakna bagi komunikasi. 

Contoh pembangkit bentuk melalui titik, garis, kontur,potongan, perspektif, dan sketsa.sumber: Wallschlaeger (1991)


Kartun karya Priyanto Sunarto melalui distorsi bentuk, sumber http://kartunindonesia.blogspot.com/2009/04/cekakak-cekikik-dengan-priyanto-sunarto.html


Beberapa sofware grafis seperti adobe, corel, photopaint dsb, juga memanfaatkan pengetahuan dan prinsip pembangkit bentuk ini melalui perintah effect dengan mengintergrasikan semua efek visual seperti warna, tekstur, nada, dsb.

Pokok soal 2, menyumbang lebih dalam pengetahuan sistem gambar formil.Produk sistem gambar formil ini ditempatkan sebagai yang memiliki ruang, kedalaman, dan sebagai model-model visual yang memiliki area dan jarak sejalan dengan penglihatan manusia.


Contoh Pembangkit bentuk melalui gambar formil/ teknik

Pokok soal 3, memerlihatkan bagaimana seniman, arsitek atau desainer mengkombinasikan berbagai teknik dan material dengan elemen-elemen visual dan berbagai atribut permukaannya, konsep penglihatan visual, konfigurasi bentuk,   dan   batasan-batasan   struktur   yang   dapat menghasilkan bentuk. Bentuk dan pembangkit bentuk  pada  format dua dan tiga dimensional atau ruang (space) melalui titik, garis, bidang.


   
Gambar  Lukisan-lukisan Paul Klee (Dosen Bauhaus, eksperimen pengem­ban­gan titik, garis, dan bidang), menciptakan ruang semu. Pembangkit bentuknya adalah garis dan bi­dang, Sumber: Encyclo­pedia, 2010.

Pokok soal 4, tentang pembangkit bentuk melalui volume dan struktur, baik sebagai bentuk volumetrik maupun objek. Anak didik dapat dibimbing untuk diantarkan kepada berbagai cara untuk mengolah dan menciptakan  bentuk-bentuk tiga dimensi



Contoh pembangkit bentuk melalui batang sedotan, sehingga menghasilkan ruang tiga dimensi, sumber. Karya mhs.

Pokok Soal 5, atribut visual yang timbul dari penglihatan dan hubungan manusia dengan material, yang didiskusikan sebagai persepsi terhadap nada, tekstur, warna, pola, dan Atribut fisik seperti ukuran, skala, dimensi, dan proporsi.
Contoh studi pembangkit bentuk melalui skala dan proporsi melalui objek yang sama, sumber: Wallschlaeger (1991)

Pokok soal 6, khusus membicarakan berbagai teori, konsep, teori dan terminologi warna sebagai bagian atribut visual
Contoh Form generator warna adalah gelombang cahaya. Warna sebenarnya gelombang cahaya (400-700 Nm), baik yang dipantulkan melalui material(CMYK) maupun warna cahaya (RGB)

Pokok soal 7, tentang konsep penglihatan dan spasial yang berhubungan dengan penglihatan terhadap ruang   kedalaman, dan jarak. Yaitu pengetahuan sepanjang model penglihatan manusia yang diperoleh dari isyarat-monokuler dan isyarat binokuler, posisi, orientatasi, gerak, dan kekonstanan, kecermerlangan  bentuk.


Gambar ini sebenarnya beberapa gambar diam, tetapi karena ditampilkan berganti-ganti maka terlihat seperti gerakan.— Lihat Fenome Stroboscopic effect (efek membalik buku), dan fenomena Phi Fenomena Phi adalah ilusi optik, yang dipahami sebagai gerak kontinyu dari objek yang terpisah, kemudian dilihat dengan cepat berturut-turut dapat menghasilkan ilusi gerak. Fenomena ini didefinisikan oleh Max Wertheimer dalam psikologi Gestalt pada tahun 1912 disebut the persistence of fision kemudian menjadi dasar teori filem, penerapannya untuk membuat filem oleh Hugo Munsterberg tahun 1916.Dasar pengetahuan ini berguna untuk animasi, kartun, komik, video maupun filem)
Studi transformasi bentuk untuk animasi,sumber: Wallschlaeger (1991)


Pokok soal 8, tentang penglihatan (persepsi) terhadap figur dan bentuk, mendiskusikan konsep-konsep, hukum-hukum, dan prinsip-prinsip dari penglihatan visual dan bagaimana hubungannya dengan proses pengenalan terhadap citra visual. Bentuk semu, bentuk ganjil, dan figure latar sebagai beberapa fenomena citra bentuk.

Ilusi Gerak, perhatikan lama-lama

Pokok soal 9 adalah prinsip-prinsip orgorganisasi penglihatan. Yaitu  konsep, teori dan aturan-aturan yang membantu seniman, arsitek dan desainer untuk mengorganisir raut dan ujud (shapes and forms); teori komunikasi yang dikeluarkan /dibutuhkan dan proses-proses bagaimana manusia dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya secara sosial dan kultural.

Sumber: Wallschlaeger (1991)


Pokok soal 10 adalah simetri dan simetri dinamis, garis besar penentu (prescriptive) prinsip organisasi, dan berbagai informasi tambahan bagaimana memahami dan mempelajari dan menggunakan sistem tata atur masalah pembangkit bentuk yang lebih kompleks.


Contoh studi pembangkit bentuk melalui aspek penentu  bentuk dari ilmu antropometri. 

Untuk DKV, misalnya berapa jarak maksimum tampilan bilboard untuk pejalan kaki? berapa besar huruf masih dapat dilihat? Ini Aspek penentu Desain  Grafis atau DKV.


Contoh sederhana tentang teori pembangkit bentuk.

Apabila Anda menghidupkan TV, maka akan muncul tayangan di layar kaca TV itu, hal ini disebabkan jutaan titik elektron yang sampai ke layar TV, jadi pembangkit bentuk, warna dan suara di layar TV itu adalah ribuan titik itu yag menggunakan sistem warna cahaya RGB. Suara muncul karena adanya gelombang suara pada saat bersamaan. Seperti yang dikatakan oleh EKS berikut ini.
CHROMA/MATRIX (Pembangkit Warna)


Chroma atau disebut juga Matrix adalah rangkaian untuk pembangkit warna.Rangkaian RGB adalah bagian dari chroma. Chroma dibuat dalam bentuk IC. Pada TV model lama bagian chroma,osilator,IF ada IC sendiri-sendiri atau terpisah, sedangkan TV model sekarang sudah menjadi satu dalam IC. Chroma adalah membangkitkan warna yang diproses dalam IC. Lalu RGB out adalah hasil dari chroma yang diberikan ke bagian penguat akhir  (Blok RGB). Tegangan RGB out dari IC ini adalah 4 Volt DC. Jika output dari IC ini tidak ada maka warna tidak muncul bahkan layar bisa gelap.
Contoh Pembangkit Bentuk Pada Volume dan Struktur Model Wallschlaeger (1991)
Untuk memahami bagaimana bentuk-bentuk volume umumnya dan variasi metoda pembuatannya, agar mampu membuat transformasi bentuk, dan manipulasi material. Hal ini penting sekali bagi seniman, arsitek dan desainer sebagai dasar konsep untuk menciptakan karya mereka. Studi Tranformasi volume bentuk akan membimbing seseorang untuk sensitif terhadap kualitas visual dan menciptakan bentuk-bentuk estetik yang menyenangkan dari karya seni rupa, arsitektur dan desain produk. Beberapa kualitas bentuk dapat diperlihatkan dalam bentuk proporsi yang baik , skala, simetri, gradasi dan transisi bentuk raut ke bentuk raut yang lain dan pilihan material

Bagan Awal Proses Pemecahan Masalah Pembangkit bentuk



Bagan Pengembangan Proses Pemecahan Masalah Pembangkit Bentuk (sumber  Wallschlaeger (1991) modifikasi oleh penulis (1)


Bagan Pengembangan Proses Pemecahan Masalah Pembangkit Bentuk (sumber  Wallschlaeger (1991) modifikasi oleh penulis (2)
Simpulan
  • Ilmu Dasar  Seni dan desain tidak sebatas masalah apakah itu dua atau tiga dimensi. Artinya ilmu Dasar ini bukan mempelajari dimensi, tetapi lebih luas dari itu dan terkait dengan banyak aspek.

  • Penulis berpendapat jika prinsip dan teori di atas  dapat dipahami maka akan lebih mudah untuk penerapannya pada bidang seni dan desain yang luas itu. Misalnya pemahaman tentang seni lukis, grais,  tata panggung untuk teater, arsitektur, interior, lingkungan dan sebagainya.
  • Dari dasar pengetahuan pembangkit bentuk (form generator), maka istilah menggambar bentuk, menggambar sketsa, menggambar ekspresif hanya sebatas pembangkit bentuk saja, sebab perbedaannya hanya pada hasil persepsi (efek persepsi yang ditimbulkan), bukan pada proses (pembangkitan bentuk). Efek yang akan dicapai dalam sebuah gambar yang sama sebetulnya sangat banyak, kalau tidak percaya buka software grafis komputer seperti program adobe photoshop( pada perintah filter) atau CorelDraw (pada perintah filter dan effect).
  • Ilmu dasar untuk seni rupa bisa juga dilihat sebagai pengetahuan yang serius seperti untuk matematik dan bahasa itu terlihat dari formalisme (7 prinsip penyusunan elemen )
  • Nirmana Datar Nirmana Ruang itu ternyata tidak bebas mengungkapkan angan-angan di atas bidang datar atau ruang, sebab apa yang di pikirkan orang Indonesia tahun 60-an itu tentang desain dan seni rupa berbeda dengan apa yang dipikirkan orang sekarang.
  • Ada kesan yang muncul bahwa pengetahuan dasar desain untuk SD,SMP, SMU dan SMK/MAK bahwa yang dicari hanya estetika melalui Nirmana datar dan Nirmana Ruang, pada hal masalahnya bukan soal  bidang datar dan ruang.
  • Bisa jadi, pendidikan seni rupa dan desain sekarang ini ada dalam posisi untuk berekspresi,  rekreasi, bermain-main, dan bias. Pada hal ilmu seni rupa dan desain adalah basis dari industri negara maju. Untuk mengetahui lebih lanjut buka buku (1) Design and Technology in the Primary School: Case Studiesfor Teachers atau buku Callaway,Gloria, Teaching Art and Design Primary Scholl , atau T. Hille, ModernSchools: A Century of Design for Education,
  • Jika seseorang keliru  mengajarkan  sesuatu apakah seseorang itu tidak merasa malu dan bersalah? 
Bacaan 


  1. Couto, Nasbahry;2001, Teori Arsitektur I, ( buku Ajar), Padang, Jurusan Arsitektur Universitas Bung Hatta 
  2. ………,………… 2001, Teori Arsitektur II ( buku Ajar), Padang, Jurusan Arsitektur Universitas Bung Hatta 
  3. Couto, Nasbahry; 2003, Seni Rupa I, Prinsip dan Konsep Dasar Visual untuk Seni Rupa, Arsitektur dan Desain, Padang , Jurusan Arsitektur Universitas Bung Hatta 
  4. Ching, Francis D.K; 1979,1985, Architecture Form, Space and Order, Edisi I, New York: Van Nostrand Reinhold Company 
  5. Cornelis, Van de ven; 1987, Space in Architecture, Netherlands: Bocum & Comp.,B.V. 
  6. Itten “ The Elements of Color “, Van Nostrand Reinhold Company, New York, 1970. McLaren, K. The Colour Science of Dyes and Pigments, 2nd ed. (Hilger, 1986). Nassau, Kurt. The Physics and Chemistry of Color (Wiley, 1983). 
  7. Wallsclaeger, C., & Snyder, Cynthia Busic,1991, Basic Visual Concepts and Principles: for artists, Architects, and Designers.The Ohio State university:WBC 
  8. Wong, Wucius;(Penyunting,Adjat Sakri),1989,Beberapa asas merancang trimatra, Bandung: Penerbit ITB 
Nasbahry Couto
24 Agustus 2012 (revisi)
Tulisan ini pertamakali muncul pada tanggal 3 Juni 2012

Sering dilihat, yang lain mungkin juga penting