Pada tulisan terdahulu tentang arsitektur telah dijelaskan teori dan konsep arsitektur, (lihat dan klik di sini) Pada kesempatan ini kita akan melihat contoh-contoh bagaimana praktisi arsitek menggunakan konsep-konsep dan teori desain itu untuk karyanya. Khususnya bagi pelaku/tokoh arsitektur Indonesia. Beberapa diantaranya yang akan diuraikan adalah :
Yuswadi Saliya, M. Ridwan Kamil, Baskoro Tedjo, Alexander Santoso, Achmad D. Tardiana, Eko
Purwono, Acmad Noe’man, Basauli Umar Lubis dan sebagainya.
你可以学习如何架构的概念和理论,通过印尼建筑师和建筑作品及其应用。
Anda dapat mempelajari bagaimana konsep-konsep serta teori arsitektur yang dianut oleh arsitek Indonesia dan penerapannya pada karya arsitektur.
Fredrich S Silaban (1912-1984)
Вы можете узнать, как концепции и теории архитектуры принятые индонезийского архитектора и его применение в архитектурных работах.你可以学习如何架构的概念和理论,通过印尼建筑师和建筑作品及其应用。
Anda dapat mempelajari bagaimana konsep-konsep serta teori arsitektur yang dianut oleh arsitek Indonesia dan penerapannya pada karya arsitektur.
1. Fredrich S Silaban
(1912-1984)
Fredrich S Silaban, karya-karyanya menghiasi
ibukota Jakarta. Siapa yang tidak kenal Monumen Nasional, Gelora Senayan dan
tentunya yang paling membanggakan adalah Masjid Istiqlal. Bangunan masjid
terbesar di Asia Tenggara itu dirancang olehnya melalui sebuah sayembara dan
karyanya itu menjadi monumen toleransi beragama di Indonesia. Mengapa? Karena Masjid
terbesar di Indonesia dirancang oleh seorang Kristen. Ia menyelesaikan
pendidikan formal di H.I.S. Narumonda, Tapanuli tahun 1927, Koningen Wilhelmina
School (K.W.S.) di Jakarta pada tahun 1931, dan Academic van Bouwkunst
Amsterdam, Belanda pada tahun 1950. Selain Masjid Istiqlal, Monumen Nasional
menjadi hasil rancanganya (lihat daftar top 7 sebelumnya, 7 Pencapaian
Arsitektur Indonesia) setelah Soekarno memerintahkannya merancang ulang hasil
sayembara sebelumnya.
Biografi
Ars. Frederich Silaban
(lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912 – meninggal di Jakarta,
14 Mei 1984 pada umur 71 tahun) adalah seorang
opzichter/ arsitek generasi awal Indonesia. Dia dianggap arsitek otodidak (belajar sendiri). Pendidikan formalnya hanya setingkat STM (Sekolah
Teknik Menengah) namun ketekunannya menghasilkan beberapa kemenangan sayembara
perancangan arsitektur, sehingga dunia profesipun mengakuinya sebagai arsitek. Seiring perjalanan waktu, ia dikenal melalui berbagai karya besarnya di
dunia arsitektur dan rancang bangun. Beberapa diantaranya dapat menjadi
simbol kebanggaan Indonesia.
Frederich Silaban menerima anugerah Tanda Kehormatan Bintang Jasa Sipil berupa Bintang Jasa Utama
dari pemerintah atas prestasinya dalam merancang pembangunan Mesjid Istiqlal.
Frederich Silaban juga
merupakan salah satu penandatangan Konsepsi Kebudayaan yang dimuat di Lentera
dan lembaran kebudayaan harian Bintang Timur mulai tanggal 16 Maret 1962 yakni
sebuah konsepsi kebudayaan untuk mendukung upaya pemerintah untuk memajukan kebudayaan
nasional termasuk musik yang diprakarsai oleh Lekra (Lembaga Kebudajaan Rakjat,
onderbouw Partai Komunis Indonesia) dan didukung oleh Lembaga Kebudayaan
Nasional (onderbouw Partai Nasional Indonesia) dan Lembaga Seni Budaya
Indonesia (Lesbi) milik Pesindo. Frederich
Silaban juga berperan besar dalam pembentukan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).
Pada April 1959, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F. Silaban merasa tidak puas atas hasil yang dicapai pada acara Konperensi Nasional di Jakarta untuk pembentukan Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS) dimana keduanya berpendapat bahwa kedudukan "perencana dan perancangan" tidaklah sama dan tidak juga setara dengan "pelaksana".
Mereka berpendapat pekerjaan perencanaan-perancangan berada di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral dan kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha yang mengejar laba (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor) cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba dan tanggung jawabnya secara yuridis/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum, bukan perorangan serta terbatas pada sisi finansial.
Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September 1959. pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. Frederich Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Lim Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung tahun 1958 dan 1959. Dalam pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, “Menuju dunia Arsitektur Indonesia yang sehat”. Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.
Pada April 1959, Ir. Soehartono Soesilo yang mewakili biro arsitektur PT Budaya dan Ars. F. Silaban merasa tidak puas atas hasil yang dicapai pada acara Konperensi Nasional di Jakarta untuk pembentukan Gabungan Perusahaan Perencanaan dan Pelaksanaan Nasional (GAPERNAS) dimana keduanya berpendapat bahwa kedudukan "perencana dan perancangan" tidaklah sama dan tidak juga setara dengan "pelaksana".
Mereka berpendapat pekerjaan perencanaan-perancangan berada di dalam lingkup kegiatan profesional (konsultan), yang mencakupi tanggung jawab moral dan kehormatan perorangan yang terlibat, karena itu tidak semata-mata berorientasi sebagai usaha yang mengejar laba (profit oriented). Sebaliknya pekerjaan pelaksanaan (kontraktor) cenderung bersifat bisnis komersial, yang keberhasilannya diukur dengan besarnya laba dan tanggung jawabnya secara yuridis/formal bersifat kelembagaan atau badan hukum, bukan perorangan serta terbatas pada sisi finansial.
Akhir kerja keras dua pelopor ini bermuara pada pertemuan besar pertama para arsitek dua generasi di Bandung pada tanggal 16 dan 17 September 1959. pertemuan ini dihadiri 21 orang, tiga orang arsitek senior, yaitu: Ars. Frederich Silaban, Ars. Mohammad Soesilo, Ars. Lim Bwan Tjie dan 18 orang arsitek muda lulusan pertama Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Bandung tahun 1958 dan 1959. Dalam pertemuan tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar pendirian persatuan arsitek murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen pendiriannya, “Menuju dunia Arsitektur Indonesia yang sehat”. Pada malam yang bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia arsitektur profesional Indonesia dengan nama Ikatan Arsitek Indonesia disingkat IAI.
Diantara Karya-karyanya
- Gedung Universitas Nommensen - Medan (1982)
- Gelora Bung Karno - Jakarta (1962)
- Rumah A Lie Hong - Bogor (1968)
- Monumen Pembebasan Irian Barat - Jakarta (1963)
- Markas TNI Angkatan Udara - Jakarta (1962)
- Gedung Pola - Jakarta (1962)
- Gedung BNI 1946 - Medan (1962)
- Menara Bung Karno - Jakarta 1960-1965 (tidak terbangun)
- Monumen Nasional / Tugu Monas - Jakarta (1960)
- Gedung BNI 1946 - Jakarta (1960)
- Gedung BLLD, Bank Indonesia, Jalan Kebon Sirih - Jakarta (1960)
- Kantor Pusat Bank Indonesia, Jalan Thamrin - Jakarta (1958)
- Rumah Pribadi Friderich Silaban - Bogor (1958)
- Masjid Istiqlal - Jakarta (1954)
Artikel ini terdiri dari 12 hal untuk melihat semua klik kanan semua link
Sumber Bacaan