Rabu, 08 Oktober 2014

Pengertian Seni: Friksi Konsep dan Diskrepansi Arti Seni-4

Hal.4

6. Inspirasi Sebagai Ancang-ancang (desain) dalam Seni

Desain (rancangan, ancang-ancang) itu bukan ilmu terapan seni, tetapi secara implisit ada pada seni, desain dan kriya, matematik, sains dsb. Saat seorang pelukis, desainer dan pengriya akan bekerja maka berlangsung ancang-ancang (rencana) dalam dirinya akan membuat sesuatu. Rencana (desain) itu bukan produk, tetapi ada pada kepala perupa, tetapi cara perupa dalam menyelesaikan masalah berbeda-beda menurut waktu. Dalam mengutarakan rencananya arsitek menggambarkan sebuah rencana bangunan, pelukis bisa berencana (mendesain) lukisannya dalam bentuk sketsa-sketsa pendahuluan. Seorang desainer Komunikasi visual, dapat mendesain melalui coretan sketsa  konsep di atas kertas putih tentang desain majalah, baru kemudian diselesaikannya dengan komputer. Jadi kurang tepat jika desain diartikan sebagai hasil seni terapan.


Namun dalam proses peciptaan seni, ada ciri khas yang membedakan antara seni, kriya dan desain. Seniman seperti penyair (bidang sastra, pembuat lirik lagu), dan kadang juga pada seni lukis, Seniman tidak tahu apa yang akan dia ungkapkan sampai ia menetapkan ungkapan itu" ( semboyan dari ekspresionis ). Dia tidak dapat mengungkapkan sebelumnya pekerjaan seni selesai seperti: penyair tidak bisa mengatakan kata-kata apapun sebelum puisi selesai. Walaupun lukisan realis atau naturalis sekalipun, waktu penggambar/pelukis sedang bekerja, pelukis umumnya tidak bisa membayangkan dan tahu bagaimana akhirnya bentuk  lukisannya, apa yang direncanakan semula bisa saja berubah, sampai dia merasa mantap atau puas, atau samasekali berhenti (ini adalah hakikat dari ekspresi). Saya pikir seorang penulis juga bekerja seperti ini, dia menulis tidak sekali jadi sampai dia merasa puas dan berpikir tidak ada bagian yang akan di buang atau di tambah lagi.

Di sini terlihat fungsi dari desain (ancang-ancang), atau inspirasi. Ancang-ancang hanyalah titik tolak, inspirasi hanya awal, ide dan konsep hanya untuk memulai, bagaimana akhirnya sepenuhnya ditentukan oleh apa yang terjadi antara kuas, cat dan kanvas serta gerak hati pelukis saat itu (inilah yang disebut dengan "tacit knowledge", ilmu pengetahuan seni yang tersembunyi. Untuk memahami baca artikel "affordance" ini (klik di kanan sini) atau artikel "tacit knowledge" ini  (klik kanan).

Sebaliknya Pengrajin tahu di awal proses kerja, apa persisnya jenis produk diakhir kerja yang diinginkan: misalnya, kursi dari dimensi tertentu yang terbuat dari bahan tertentu. Dia tahu sejak awal berapa banyak bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan, alat, dan sebagainya, dan jika dia tidak tahu hal-hal seperti ini, dia bukanlah pengrajin yang efisien dan baik. Sedangkan perancang merencanakan produk melalui segala macam data yang di perlukan, untuk membuat produk. Dia belum tahu seperti apa benda yang akan dibuat, sebelum memperoleh informasi yang paling menguntungkan dari berbagai alternatif desain. Prinsip-prinsip penciptaan seperti ini bisa saja jungkir balik jika kita tidak memahami perbedaan cara kerja seniman dengan lainnya. Dan tentu saja produk seni dan cara kerja seni bisa berubah jika seni masuk ke bidang industri dan bidang kriya.

Gambar 7.Ancang-ancang (desain) itu bisa dalam bentuk konsep verbal dan visual. Sumber Penulis.

Metoda ini terdapat pada bidang kegiatan seni, kerajinan, desain (termasuk arsitektur), sains dan enginering. Disebut metode inspirasi, karena seni, kriya, dan desain dapat lahir berdasarkan inspirasi,  imajinasi dan gagasan. Metode seperti ini mirip dengan cara kerja seorang pelukis yang disebut oleh Jones (1979:48) sebagai metode black box (kotak gelap/hitam) dalam memunculkan konsep, di mana asal-usul konsep sebuah karya adalah hasil renungan atau inspirasi.


Gambar 8. Metoda Black Box, sumber. Jones, Cristopher, 1979

Menurut Jones terlepas dari asumsi “irasionalnya”, perancangan melalui metoda black box dapat diibaratkan sibernetika, (cybernetics) = replication of natural systems: the replication or imitation of biological control systems with the use of technology dan terminologi psikologi.


Gambar 9. Desain dalam bentuk sketsa untuk Desain komunikasi visual, ini adalah desain yang sebenarnya dalam bentuk (sketsa konsep, dan alternatif desain). Yang dikerjakan dengan  komputer adalah finishing. 

Selanjutnya, kita dapat mengatakan bahwa manusia sebagai desainer, seperti juga halnya mahluk hidup lain, memiliki kemampuan untuk mencipta tanpa dapat menjelaskan bagaimana caranya hasil-hasil tersebut dapat dihasilkan secara rasional. Misalnya, datangnya suatu ilham secara tiba-tiba tanpa asal-usul yang jelas sewaktu duduk di WC atau melihat sebuah pemandangan. Menurut (McKim,1980), banyak juga inspirasi itu datang setelah bermimpi di malam hari. Metode ini sering digunakan oleh seniman-seniman besar yang sudah terampil atau memiliki skill yang tinggi. Dalam uraiannya, Jones menganggap metode seniman ini sebagai metode tukang sulap.Namun, menurut pandangan lain, McKim,(1980). menjelaskan bahwa metode ini lahir dalam rangka berpikir visual Di mana manusia mensinergikan kemampuan belahan otak kanan dengan otak kiri. Inspirasi adalah produknya dan  metode  ini adalah keunggulan yang biasa dimiliki para saintis dalam menemukan sains, bukan monopoli seniman dan desainer.Dalam bidang seni visual metoda  "inspirasi" adalah hal lazim dikenal, dimana seniman dapat memperoleh ide dari persepsi-persepsi, konsep atau teori tertentu. Dalam metoda ini ada dua pilihan pertama inspirasi dari penerapan gagasan, tema  atau konsep yang sudah ada, dan atau menemukan konsep dan inspirasi baru diluar teori dan konsep lama. Setelah konsep ditemukan kemudian mencari kira-kira bentuk seperti yang dibayangkan (diimajinasikan) sesuai konsep.  Oleh karena itu metoda ini dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar. Yaitu (1) penciptaan konsep baru dan (2) pemahaman dan penerapan konsep lama sebagai inspirasi.

Dalam sejarah seni diperlihatkan, bahwa konsep baru dalam seni visual itu tidak selalu hasil pemikiran senimannya. Konsep impresionis misalnya, konsep ini diungkapkan oleh kritikus setelah memperhatikan karya sejenis.Menurut cerita pada tahun 1874, kritikus seni Perancis kritikus Louis Leroy menciptakan istilah impresionis dalam sebuah ulasan yang sinis atau mengejek pameran lukisan pribadi kelompok yang disebut The Anonymous Society of PainterSculptor, Engravers, dll. Leroy “terinspirasi” untuk menggunakan istilah ini secara tidak langsung setelah melihat salah satu lukisan  adegan pelabuhan disebut Impression, Sunrise (1873, Musée Marmottan, Paris) karya Monet.

Gambar 10 Impression, Sunrise (1873) Karya Claude Monet, judul ini menginspirasi konsep baru dalam seni yang disebut Impresionisme. Sumber. Encyclopaedia E.
Pemahaman Konsep 
Menurut penulis pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori berbeda yang menuntut proses berpikir berbeda pula. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya, sedangkan dalam pembentukan konsep sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori baru. Jika seorang guru berdiri di depan kelas, berarti dia berbicara menggunakan bahasa, kata-kata atau istilah yang dia pakai  adalah konsep-konsep yang selayaknya dimengerti oleh siswa. Demikian juga jika siswa membaca buku yang dihadapinya adalah konsep-konsep yang perlu djelaskan guru maksud dan pengertiannya. Ini namanya pemahaman konsep. Jika dia akan melukis dalam tugas melukis dia perlu memahami apa maksudnya. Sebuah konsep hanya dapat dipahami setelah dialami sendiri oleh siswa, sebab pembelajaran yang bermakna adalah melalui "pengalamann" dan pemahaman.

Dalam pemahaman konsep, seniman melihat kepada konsep-konsep yang sudah ada seperti konsep seni realis, naturalis, atau label konsep yang diperoleh seniman dalam belajar. Misalnya seniman-seniman yang belajar pada “sanggar-sanggar” pada awal kemerdekaan Indonesia, telah menyerap ide-ide yang populer saat itu seperti berikut ini.
“Tentu bukannya tanpa alasan bila jauh-jauh dari Madiun Sudibio bergabung dengan Persagi di Jakarta, 1940. Menyadari dirinya bukan sebagai pemikir yang tangkas memformulasikan ide-ide, ia rupanya ingin mendapat pegangan. Waktu itu Sudjoyono, salah seorang tokoh persagi, begitu antusias menyebarkan gagasannya bahwa seni rupa Indonesia harus bercorak Indonesia.......dan seni lukis adalah “jiwa yang tampak”. .....seharusnya dituangkan “sejujur-jujurnya”. Dengan dua falsafah....itu  Soedibio berkembang”.Ia yang Memilih sepi”, Bambang Bujono, Tempo,2 April, 1983.
Contoh di atas memperlihatkan dua konsep yaitu (1) jiwa tampak” dan (2) “kejujuran”dalam melukis, yang diperoleh Soedibio pada  kelompok sanggarnya, yang kemudian diterapkannya dalam melukis.

Dalam seni apapun dapat menjadi konsep, seperti yang akan dicontohkan di bawah ini. konsep verbal seperti kata, label-label itu sifatnya lentur untuk dijadikan bahasa visual yang baru.
Coba perhatikan kosa kata/ label-label  di bawah ini yang dapat dianggap konsep verbal.

Konsep-konsep verbal  ( ini terdapat pada buku seni budaya SMA/MA, 2014, halaman 12-14). Konsep verbal ini dimana tingkat kesulitannya tinggi jika di ungkapkan dalam lukisan siswa
·         Internal = dari diri sendiri
·         Lokal = daerah
·         Nasional
·         Agama, religi
·         Fakta, abstrak
·         Bentuk = figuratif, non figuratif, non objektif, semi figuratif
·         Subject matter (pokok soal)
·         Makna
·         Prinsip estetik: pra moderen, moderen, posmoderen
·         Keindahan
·         dsb
Konsep-konsep verbal yang relatif mudah dilukis oleh siswa.
·         Eksternal = dari luar diri,
·         Gambar khayal
·         Foto, gambar copian, meniru
·         Objek langsung

·         Objek di luar ruang


Untuk menerapkan konsep-konsep verbal di atas, harus dikenal prinsip pembangkit bentuknya.Memahami pembangkit bentuk untuk mengutarakan konsep gambar dan lukisan (contoh)

Gambar 11. Enam cara Pembangkit bentuk (form generator) melalui pensil dan pena, untuk melukis bisa memahami cara ini untuk pengembangannya. Melalui pemahaman ini lebih mudah untuk belajar seni rupa. 


Gambar 12. Dua cara pembangkit bentuk gambar fantasi.a.Menghubungkan satu benda dengan benda lain secara konsisten, b.Menggambarkan benda secara aneh dan menyimpang



Gambar 13. Teori pembangkit bentuk yang dimanfaatkan oleh sofware grafis (Adobe, Corel dsb) melalui perintah effect. Perusahaan sofware grafis juga memanfaatkan prinsip pembangkit bentuk untuk menciptakan beragam bentuk dari bentuk asal yang sama, untuk memudahkan pemakainya menciptakan bentuk yang diinginkan.

Penemuan Konsep Baru
Dalam seni moderen, seniman tidak lagi semata berorientasi kepada konsep lama. Tetapi berusaha untuk mencari konsep baru (ide-ide) yang  digali terlebih dahulu. Oleh karena itu, mereka mulai mengenal  seni yang dirancang (Jirousek, 2002) dan atau yang mengalami sebuah proses riset/penelitian sampai munculnya konsep-konsep  seni, serta alasan  kenapa dan untuk apa karya seni itu diciptakan. Lihat kutipan di bawah ini, dimana konsep seni di cari melalui penelitian deskriptif.
“Karya Iggulden telah membuka suatu arah baru bagi Sejarah Seni abad Pertengahan dan riset lainnya yang berhubungan dengan naskah abad pertengahan ini. Dalam praktik, dia mengembangkan pengamatannya dan mengarahkannya ke arah suatu keseragaman pikiran dan tindakan (Iggulden, 2004). 
Menurutnya, proses kerja seniman adalah ‘interdisiplin’, baik metodologinya  maupun dalam kebermaknaan hasilnya. Konteks praktik mencakup penyelidikan  pekerjaan visual yang dikawal baik oleh teks  seniman pertengahan maupun yang baru.

Kerangka konseptual dan teoretis bagi risetnya, diambil dari dari bidang  filosofi, sejarah, sosiologi dan studi feminis. Hasil  riset nya tidak biasa, hasil proyeknya juga tidak terbatas dan terhitung nilainya. Risetnya telah menambah dan mendukung terhadap pemahaman orang tentang pengetahuan historis  naskah Pertengahan tertentu. Dalam praktik seni,  Iggulden menyajikan  suatu bahasa pribadi atau bentuk visual/verbal untuk berekploirasi  dan berekspresi  tentang identitas gendernya sendiri.

Menurut cerita, pameran karya akhirnya dengan kanvas, telah masuk ke Musium Seni  Stables di  Melbourne tahun  2002 dan banyak dari karyanya terjual kepada publik dan koleksi pribadi di Australia saat itu. (Linda Candy)

7. Kriya dalam Konteks Ancang-ancang (Rencana)

Pengrajin juga bisa mengacang-ancang, ancangan itu biasanya diturunkan secara lisan dari satu generasi ke genersi berikutnya. Kepandaian menenun misalnya, diperoleh dengan bekerja di bawah kolong rumah atau tempat khusus pengrajin. Konsep verbal bukan bahasa tulis, tetapi bahasa lisan. Konsep visual tidak melalui gambar, tetapi melalui model produk yang sudah dibuat sebelumnya, dari generasi- ke generasi tidak terasa ada perubahan (evolusi) dan perbaikan/penyempurnaan secara "trial and error". Jadilah produk yang canggih seakan hasil seorang desainer yang ahli. Demikian tradisi dan evolusi kerajinan di zaman dahulu. Oleh para ahli metode desain seperti ini disebut metoda craft (Jones, 1979).

Metoda seperti ini pada dasarnya ada pada bidang kegiatan seni, kerajinan, desain dan arsitektur pada zaman lampau. Dizaman lalu misalnya di Eropah ada pabrik lukisan. Di zaman sekarang ada  “lukisan pinggir jalan” yang dibuat dengan cara ini.  Di Cina para murid pada mengkopi karya para master.

Ide-ide craft adalah warisan tradisi pembuatan artefak melalui evolusi dan “trial and error”. Menurut Jones (1979,15-24), karya kerajinan (craft) adalah warisan lama yang pembuatannya secara manual dan bukan produksi industri seperti di zaman modern. Walker,(1989: 39) menjelaskan karya kerajinan itu bersifat pedesaan, atau daerah yang didasari oleh kehidupan agrikultur, yang pada dasarnya tersisih, namun masih  ada sampai sekarang sebagai bentuk awal dari produk industri.

Meskipun antara craft dan desain adalah dua konsep yang berbeda, keduanya ada dalam lingkaran tertutup. Misalnya jika pekriya telah menemukan sebuah desain, selanjutnya dia memproduksi secara massal melalui cara kriya. Dan dalam sejarah juga diperlihatkan bahwa desain itu lebih tua usianya dari seni dan desain. Dalam dongeng di ceritakan sewaktu nabi Adam dan siti Hawa diturunkan ke dunia, dia langsung berhadapan dengan masalah desain, yaitu ancang-ancang tentang pakaian yang layak dipakai.

Di zaman Pertengahan justru antara desain dan seni (art) tidak dibedakan sebagai dua profesi yang berbeda.  Di zaman moderen, salah satu kunci perbedaan antara desain dan kriya menurut Walker terlebih dahulu adalah proses pembuatan dari konsep-konsep pelaksanaannya, kemudian hasil produksi pada kriya yang biasanya tunggal (Walker, 1989: 38). Dari proses pembuatan ini dapat dipahami produk “craft” tidak pernah sama  dan atau tidak ada yang sama, kecuali karya “craft” yang dibantu oleh mesin. Dari uraian di atas  jelas bahwa kriya bukan seni terapan.

Lihat Sambungan halaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda, jika ingin menggunakan emotion, silahkan klik emotionnya, dan kopy paste kodenya dalam kotak komentar