Rabu, 08 Oktober 2014

Pengertian Seni: Friksi Konsep dan Diskrepansi Arti Seni-3

Hal.3

Aspek Historis

Gagasan untuk “fine arts” (versi barat) dapat ditelusuri  kembali kepada Akademi Perancis Fine arts abad ke-17, bagaimanapun sejak masa ini seniman, dan  banyak orang bekerja namun terdapat perkembangan konsep lain yang justru merusak dan mengalihkan konsep seni.

Kita mungkin berpikir tentang lukisan, patung, dan arsitektur terkait langsung dengan seni dua dan seni tiga dimensi, dan seni yang termasuk menggambarkan ruang. Sebagian dari bentuk seni yang lebih baru yang ditambah dengan gerak/motion, seperti  seni filem dan seni video kadang-kadang dikenal sebagai media yang didasari oleh waktu (time based media).

Dan mungkin pula kita berpikir seni dekoratif, seperti barang barang perhiasan dan tekstil, dan kerajinan, atau pekerjaan tukang kayu dan pembuatan keranjang, didefinisikan terutama semata oleh penggunaan praktis mereka, seperti pakaian, mebel, atau produk rumah tangga. Pengertian seni (arts) di Indonesia  telah mengadaptasi konsep seni murni ini, hal ini  terjadi sekitar tahun 1940’an, yaitu akibat adaptasi  konsep “fine art” (seni murni) di Barat. Pikiran seperti ini mempengaruhi pada akhir masa penjajahan di Indonesia misalnya terbentuknya penerbitan Balai Pustaka, pembentukan kamus-kamus Bahasa Indonesia oleh Purwadarminta, dimana art/seni disetarakan dengan”fine art”. Akibatnya arti seni dalam KBBI, kita lihat sebagai berikut.
Seni = halus (tt rabaan); kecil dan halus; tipis dan halus: benda -- , benda yang halus bahannya dan buatannya; bercelak -- , memakai celak yg halus; jarum yg -- , jarum yg halus sekali; seorang putri yg -- , putri yang halus kulitnya; ular -- , ular yg kecil; 2 lembut dan tinggi (tt suara): suara biduanita itu sungguh -- , suara yg kecil tinggi; 3 mungil dan elok (tt badan): burung yg -- burung yg kecil dan elok.
Istilah seni ini diambil dari bahasa Melayu yang artinya  "halus", "kecil", "indah". Untuk menunjukkan kehalusan, kekecilan, bahasa Melayu memakai kata "seni" , misalnya " tangisnya semakin seni", "dia memakai jarum yang seni" (lihat Hikayat Melayu).

Menurut Sudjoko (1993) seni dalam bahasa Indonesia telah disamakan dengan konsep “fine art” di Barat (Eropah), khususnya dalam istilah fine art, art apreciation, art criticism, aesthetic dan modern art  (Sujoko, 1993) [7].Spirit yang terkandung pada “art” saat itu adalah: “pandangan, kehendak dan ungkapan pribadi seniman, kelainan, dan kebaruan yang dapat diartikan kebebasan mutlak bagi individu seniman.(8)
Beberapa konsep seni  yang sudah mapan itu antara lain, yang mengandung keindahan (estetik) dan penting, seni adalah hasil kerja manusia, bukan di ambil dari alam. Hal ini terungkap dalam term di bawah ini :
“The production or expression of what is beatifully, apealling, or of more than ordinary significance; skilled workmanship, execution, or agency (often  oppossed to nature) (The American College, 1947:70).
Seni adalah suatu produk ungkapan estetik, menarik, luar biasa dan dianggap penting dan bukan benda alam, sedangkan seni murni lain lagi.
Fine art: superior art in the sense that it is representative of the highest human achievement in any one of various art fields. (Mc.Graw-Hill, Series in Education, P.30). 
Seni murni dianggap adalah seni yang superior (yang memimpin, yang utama) dalam arti  dia  cerminan pencapaian karya tertinggi manusia dari beragam bidang seni. Akibat  konsep ini maka terjadilah pengkotakan seni, dan  seni-seni yang dianggap mengandung ekspresi dan keindahan  diklassifikasikan sebagai satu seni yang asli seperti, seperti seni visual, seni sastra, seni drama dan musik.

Seni kemudian dianggap berbeda dengan kriya, dengan alasan “fine art” yang memiliki unsur ekspresi seperti ungkapan, pikiran, perasaan, kehendak seniman. Kerajinan dianggap tidak memiliki ekspresi. Jadi  teori yang mendasarinya adalah teori ekspresi.Seni yang “non-ekspresi” disatukan dalam  bidang kriya, arsitektur dan desain. Pikiran tentang keindahan (estetik) dapat dipahami sebagai pengaruh  teori atau konsep seni sebagai perkembangan lanjut  “filsafat keindahan”

Sejarah memperlihatkan, timbulnya konsep “seni pakai” adalah akibat pemisahan  konsep art yang terdiri dari  “fine art” dan “aplied art”   atau “functional art”. Konsep “fungsi” lawannya adalah  “non-fungsi” keindahan yang murni ada pada “fine art”.Karena terpikir keindahan juga ada pada  benda fungsional  (utilitas), maka timbul istilah/konsep “Seni fungsional, seni utilitas (functional art) sekitar tahun 45-an) Keindahan benda fungsional  sebagai lawan keindahan benda non fungsional (= fine art). Batasan ini dapat kita lihat pada term di bawah ini:
 “Aplied arts: an area of study dealing which the principles of art as related to planning, manufacture, or arrangement of such commodities as food, clothing, shelter and houshold furniture” (Mc.Graw-Hill, Series in Education, P.30)
Artinya, “seni pakai” adalah suatu bidang studi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip seni, yang dihubungkan dengan perencanaan, manufacture atau pengaturan barang perdagangan, seperti pangan, sandang, papan dan  perabot rumah tangga.Seni fungsional (functional arts) adalah  seni  kebutuhan material, secara samar  bertemu melalui berbagai penggunaan media seni, seperti arsitektur fungsional, tetapi estetiknya terikat dengan fungsi benda pakai. Format fungsi atau utilitas produk menentukan bentuk desainnya.Untuk mendukung  perbedaan konsep seni murni dengan  dengan seni pakai maka lahir istilah Artist  (seniman) dan Artisan (pengkriya atau tukang) seperti konsep di bawah ini.
Artist : a person skilled in the practice of an art in which creatity is dependent upon aesthetic judgement, imagination, and originality. Artisan : a person skilled in  the tecniques of an art of mechanical pursuit, but whose work does not demand creation, invention, or originally. (The American College Dictionary. 1947.P.328).
Artinya  Seniman adalah orang yang trampil dan terlatih dalam praktek seni, yang daya ciptanya tergantung pada penilaian estetis, imajinatif dan keaslian. Pengkriya adalah seseorang yang trampil atau terlatih dalam teknik seni atau pengalaman mekanis, namun pekerjaannya tidak menuntut kreativitas, penemuan baru atau keaslian.

5. Alasan lain Kenapa Desain tidak bisa  disebut “Seni Terapan” ( Applied   Arts), Ilmu seni muncul belakangan.

Seni Terapan
Seni terapan adalah sebuah kategori lain untuk dikaji. misalnya, agak ganjil kiranya, jika “aplied art” diterjemahkan sebagai “seni terapan”, bukankah maksudnya seni pakai, (lihat Arini, Sri Hermawati Dwi, 2008:10). Dan lihat pula  buku untuk siswa: "Seni Budaya" SMA/SMK, MA/MAK edisi revisi tahun 2014. (Bangun, Sem Cornelius, dkk (2014:3) tentang seni terapan. Pemakaian kata ini seakan-akan seni diterapkan pada benda pakai, sama seperti istilah ilmu terapan, ilmu murni diterapkan untuk membuat sesuatu, misalnya pembuatan makanan. Apa ilmu seni yang diterapkan kepada benda pakai? Bukankah seni dalam konteks ini adalah pengalaman berseni? Contoh mengenai ini terlihat  pada gambar bagan di bawah ini. Tentu saja konsep ini dapat di kritik, bukan soal friksi konsep. Tetapi diskrepansi mana (ketidak cocokan makna). Terutama makna "desain" yang tidak begitu saja dapat diletakkan sebagai "seni terapan". Dan makna seni sebagai pengalaman estetik juga tidak serta merta dapat menyambung ke benda pakai. Penulis buku ini mungkin tidak salah. Mungkin ada buku rujukannya. Atau contoh yang dipedomani dari kelaziman yang beredar di lingkungannya menggunakan bahasa ini. Oleh karena contoh yang diberikan adalah karya desain dan karya kriya, maka untuk memperlihatkan diskrepansi makna pada istilah seni terapan, perlu menjelaskan apa dan bagaimana desain dan kriya itu

Gambar 4. Konsep seni terapan sebagai terjemahan “aplied arts”, seharusnya diterjemahkan “seni pakai” (Arini, Sri Hermawati Dwi, 2008:10), yang dipakai di SMK Indonesia

Gambar 5. Contoh lain Kategori Seni Rupa menurut Suyahadi (2008) Sumber, Suryahadi, 2008 Seni Rupa untuk SMK. Hal.289

Desain itu bukan produk, tetapi ancang-ancang

Ada yang berpendapat bahwa dalam seni itu  seniman tidak merancang. Pendapat ini tidak salah jika yang dimaksud merancang  adalah seperti seorang desainer merancang bangunan. Dalam hal pencarian konsep, seniman juga mengenal istilah merancang (mendesain). Menurut Jones, seniman merancang melalui imajinasinya. Bukanlah hal yang membingungkan, jika istilah merencana atau merancang (design) juga ada dalam bidang yang berbeda seperti seni (art), sains, atau matematika,. Dalam ketiganya tertanam “aspek desain”. Menurutnya aspek utama yang membedakan rancangan berbagai profesi itu adalah “waktu” (time). Seniman dan saintis mengoperasikan rancangan (desain) pada saat itu juga, (dalam bentuk real dan simbolik), sedangkan ahli matematik dalam konteks sejarah. Dengan perkataan lain seorang perancang (desainer) sebenarnya berada pada sebuah lingkaran tahapan dalam mengolah kenyataan, dimana “keberadaannya” (which exist only), membayangkan masa depan kenyataan itu, dengan cara “foreseen” (menduga) atas pembuatan dan keberadaan benda. 

Menurut Jones (1979:10-11) adalah menarik untuk membandingkan sikap-sikap, alat dan kriteria yang berlaku pada sains, seni dan matematika. Menurut Jones, seniman seperti pematung dan pelukis, saat bekerja tidak terlibat dengan masa depan dan mengkonsentrasikan dirinya pada waktu sekarang. Dia mencoba untuk memanipulasi konsep rancangannya melalui media dan hasilnya dikeluarkan pada waktu yang sama.

Namun pendapat Jones ini bukannya tidak dapat dikritik, sebab apa yang diuraikan Jones itu, adalah saat seniman beraksi dengan mediumnya, seniman juga dapat merencanakan karyanya melalui konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya, dalam arti membayangkan hasilnya sebelum bekerja. Yang dimaksud Jones sebenarnya perbedaan merancang diantara profesi seni, arsitektur dan enginering. Sebuah bangunan yang di “bayang”kan oleh arsitek biasanya tidak akan segera dikerjakan, berbeda dengan seni lukis antara saat seniman merancang dan membuat bisa berada pada waktu yang sama.

Gambar 6. Desain itu lebih tua dari seni dan sains, jadi desain bukanlah seni terapan, desain adalah ancang-ancang untuk seni,  kriya dan produk desain. Sumber. Prof M P Ranjan,[8] CEPT University, India : http://Design-for-india.Blogspot.Com/

Lihat Sambungan halaman


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda, jika ingin menggunakan emotion, silahkan klik emotionnya, dan kopy paste kodenya dalam kotak komentar