Selasa, 08 Maret 2011

Memahami Klassifikasi Seni dan Seni Rupa

Oleh Nasbahry Couto

Revisi: Revisi terakhir April 2017

A. Pendahuluan



TUJUAN memahami klasifikasi seni adalah untuk memudahkan kegiatan apresiasi/kritik seni dan kreasi seni (memproduksi) karya berdasarkan tema tertentu. Misalnya tema-tema pemersatu seni dan tema khusus dari analisis karya seni maupun dari  budaya lokal, nasional maupun dari mancanegara.
Bentuk Pengklassifikasian berdasar budaya, yang dipelajari di tingkat dasar ada yang mementingkan pelajaran jenis seni, produk seni  dan atau karya. Ada pula yang lain berpendapat pentingnya pengelompokan seni berdasarkan estetik. Karena yang dianggap estetik itu bukan respon estetik dan dianggap ada pada karya seni. Akibatnya semua yang terlihat indah dianggap sebagai seni seperti anyaman, tembikar, ukiran, sesajen dan sebagainya, Yaitu benda yang dianggap mengandung estetik dari budaya material (lihat kurikulum KTSP 2006).
Pengklassifikasian seni biasanya bertujuan untuk mengetahui pengelompokan seni. Pengelompokan karya seni ini bisa sangat luas, misalnya pada tulisan Wikipedia kita temukan pengelompokan seni lukis sebagai berikut ini (Wikipedia, 2013)
  • Pengelompokan Seni Lukis berdasarkan gerakan Seni (by art movement) 
  • by school or group (Pengelompokan seni berdasarkan teori sekolah atau teori kelompok seniman tertentu) 
  • by genre (Tipe) 
  • by nationality (Pengelompokan seni berdasarkan kebangsaan) 
  • by century (Pengelompokan seni berdasarkan sejarah/Abad) 
  • by popularity (Pengelompokan seni berdasarkan popularitas karya atau seniman)

Oleh karena sistem klassifikasi seni yang bisa sangat luas maka perlu kita meyederhanakannya dan melihat sistem klasifikasi yang umum saja, antara lain sebagai berikut ini.
  • Sistem klasifikasi berdasarkan ketrampilan, alat dan bahan, dan atau berdasarkan bagaimana seni diproses
  • Klasifikasi berdasarkan dimana karya seni  di tempatkan
  • Klasifikasi berdasarkan gaya seni
Bagian yang pertama sistem klassifikasi bisa dibuat berdasarkan bagaimana dan aspek yang dipentingkan saat seni diproduksi. Dalam hal ini sebenarnya ada sebelas (11) aspek seni dalam sistem produksinya, diantaranya adalah berikut ini: (1) produksi seni melalui elemen dasar dan prinsip-prinsip penyusunan seni;  (2) produksi seni melalui peragaan (performance) seni;  (3) produksi seni melalui kosakata seni; (4)  produksi seni melalui gaya dan hasil  seni;  (5) produksi seni melalui tema bentuk seni;  (6) produksi seni melalui imitasi karya   sejarah dan budaya serta imitasi tampilan seni tertentu;  (7) Aspek latihan dan analisis praktik seni dan fungsinya;  (8) aspek peralatan, alat dan bahan seni;  (9) Produksi seni melalui partisipan (Pelaku) seni, tampilan seni, 10) produksi seni melalui teknologi seni;  (11) produksi seni melalui teknologi dalam konteks tradisi, sosial dan budaya tertentu.

Dalam uraian ini, dari ke sebelas (11) aspek diproduksi seni dapat diklassifikasikan tiga kelompok besar klassisikasi seni yaitu (1) klassifikasi teknik, bahan dan alat (proses), 2) berdasarkan penempatan, dan tampilan, 3) berdasarkan gaya seni. Oleh karena keterbatasan ruang maka tidak semua klassifikasi jenis ini diuraikan, dan hanya beberapa contoh-saja. 


A. Klasifikasi Berdasarkan Ketrampilan, Alat, Bahan, dan        Proses Seni

Contoh klassifikasi seni berdasarkan ketrampilan, alat dan bahan dan proses  misalnya,  pengelompokan karya   berdasarkan   bahan   tekstil,  jenis   nyanyian,  jenis musik,  jenis komedi televisi. Klassifikasi berdasarkan  skill,  material,  proses seni yaitu  bagaimana  mereka dibuat). 

1. Klassifikasi Berdasarkan Alat, Bahan dan Teknik Seni 
Feldman (1967:308) menjelaskan jika teknologi baru dalam bidang komunikasi dengan ditemukannya kertas alat cetak oleh Gutenberg (1450) di Jerman.  Maka seni dimulai dengan penemuan cat minyak dan kanvas pada abad ke-15 di daerah Flam Belanda, telah mengubah seluruh persepsi seniman dalam melukis. Sebelumnya mereka mempergunakan teknik lukis tempera atau fresco untuk melukis dengan dinding sebagai kanvasnya. Selanjutnya dia menjelaskan adanya eksperimen dan penemuan teknik kolase, atau coller (bahasa Perancis = melem) mengubah cara melukis orang Eropa. Kemudian di zaman kubisme (Picasso, 1881-1975), merubah cara pandang melukis tradisional teknik cat minyak; yang semata bertujuan imitatif (meniru alam).

Cara ini berobah sebab yang penting sekarang adalah apa yang terjadi di permukaan kanvas, bukan semata meniru apa yang tampak oleh mata. Selanjutnya, penemuan cat enamel untuk keperluan rumah tangga, yang diproduksi secara besar-besaran oleh pabrik, memberi kesempatan bagi Jackson Pollck (1912-1956), menciptakan teknik dan sekaligus gaya melukis yang khas yang disebut dengan abstrak-ekspresionisme.

Demikian juga teknik otomatisme Max Ernst (1891-1976), yang dia sebut : Collage yaitu teknik menempel, memberikan kesan ilusi atau Ilusionisme. Frottage yaitu teknik menggosok dengan meletakkan sebuah benda di bawah kertas atau kanvas kemudian gosokkan itu menghasilkan gambar otomatis.

Grattage yaitu menggoreskan cat dengan pisau palet. Occilation, yaitu mengucurkan cat melalui kaleng yang dilobangi dengan mengayun-ayunkan kaleng tersebut yang tergantung pada tali. Di samping itu Ernst memakai pita rekat (adhesive tape) menciptakan garis-garis yang lurus.

Teknik-teknik ini mengotomasisasikan penciptaan yang disebut lukisan. Di Indonesia, Mustika (2001) menjelaskan tentang pelukis Afandi (1907- ) yang melukis dengan cara menggantikan kuas dengan jari-jari tangannya. Teknik celup batik, dipergunakan oleh pelukis untuk melukis, dan banyak contoh lainnya di tanah air kita dalam mengembangkan teknik melukis, misalnya melukis dengan bulu ayam, melukis di atas kulit dan seterusnya.

Teknik dan media yang dipakai dalam seni sangat bervarisi, dan menarik untuk dikaji ulang. Kini orang dapat melukis dengan bantuan teknik fotografi dan komputer untuk menghasilkan sebuah lukisan atau gambar. Namun teknologi dalam seni tidak sama dengan teknologi dalam enginering yang dapat berkembang tanpa batas. Kemudian dapat pula dipertimbangkan bahwa tradisi seni  yang telah berlangsung berabad lamanya masih berlaku sampai sekarang. Sebab teknik hanyalah alat yang dipakai dalam berseni. Oleh karena itu teknologi tradisional dalam seni masih dipelajari sampai sekarang oleh negara yang paling maju sekalipun teknologinya.

Herberts,Kurt; dalam tulisannya Artists Technique 1958); mencatat ada 38 teknik dalam seni rupa, namun harus dicatat pengertian teknik dalam hal ini adalah media, bukan medium dalam pengertian konsep seniman yang ingin diungkapkan. Teknik yang dimaksud, mulai dari teknik lukisan gua prasejarah sampai ke teknik-teknik yang lebih baru di Eropah. Dia membagi atas tiga kategori teknik.
  1. Teknik-teknik seni rupa yang ditunjang oleh latar belakangnya, seperti teknik lukisan kapur (Fresco-Secco, Buon-fresco); majolica, gelas, porselen. Pada teknik ini yang terpenting adalah tempat atau bidang untuk melukis atau menggambar. Misalnya dinding bangunan. Melukis pada dinding bangunan memerlukan keahlian yang khusus. Umumnya bahan melukis dinding atau bidang bangunan, mirip dengan bahan yang dipakai untuk bangunan. Misalnya kapur atau semen berwarna.
  2. Teknik seni rupa yang utama sekali ditunjang oleh materialnya seperti pastel, tempera, cat minyak, lukisan tinta Cina, lak, mosaik, dan kemudian kita kenal pula cat acrilik. Golongan yang kedua ini memberi tekanan pada material yang dipakai untuk mengecat pada sebuah bidang yang akan di lukis
  3. Kemudian, teknik-teknik seni rupa yang utamanya ditunjang oleh alat seperti gambar pena, etsa, litografi, cetak kayu dan sebagainya, yang utama adalah alat (bukan material dan latar). Berbeda dengan ke dua teknik di atas, maka teknik yang terahir ini semata tergantung kepada alat yang dipakai untuk melukis atau menggambar.

Teknik-Teknik dan Media Seni yang berkembang berdasar Budaya Indonesia Pada Seni Masa Kini


Kita dapat membuat sebuah daftar tentang teknik yang dikembangkan dalam budaya tertentu di Nusantara, sebagai berikut

Kategori kegiatan seni berdasarkan seni dan budaya serta pengembangan teknologinya di Indonesia
Seni dan Budaya
Teknologi
Tradisional (manual)
Teknologi
Moderen (komputerisasi)
Lokal
Ukiran pandai sikek
Perak Koto Gadang
Songket silungkang
Ukir Pahat, Patung, Relief
Seni lukis Kaca
Nasional
Batik
Cat Minyak
Melukis, menggambar, fotografi  dengan software  komputer, mis. Animasi dg komputer
dst
Cat Air
Pastel
Crayon
Spray brush
Fotografi
Grafis
Tembikar/porcelain
Porcelain dg mesin & komputer
Mosaik
Sablon manual
Sablon dengan mesin & komputer
dsb
Seni pahat, Patung
Seni ukir
Ukiran dg mesin & komputer
Seni patung manual
Seni Patung Robotics & komputer
Relief kayu, batu, tanah liat dst
Mancanegara
Seni Lukis Fresco
Mayolica
Seni lukis miniatur
Seni lukis gading
dsb


Daftar ini dapat diperpanjang lagi, klassifikasi berdasarkan teknologi seni yang dikembangkan dalam sebuah budaya, sumber : pribadi

a. Klassifikasi berdasarkan Peragaan dan Proses Seni 
Menurut Feldman (1967), dilihat dari proses pembuatannya dan peragaannya seni rupa dapat dilihat empat tipe seni. Yaitu tipe imitatif, tipe bentuk, tipe emosi dan tipe fantasi.

  1. Karya Seni Tipe imitatif, menurut Feldman yaitu kelompok seniman dan karya seni yang ingin menggambarkan bentuk apa yang dilihat oleh manusia. Oleh karena mata adalah alat utama dalam mengamati alam, maka cara menggambarkan alam itu dipengaruhi oleh kecermatan mata, ketepatan mata melihat dan kemudian menggambarkannya. Hasilnya adalah karya yang mulai dari yang sangat persis (realistis), impresionistik, sampai kepada mengabstraksikan objek yang digambarkannya. Tipe imitatif umumnya beranggapan bahwa keindahan itu ada di lingkungan alam, dan objek. Peniruan ini kemudian  diangkat menjadi konsep-konsep  karya seni seperti realistis, naturalisme, impresionistis, super realistik, lukisan genre dan sebagainya.
  2. Karya Seni Tipe bentuk, yaitu kelompok seniman yang ingin  menggambarkan bentuk saja, mencari keindahan dari bentuk, berbeda dengan imitasi yang juga menggambar bentuk, imitasi hanya meniru. Sedangkan tipe bentuk memfokuskan diri kepada pencarian bentuk-bentuk estetik. Oleh karena bentuk itu di temukan pada makhluk hidup (biomorfis) maupun yang tidak alamiah seperti (geometrik) cara penggambarannya tidak selalu realistik, misalnya yang menggambarkan struktur bentuk biomorfis (makhluk hidup). Bentuk-bentuk di alam cukup banyak, demikian juga bentuk-bentuk yang buatan manusia seperti benda-benda, bangunan, objek kerajinan dan sebagainya. Penggambaran bentuk ini kemudian diangkat menjadi tema-tema imaji bentuk seperti bentuk geometris, bentuk biomorfis, konstruktivisme,  bentuk kubisme, bentuk arsitektur, bentuk keramik, patung. Bentuk dekorasi, pola-pola hias dan ornamen, dan banyak lagi bentuk yang lainnya.Hal ini tentu di luar masalah benda ini menjadi benda seni atau tidak, sebab pengklassifikasian seperti ini sangat labil dan bisa berubah-ubah.
  3. Karya Seni Tipe emotif, yaitu kelompok karya seni yang memfokuskan diri kepada emosi diri manusia. Manusia adalah makhluk yang diciptakan manusia memiliki perasaan, dan sepanjang hidupnya dia merasakan ragam perasaan seperti perasaan dalam cinta, perkawinan, dan rasa takut, cemas, menghadapi kematian, demikian juga atas hubungannya dengan Tuhan. Penggambaran emosi ini kemudian diangkat menjadi tema-tema seni yang sifatnya emotif. Gambaran-gambaran emosi ini juga mengandung keindahan, misalnya ekspresi cinta kasih yang banyak sekali diungkapkan dalam seni. Tipe emosi ini kemudian diangkat menjadi tema-tema seni yang terkait dengan perasaan manusia, misalya tema rasa takut, cemas, cinta dan sebagainya. Dalam drama misalya terdapat tema-tema tentang tragedi, horror, religius, dsb.
  4. Karya Seni Tipe fantasi, yaitu kelompok seniman dengan karya seni yang memfokuskan kepada imajinasi, halusinasi, ilusi. Pada umumnya manusia tidak selalu hidup dengan alam nyata. Tidur misalnya memungkinkan manusia mengalami imaji-imaji atau khayalan yang tidak ada di alam sadar. Dalam sadar manusia bisa juga berkhayal, berimajinasi dan menggambarkan khayalannya itu pada karya senidan desain. Pada karya desain misalnya hasil karya arsitektur, rancangan interior atau lanskaping. Sebenarnya karya desain adalah khayalan yang terencana secara matang.  Khayalannya itu baru bisa dilihat hasilnya jika gambar rancangan itu dibuat. Penggambaran imaji, ilusi, dan fantasi ini kemudian diangkat menjadi tema-tema atau konsep seni seperti seni surealisme, lukisan fantastik, bahkan dalam bentuk filem futuristik. Dalam seni tari atau drama juga terdapat tema-tema seni yang mengangkat fantasi.
Pengembangan kosa kata tipe seni

Tipe Seni : tipe seni imitatif, tipe seni bentuk, tipe seni emosi, tipe seni fantasi
Sub  tipe seni  berdasarkan
Sub-sub tipe seni
Fungsi (utilitas)
Fungsi ekspresi bagi individu, fungsi sosial dan fungsi fisik
Fungsi Individual (Seni murni)
ekspresi seni pada Gambar, lukisan, patung
Fungsi Sosial ekonomi (seni komersial)
Ekpresi seni sosial dan reproduksi  produk seni, Industri seni, Industri kreatif, industri berbasis budaya

Catatan: Tipe Seni : tipe seni imitatif, tipe seni bentuk, tipe seni emosi, tipe seni fantasi ada pada setiap tipe seni murni dan komersial

Alternatif pembelajaran.

Pembelajar diajak untuk memahami hasil karya visual menurut kriteria produk visual menurut konsep Feldman ini, bahwa dalam karya visual manusia 
  • melihat lingkungan untuk di jadikan inspirasi seni, dengan contoh-contohnya (meniru)
  • melihat bentuk-bentuk sebagai sumber inspirasi seni, dengan contohnya misalnya bentuk geometris, bentuk benda, bentuk manusia, flora dan fauna, bermain dengan bentuk seperti membuat dekorasi dari bahan kertas, menggambar dan membuat bentuk benda pakai sehari-hari
  • Mencatat apa saja kosakata yang berkaitan dengan emosi dan ekspresi manusia yang sangat dasar misalnya  lunak, lembut, marah, benci, cinta, senang, dan sebagainya dan coba diutarakan dalam garis, warna, bentuk dan tekstur dsb. atau diutarakan dalam bentuk bunyi (seni musik) gerak dalam seni tari.
  • Khayalan, fantasi, mimpi, sebagai sumber inspirasi seni, dengan contoh-contohnya (dalam tari musik, drama dan seni rupa). Dalam seni rupa misalnya membuat mobil fantasi,  Contoh lihat disini.. 
Kalau dalam kegiatan apresiasi seni , pebelajar disuruh mengamati sebuah karya, kemudian mencari kata-kata, kosa kata yang berhubungan dengan ke empat tipe seni  itu. (apa yang digambarkan /imitasi, apa jenis bentuk-bentuk yang digambarkan, apa ada unsur emosi, apa ada  ada unsur khayalan)

* Klassifikasi ini juga bisa dibawakan kepada seni musik drama atau tari, sebab ada musik, tari atau drama yang mengimitasi apa yang terlihat dalam kehidupan. Misalnya tari tradisional yang mengimitasi pekerjaan menumbuk padi, tarian burung angsa dan sebagainya. Dan ada pula tari yang semata membahas bentuk gerak (lihat teori gerak dari Laban  lihat biografi Rudolf Laban. Tari berdasarkan ekspresi atau emosi ( Fundamental Movement Skills for Expression) (lihat disini), tari berdasarkan fantasi. Walaupun ada kriteria klassifikasi tersendiri yang dikembangkan bidang tari, musik atau drama.(dalam tari musik, drama dan seni rupa) Contoh lihat disini..

Perkembangan terbaru dan alternatif dalam pendidikan seni, terdapat kegiatan dengan mengambil salah satu tipe seni, misalnya fantasi kemudian diterapkan pada melukis, menari, menyanyi dalam satu kegiatan dan wakttu yang sama.

Contoh kegiatan perpaduan/ gabungan   seni rupa, tari dan musik dan drama (tema pemersatu)
  1. Menceritakan kisah tentang  tari, bisa yang berasal dari dongeng rakyat tentang tari itu (tujuannya sebenarnya adalah pembelajaran bahasa (kosa kata) tari, musik dan seni rupa rakyat. Mendongeng berarti membangkitkan imajinasi murid
  2. Kegiatan seni rupa: menjelaskan fantasi tentang tentang bentuk-bentuk tokoh penari fantasi, misalnya melukis pada wajah, pembuatan topeng fantasi atau menghias tubuh dg fantasi. Kegiatan seni rupa yang sederhanana adalah melukis wajah, atau membuat topeng
  3. Kegiatan seni tari: menjelaskan fantasi tentang tari dan mempraktikkannya (tarian diciptakan sendiri oleh murid) sebaiknya dalam sebuah permainan.
  4. Kegiatan seni musik: mendengarkan musik pengiringnya, atau memainkannya
  5. Kegiatan lanjutan adalah membuat naskah drama fantasi  secara berkelompok
b.Klassifikasi berdasarkan Tema dan Maksud Seni
Jika kita bicara tentang maksud seni, maka kategori ini tidak semua orang menyukainya, disamping hal ini terkait dengan proses kerja yang sebetulnya sama (misalnya, apa beda proses kerja seorang ilustrator dengan pelukis?) nampaknya tidak berbeda. Tetapi kenapa yang satu di sebut ilustrator sedangkan yang lain pelukis?. Jadi perbedaan ini banyak tidak disukai orang. Tetapi jika kita mengikuti jalan pikiran sebelumnya tentang karya visual dan tentang imaji visual, masalah ini bisa dinetralisir. Paling tidak kita dapat membedakan antara seni untuk tujuan kreatifitas pribadi (seni) dengan kegiatan seni untuk tujuan komersia(lihat artikel ini). Lihat pula diskusi pada akhir bagian 5 ini.
Maksud Seni. Menurut Barnes (2003), melalui sebagian besar sejarahnya, seni telah melayani berbagai tujuan: untuk menghormati orang mati, mengingat penampilan penguasa atau kerabat (patung monumen), untuk memberikan bentuk visual untuk dewa, untuk menciptakan tempat-tempat suci, untuk menampilkan kekayaan (istana benda-benda), untuk mengajar (seni untuk pendidikan), dan memberi kesenangan (untuk keindahan). Bahkan bermaksud untuk membuat seni hanya untuk seni. Sejarawan melacak sikap tersebut pada filsuf abad ke-18 yang berharap untuk menemukan landasan intelektual bagi persepsi kita tentang keindahan dan dengan demikian memisahkannya dari kegiatan lain. Pandangan mereka dikenal sebagai "seni untuk seni." Di zaman sekarang  tentu pendapat ini telah berubah.

Menurut Barnes (2003) menjelaskan bahwa aspek-aspek imitatif, ekspresif, komposisi, gaya seni, pokok soal, abstraksi adalah elemen-elemen seni saja di luar maksud seni. Maka dia mengklasisikasikan karya-karya seni atas empat model maksud seni yaitu sebagai berikut ini.
  1. Seni  yang bermaksud untuk merekam realitas atau penampilan, ini sama dengan tipe imitatif (Feldman), rekaman ini pada dasarnya adalah dokumentasi, atau catatan tentang apa yang dilihat.
  2. Seni  untuk memvisualisasikan imajinasi dan visi manusia, ini sama dengan tipe Fantasi (Feldman)
  3. Seni  semata untuk menyenangkan (estetetik)
  4. Seni  untuk tujuan mengkomunikasikan sesuatu gagasan atau pikiran (ide, gagasan, konsep-konsep, untuk tujuan komunikasi, misalnya informasi, keagamaan, politik, ideologi)

Pengembangan kosa kata Maksud Seni
Maksud Seni:

Sub Maksud Seni
Sub-sub Maksud Seni (kosa kata lain)
1
mengungkap keindahan
Estetik, cantik, indah, bagus
menghias
Dekorasi, ornamen, mengisi ruang kosong
3
menata atur
Komposisi, tata atur, mengatur yang tidak teratur
4
mengungkap kebenaran
Mengungkap fakta, realitas, kenyataan
5
mengabadikan
mengkonservasi, mengabadikan sejarah
6
mengungkap nilai agama
mengungkap nilai keagamaan, religi, kepercayaan, keyakinan
7
berfantasi
khayalan, ilusi, fantasi, bayangan
8
menstimulir pemikiran
Gagasan, ide, konsep
9
mengungkap kekacauan
Keburukan, khaos, ketakutan, ketidakteraturan
10
merekam pengalaman
merekam pengalaman  dalam hal ingatan, renungan, ketakutan, cinta, perkawinan
11
merekam sosial budaya
Lingkungan, tradisi, adat, kebiasaan
12
memprotes
Ideologi, politik, faham, gerakan
13
mengungkapkan hal yang umum
Menjadikan hal yang biasa menjadi luar biasa atau menjadi seni
14
memenuhi kebutuhan seniman
Ekspresi  pribadi

 Catatan: Ke 14 sub-sub maksud seni dapat diringkas ke dalam 4 sub maksud seni (coba Anda  ringkas)* Daftar ini dapat diperluas lagi oleh Anda sesuai dengan kebutuhan, atau standar maksud seni yang ada, atau gabungan diantaranya; bahkan bisa pula di persempit, misalnya hanya dua maksud seni yaitu seni (murni) dan seni komersial.

*) Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, mungkin berprasangka tentang hal "maksud seni", sebab dalam pendidikan sering dikatakan bahwa tujuan pembelajaran seni adalah (a,b,c, d dsb). Apa yang disebut sebagai tujuan pendidikan dan pembelajaran adalah benar. Misalnya agar anak dapat kreatif, dsb. Tetapi hal itu berbeda dengan "maksud seni". tujuan pembelajaran hanya dapat dicapai dengan menetapkan terlebih dahulu "maksud seni". 


Contoh seni yang memerlukan gagasan atau ide, misalnya cerita. Maksud seni adalah untuk mengkomunikasikan sesuatu, seni ini bukan untuk bermaksud untuk keindahan.

Alternatif pembelajaran 
Pembelajaran ini tingkat kesukarannya lebih tinggi dari kriteria 1, 2, 3 dan 4. Sebab yang dipelajari adalah maksud seni dalam berkarya, atau motivasi yang melatar belakangi karya seni. Untuk memahami ini lebih dalam telah di bahas di sini.(klik kanan)

Jika pengajar tidak memahami maksud sebuah karya seni, akan lebih sukar lagi. Jadi klassifikasi seni ini hanya diberikan kepada tingkat kelas yang lebih tinggi, misalnya untuk pembelajaran kritik seni atau apresiasi seni di perguruan tinggi atau sekolah vocasional.

Sebab untuk memahami maksud seni hanya bisa dibahas melalui kritik seni dengan melalui tahap interpretasi atau evaluasi. Oleh karena tingkat kesulitan tinggi di bawah ini diberikan beberapa contoh pembahasan maksud seni. Setelah membaca tulisan di bawah coba pebelajar memasukkan pokok-pokok soal di bawah ini kepada empat kategori maksud seni tsb.
(1) mengungkap keindahan, (2) menghias, (3) menata atur, (4) mengungkap kebenaran,(5) mengabadikan, (6) mengungkap nilai agama, (7) berfantasi, (8) menstimulir pemikiran, 9) mengungkap kekacauan, (10) merekam pengalaman, (11) merekam sosial budaya, (12) memprotes, (13) mengungkapkan hal yang umum, (14) memenuhi kebutuhan seniman (manusia). Masukkan tema-tema ini ke dalam 4 kategori maksud seni di atas.
Contoh-contoh untuk kegiatan apresiasi seni/ Kritik seni

Contoh 1. Maksud seni  untuk merekam realitas atau penampilan. 

Kemampuan Seorang seniman untuk mereproduksi penampilan hal di dunia kita yang ada di balik beberapa dari pemakaian awal seni. Orang prasejarah mungkin memiliki ukiran dibuat dan lukisan gua hewan untuk memastikan kesuburan kawanan atau untuk digunakan dalam ritual yang ditujukan untuk menjamin berburu yang baik.

Mengungkapkan Kebenaran dan dokumentasi atau potret kenyataan (realitas)

Apakah kebenaran itu ? Semua makhluk yang berilmu dikatakan para ahli mencari kebenaran di atas dunia. Untuk tidak salah tafsir tentang kebenaran itu maka salah satu prinsip ilmu pengetahuan adalah membebaskan dirinya dari berbagai nilai-nilai. Kebenaran didekati dengan pikiran logis, faktual dan membebaskan diri dari interpretasi. Seorang seniman bisa berpikir seperti seorang ilmuan, dia hanya mengungkapkan fakta dengan sejelas-jelasnya. Sering pula seniman itu ingin mengungkapkan kebenaran tentang dirinya, terlepas dari segala macam interpretasi dan nilai. 



Lukisan pelukis Wakidi tentang realitas kehidupan adat atau tradisi di Minangkabau. Lukisan bisa dilihat sebagai sebuah potret realitas, jadi bukan hanya sebagai hasil ekspresi (ungkapan seniman)

Misalnya lukisan-lukisan pada awal kedatangan Barat di Nusantara adalah dalam rangka mencatat dan mengetahui keadaan sosial budaya, politik, ekonomi serta kekayaan flora dan fauna yang terdapat di Indonesia. Oleh karena itu lukisan-lukisan mereka dapat dianggap sebagai lukisan dokumenter berdasarkan teknik menggambar pada saat itu. Walaupun teknik pelukisan itu terlihat kuno pada masa kini, pada zaman lampau itu sudah dianggap modern. Teknik yang dimaksud adalah etsa,  engrafing, litografi, gambar pensil, pena dan tinta cina, "gravure"serta cat airbeberapa diantaranya adalah dari cat minyak atau oil painting. Teknik-teknik penggambaran ini pada dasarnya adalah karya seni  visual juga yang perlu dijelaskan sebagai bagian dari sejarah seni Indonesia di zaman kolonial. 

Seni  merupakan alat yang ampuh yang dapat digunakan untuk menggambarkan realita dengan detail yang  paling sempurna. Seni rupa juga dapat mengelabui mata, sehingga merasakan kebenaran tiruan. Orang-orang Yunani purba, para seniman Renesans, pelukis-pelukis foto-realis, mengejar dan mengungkapkan kebenaran dengan cara yang mereka sendiri, sehingga dunia benar-benar tampak seperti yang terlihat oleh semua orang. Seniman sering ingin menggambarkan kebenaran tentang dirinya. Kadangkala dalam mengejar kebenaran itu dia memperoleh kebenaran yang disertai keindahan. Pada saat lain terungkap kebenaran yang  memalukan dan biadab dan menyedihkan. Misalnya, ‘Kebenaran yang buruk’. Sebagaimana kebenaran yang indah, kebenaran ini sama posisinya dengan kebenaran yang indah, tetapi sering manusia mencoba untuk menutupi “kebenaran yang buruk” dan menghindarinya.
Gambar. Frida Kahlo (Self-Portrait) Sumber: Encyclopaedia, 2003.

Lukisan potret diri Frida Kahlo dari Mexico memanfaatkan kehidupan tragisnya sebagai tanda penderitaan manusia. Ia terluka dalam kecelakaan tabrakan antara trem dan mobil yang ditumpanginya pada usia 18 tahun. Kejadian itu meninggalkan beberapa luka serius, termasuk pada pelvis dan tulang belakangnya yang patah, dia menderita bertahun-tahun lamanya mengidap penyakit kronis. Perkawinan Kahlo dengan pelukis Diego Rivera juga menyakitkannya. Suatu ketika ia berkata kepada temannya, “Saya menderita karena dua peristiwa serius dalam hidupku, satu ketika trem melindasku….Kejadian lain adalah Diego.” Sebenarnya seluruh karyanya menggambarkan kesedihan mendalam dalam kehidupannya. 

Kahlo mengungkapkan keadaan dirinya melalui lukisan Self Portret with Monkey yang dilukis bertopi. Dalam beberapa lukisannya, wajahnya sering dilukis dengan realisme yang ekstrim, dengan latar belakang yang gelap, sempit untuk mengesankan kesesakan. Hal ini menjadi pertanyaan bagi pengamat lukisannya: “ apa yang sebenarnya terjadi ? Ketika ditanya mengapa ia melukis seperti itu, ia jawab “Porque estoy muy sola” (karena saya kesepian). Siapa mengira jika Kahlo berpikir seperti itu, dia bermaksud agar “hidup bisa bertahan, bertahan mengatasi kematian.”

Gambar .  Robert Mapplethorpe “Self Portait” (1988) Sumber Rathus, 1994

Contoh lain tentang penggambaran kebenaran dapat dilihat dalam karya Self Portret versi Robert Mapplethorpe. Medium “gambarannya” jujur; pengamat digiring kepada pandangan menyedihkan. Potret ini juga menyingkap kebenaran perjuangan Mapplethorpe oleh penyakit AIDS dan mungkin menekankan kepada maksud menerima nasib kematiannya yang tidak bisa terelakkan lagi. Kepalanya tenggelam  ke latar belakang lukisan, jemarinya mengepal erat menggenggam tongkat dengan sebuah tengkorak dan menonjol ke depan dengan fokus yang tajam. Kemarahan dan sikap menantang buku jari Mapple yang memutih kontras dengan kelembutan, ekspresi wajahnya yang kesakitan.

Contoh 2. Maksud seni  untuk memvisualisasikan imajinasi dan visi manusia.

Seni juga bisa membuat sesuatu yang terlihat biasanya kita tidak bisa melihat. Efek khusus yang luar biasa dalam film memiliki asal-usul mereka dalam kemampuan manusia untuk membayangkan dan mengubah imajinasi tersebut menjadi bentuk substansial. Mimpi dan visi adalah tema dominan dalam beberapa gaya seni-simbolisme (gerakan simbolis) dan surealisme, misalnya.

Mengekspresikan Fantasi
Dalam usaha menangkap imaji diri yang terdalam itu, beberapa seniman abad ke -20 telah mempelajari teks psiko-analisis  Sigmund Freud dan Carl Jung,  yang menegaskan bahwa adanya sebuah kekuatan dari zaman purba dalam dunia ketidaksadaran diri manusia (unconciousness). Para seniman memakai berbagai media sebagai penyalur kekuatan-kekuatan alam bawah sadar itu.
 
Gambar . Marc  Chagall (I and the Village, cat minyak) dan Max Beckmann (The Dream, cat minyak) Sumber Rathus, 1994

Contoh lain adalah potret diri Marc Chagall yang berjudul I and the Village yang memuat gambar-gambar fragmen seniman di tengah  objek fantasi yang terlihat mengapung satu sama lainnya ke dalam dan  ke luar. Berlalunya memori kehidupan dengan cepat di kampung Rusianya ditambahkan sebagaimana halnya kepingan teka-teki yang menyerupai mimpi yang merefleksikan alam terpisah-pisah dari memori itu sendiri. 

Lukisan Chagall ini merupakan sebuah dunia yang menyenangkan yang sifatnya pribadi. Dia menjajarkan gambaran yang aneh,  sesuatu kedamaian yang hanya ada dalam pikiran seniman itu sendiri. Proses fragmentasi dan penjajaran yang sama dilakukan oleh seniman Jerman, Max Beckmann dalam karya The Dream,tetapi dengan efek yang sangat berbeda. Ketegasan ruang dan  atmosfer  dalam karya Chagall memberikan rasa seperti menuju ruang kecil dan sempit, figur-figur dimampatkan  ke dalam    kelompok bentuk yang  zig-zag. Bukit-bukit lembut berombak dan garis keriting yang tersusun dalam lukisan itu, memberi kesan menyenangkan. Ada kualitas rasa mimpi, kekerasan, rupa yang kaku dan perubahan bentuk yang melenyap. Ada perasaan horor yang tersembunyi di setiap sudut dan celah-celah tangan lelaki yang diamputasi dan perban pita merah, imaji  pemusik jalanan yang buta.

Contoh 3.Maksud seni untuk menyenangkan (estetetik). 

Sebuah tujuan penting dari seni adalah untuk menyenangkan. Beberapa karya seni yang indah atau menarik dalam diri mereka. Lainnya menyenangkan kita melalui kerumitan visual mereka, dengan mengingatkan kita dari pola di alam, dan dalam banyak cara lain. Beberapa karya seni bahkan menyenangkan dengan menakut-nakuti kita dengan pemandangan mengerikan, yang tidak benar-benar menakutkan karena kita tahu mereka hanya ada di karya seni.

Mengungkap Keindahan
Manusia tidak dapat hidup tanpa keindahan (beautiful) atau sesuatu yang indah adalah bagian keseharian hidup manusia, walaupun hal itu tidak disadarinya. Bidang pengetahuan seni dapat memperkaya keindahan yang ada pada manusia. Orang Yunani Klasik terobsesi dengan gagasan tentang keindahan dari formula matematis yang disebut golden section atau golden ratio (perbandingan keemasan)  yang diciptakan untuk menciptakan bangunan, patung dan benda-benda, sehingga dapat meningkatkan kesempurnaan bentuk benda yang tidak dikenal di alam. Contoh lain, misalnya suatu ketika, seniman melihat objek alam yang indah, kemudian menirunya untuk dipakai.

Gambar  Leonardo da Vinci, “Monalisa” (1503) dan Standar Keindahan Wanita Kenya. Sumber Feldman (1967) 

Pada waktu lain seniman mengambil unsur alami itu dan menjadikannya sebagai keindahan yang  ideal, misalnya kecantikan seorang wanita. Namun, keindahan itu sifatnya relatif, walaupun ada yang bersifat universal, sebab tergantung individu dan kebudayaan.Seniman abad ke-16 Leonardo da Vinci, misalnya terkenal dengan keindahan abadi dan kemisterian senyuman Monalisa-nya Namun, ini kecantikan ukuran orang Barat. Penghargaan estetik dengan ciri ketenangan, keagungan dan  kesopanan gadis Italia belum tentu disukai oleh orang Timur. 

Di manapun di dunia, ada saja perdebatan tentang hal yang menarik (estetik) atau tidak sesuai ukuran kultur masing-masing. Pada masarakat Timur estetik itu bisa lain lagi, misalnya  sesuatu yang mengerikan, lukisan tubuh, tato dan hiasan dapat dianggap estetik sekaligus sakral. Hal seperti ini mungkin tampak lucu dan aneh bagi seseorang yang berasal dari dunia barat. Secara intrinsik. sebuah bentuk karya seni. Sesuatu yang menarik (estetik) itu dibutuhkan oleh manusia dan lingkungan hidupnya. Namun, estetik itu relatif sifatnya, tergantung individu, pendidikan, sosial dan budaya

Contoh 4. Maksud seni untuk mengkomunikasikan sesuatu gagasan atau pikiran.

Seni dalam segala bentuknya dapat menampilkan kekayaan, kekuasaan, dan gengsi. Karena tingginya nilai seni, hal itu mungkin tampak terjangkau hanya kelas elit pelanggan dan kolektor. Beberapa karya seni, bagaimanapun, diciptakan khusus untuk menarik masyarakat umum. Misalnya, seni yang menghiasi gereja dikomunikasikan keyakinan agama untuk jamaah. Potret para pemimpin atau gambar dari peristiwa bersejarah terkadang membawa sudut pandang politik. Sebelum surat kabar menjadi tersedia secara luas seni juga menyampaikan berita kepentingan umum. Bentuk seni Mudah direproduksi, seperti foto atau cetakan, adalah media yang sempurna untuk seni yang mengajarkan atau membujuk.

Merefleksikan Konteks Sosial dan Budaya
Gambar . Faith Ringgold (Tar Beach, acrylic dan kain ) Sumber Feldman (1967)

Karya Tar Beach  dari Faith menceritakan kepada kita tentang kisah tumbuh-berkembangnya gadis muda di Harlem. Pengalamannya berlangsung dalam konteks sosial dan budaya yang khusus. Dalam pengalamannya, seniman merekam kegiatan dan objek yang terjadi pada waktu itu dan di tempatnya, gambaran itu merefleksikan kebiasaan dan kepercayaan, yang dapat menggambarkan tingkat keterampilan tangan dan ilmu pengetahuan yang ada di lingkungan budaya itu.

 
Gambar  Edward Hooper, Nighthawks, cat minyak. Sumber:  Feldman 1967

Karya Edward Hopper yang berjudul Nighthawks. Kelihatan dalam lukisan ini gaya arsitektur, gaya rambut, gaya topi dan bantalan bahu, bahkan harga rokok hanya 5 sen. Pemandangan ini terjadi di sebuah kota wilayah Amerika pada akhir tahun 1930-an atau 1940-an. Subjeknya orang biasa saja dan tidak memperlihatkan banyak peristiwa. Di dalam karya terlihat ketegangan antara ruang makam malam yang sunyi di pojok dan jalan yang sepi. Objek yang familiar terlihat jauh di belakang Potongan kecil cahaya yang hangat terlihat sangat berharga, seolah seperti potret malam hari yang menyimbolkan kehidupan yang tidak teratur dan terancam dan karena itu orang terpaksa mengasingkan diri ke restoran/kave ini. Lukisan ini tepat untuk mengkomunikasikan perasaan sepi, sesuatu yang tidak pasti dan sebuah pengalaman agar hati-hati jika berada di luar rumah. Hopper berhasil dalam lukisan ini untuk menggambarkan sebuah keadaan sosial-budaya yang spesifik dan menarik.

Diskusi tentang Maksud Seni : antara "fine art" dan"visual art"

Setelah membaca uraian di atas, sebenarnya masalahnya belum selesai, sebab ada istilah lain yang berkaitan dengan ini yang muncul dari bahasa Inggris, yaitu "fine art" dan "visual art" apakah maksudnya?. Ternyata istilah yang pertama  dalam bahasa asing menjadi masalah sampai saat ini sebab diterjemahkan orang Indonesia kepada "seni murni" dan di lawankan dengan "seni terapan". Walaupun mungkin benar tetapi Maksudnya, sebenarnya tidak seperti itu. Pada saat  ini "fine art" (dlm. bhs.Inggris), diartikan sebagai
Fine art: Creative art, esp. visual art, whose products are to be appreciated primarily or solely for their imaginative, aesthetic, or intellectual content.  (from Google)

Fine art:  Seni kreatif, esp. visual art, yang produknya untuk dihargai terutama atau khusus untuk perihal imajinasinya, estetika, atau konten intelektual. (dari Google). Dalam hal ini visual arts tidak diterjemahkan sebagai seni rupa.

Sedangkan visual arts adalah berikut ini.
Visual art: Art forms that create works that are primarily visual in nature. (from Wikipedia). A prevalent opinion is that all fine art is visual art, but that all visual art is not necessarily fine art.(Clara Lieu, 2013, https://claralieu.wordpress.com). 
Visual art: bentuk seni yang menciptakan karya-karya yang terutama visual yang di alam.(dari Wikipedia). Pendapat umum adalah bahwa semua fine art adalah visual art, tetapi tidak semua visual art adalah  selalu fine art. 
One common point of view is that the original motivation for making the artwork is what distinguishes visual art from fine art.  Visual art encompasses everything that is visual, is extraordinarily wide in scope, and includes everything from a Monet oil painting to commercial concept sketches made for an animated movie. Many people see fine art as being generally devoted to artworks that are made purely for the sake of themselves. (Clara Lieu, 2013, https://claralieu.wordpress.com)
Satu titik yang sama pandang adalah bahwa motivasi asli (maksud)-nyalah yang membuat karya seni itu menjadi berbeda (antara) visual art dari fine artVisual art meliputi segala sesuatu yang visual (pen: yang dipersepsi melalui imaji-imaji manusia), yaitu yang luar biasa dari segi keluasan lingkupnya, dan mencakup segala sesuatu mulai dari lukisan minyak Monet,  sketsa konsep komersial dibuat untuk sebuah film animasi  (dsb). Banyak orang melihat fine art umumnya khususkan untuk karya seni yang dibuat murni untuk kepentingan kreatif sendiri (pribadi). 

Kalau kita buat bagannya maka terlihat sebagai berikut ini;



Dengan demikian penjelasan penulis tentang imajinasi visual sejak awal tulisan ini tidaklah keliru, sebab melihat seni dalam rangka imaji visual, namun yang menjadi masalah adalah istilah seni rupa, Sebab dalam bahasa indonesia visual arts  dapat dianggap seni rupa dan sekaligus sebagai seni murni (fine arts). Sebagai sarana kreatifitas Seni Rupa dibatasi pada media lukis, patung, keramik dan grafis. Itulah sebabnya dalam tulisan ini penulis membedakan dan memakai hanya istilah Seni saja (yang dipakai untuk kegiatan kreatifitas pribadi) dan Seni Komersial (terapan) sebagai kegiatan di luar kegiatan krteatifitas pribadi. Walaupun keduanya bisa beralih maksud.

Kemudian yang terpenting dari uraian ini sebenarnya seni anak-anak tidak berbeda dengan seni orang dewasa, dan bisa saja karya anak-anak disebut karya seni, cuma maksudnya yang berbeda bahwa karya seni anak-anak bukan dimaksudkan untuk tujuan komersial. Jika karya seni anak maupun orang dewasa adalah karya untuk tujuan kreatif (Fine arts) dan sekaligus bisa dianggap sebagai visual arts (asal bukan untuk tujuan pesanan atau komersial).

Jika tidak hati-hati maka kegiatan seni anak-anak mirip seperti  kegiatan seni pesanan (komersial)  yaitu pemaksaan guru untuk membuat karya dengan aturan-aturan yang ketat yang ditentukan targetnya, dan bukan dari kehendak pribadi atau sifat kreatif  yang asalnya murni dari murid.
Selanjutnya (Clara Lieu, 2013) menjelaskan, Satu titik yang sama pandang adalah bahwa motivasi asli untuk membuat karya seni yang membedakan (antara) visual art dari fine art. visual art meliputi segala sesuatu yang visual (pen: yang dipersepsi melalui imaji-imaji manusia), yang luar biasa dari segi keluasan lingkupnya, dan mencakup segala sesuatu mulai dari lukisan minyak Monet,  sampai kepada sketsa konsep komersial dibuat untuk sebuah film animasi  (dsb). Sebaliknya, banyak orang melihat fine art umumnya khususkan untuk karya seni yang dibuat murni untuk kepentingan sendiri (pribadi). 
Berdasarkan pendapat tersebut, mulai muncul kerancuan pengertian diantara keduanya. Selanjutnya (Clara Lieu, 2013) menjelaskan.
"Saya sudah pasti mengalami motivasi yang berbeda untuk membuat seni. Beberapa tahun yang lalu saya bekerja sebagai pelukis potret dengan teknik lukis untuk  sejumlah potret. Satu-satunya motivasi untuk membuat lukisan potret ini pada dasarnya untuk menyenangkan klien. Mayoritas keputusan yang menentukan untuk membuat lukisan bukan oleh saya sendiri. Setiap bagian dari lukisan itu dikendalikan dan ditentukan oleh apa yang diinginkan dan cara pandang klien. Dari sisi lain saya menganggap karya seni yang saya buat hari ini menjadi fine art. Saya membuat karya ini karena saya didorong oleh keinginan batin untuk melakukannya, bukan karena seseorang membayar saya atau memberitahu saya bagaimana  melakukan pekerjaan ini. 
Namun, terdapat anggapan dasar jika Anda ingin melihat dan bekerja untuk segala sesuatu dalam konteks hitam-putih. Bukanlah sesuatu hal yang dapat di sederhanakan dalam seni. Menurut pendapat saya, perbedaan antara fine art dan seni visual yang pesanan, adalah tidak ada garis keras antara keduanya (misalnya apa bedanya antara illustrator yang bekerja untuk tujuan komersial dengan pelukis yang bertujuan ekspresi pribadi ?). Di ujung paling ekstrim dari spektrum ini, yaitu fine arts yang dibuat semata-mata demi memuaskan kebutuhan komersial (mis. Illustrasi), dan ada seni yang dibuat semata-mata untuk kepuasan pribadi sendiri (lukisan). Di sini ada dua kutub pandangan ekstrim yang sangat besar. Sebagai contoh, saya pikir sebagian besar dunia akan setuju kalau Kapel Sistine Michelangelo adalah karya visual arts, tetapi karyanya dianggap orang sebagai fine arts. Faktanya Kapel Sistina adalah hasil kerja pesanan sebuah panitia atau komisi (komersial), banyak kasus  seperti ini di sepanjang sejarah seni visual.."
Untuk alasan ini, saya bukan penggemar kategori, dan saya sangat tidak suka tindakan mengkategorikan karya seni tertentu. Orang sangat ingin untuk menempatkan label seniman dan menempatkan karya seni di sebuah kategori, karena terlihat lebih mudah, namun ada begitu banyak karya seni dan seniman yang menentang kategorisasi. Dalam banyak kasus hal inilah yang menyebabkan rmengapa saya memperoleh pemahaman karya seni seniman dapat menjadi begitu menarik. Saya pikir, salah satu contoh yang baik dari kasus ini adalah karya seniman kontemporer Sarah Sze. Saya melihat pekerjaannya itu bukan patung, tidak cukup pula disebut karya arsitektur, dan tidak cukup pula untuk disebut karya instalasi. Karyanya mengapung di antara berbagai genre dan menggabungkan berbagai kualitas, sehingga mustahil untuk mengkategorikan karyanya".
Dapat disimpulkan untuk memahami kriteria dan maksud seni memang sebuah pekerjaan yang sulit dan unik, oleh karena ini bukan tugas berkarya seni, maka sebaiknya tugas ini di kerjakan oleh intrepretator atau kurator seni yang lebih ahli untuk membuat narasi karya seni.


Karya Sarah Sze, sumber:(Clara Lieu, 2013, https://claralieu.wordpress.com)

Sebagai tambahan, seni rupa sebagai medium bukanlah fine art, tetapi dapat menjadi fine at maupun visual arts. Jadi peralihan nama pelukis fine art  ke pelukis ilustrator, dibedakan oleh maksud yang berlainan padahal pekerjaannya sama. Bagan ini membantu untuk menjelaskan terminologi seni. Tanpa bagan ini, kadang bisa menyebabkan friksi dan diskrepansi makna seni. Seni rupa adalah terminologi tradisi  akademik untuk menyatakan kegiatan fine arts maupun visual arts melalui media lukisan, patung keramik dan grafis.

c. Klassifikasi Tema Seni berdasarkan Isi (Content)


Isi karya seni adalah segala sesuatu yang dimuat di dalamnya. Muatan karya mengacu tidak hanya kepada garis atau bentuknya. Namun, juga kepada pokok persoalan (subject matter) dan makna (pokok) yang mendasarinya atau tema. (Rathus 1994 ). Contoh level (tingkat) muatan seni oleh Rathus (1994).Menurut Rathus (1994) kategori umum untuk semua jenis seni umumnya berdasarkan: 1) bentuknya (form), 2) gaya (style) atau 3) subject matter (pokok soal). Ada tiga tingkat (level) isi seni sebagai berikut ini.
  1. Elemen  dan Komposisi, Elemen Visual adalah hal-hal yang nampak sebagai unsur terkecil dari seni, misalnya titik, garis, warna,  tektur. Komposisi adalah susunan unsur-unsur dalam sebuah karya seni. Semua karya seni memiliki urutan semacam ditentukan oleh seniman: Mereka mungkin seimbang dan simetris, berputar-putar dan dinamis, atau bahkan kacau dan acak. Kita bisa menggambarkan beberapa komposisi dengan mengacu pada sosok-misalnya geometris, angka dapat dikelompokkan untuk membentuk segitiga-tetapi tidak semua karya dirancang dengan cara ini. Kadang-kadang membantu untuk menyipitkan mata di tempat kerja atau mundur dari itu untuk melihat komposisinya. Mencari pola umum organisasi, tidak peduli apa bentuk mereka. Untuk membahas lebih dalam lihat di sini
  2. Pokok Persoalan (Subject Matter) Semua elemen formal seni dan ide yang lebih umum gaya terpisah dari subyek. Seniman yang bekerja di abad ke-16 Italia dan abad ke-19 Prancis dapat melukis subjek mitologi yang sama, tapi gaya mereka akan sangat berbeda. Sumber-sumber sastra, seperti tulisan-tulisan klasik atau Alkitab, dapat membantu kita memahami subyek dari banyak karya seni. Bahkan ketika kita menyadari subyek sebuah karya, interpretasi lebih lanjut oleh para ahli sering mengungkapkan pesan tambahan tentang pekerjaan atau waktu artis. Untuk menunjang masalah ini lihat disini
  3. Makna, adalah  arti luas atau pengembangan interpretasi dari pokok soal yang  dipercakapkan dalam seni lukis 


 Pengembangan kosa kata content (isi) seni

Sub  content ( isi ) seni
Kosa kata lain dari isi seni
1
Elemen dan komposisi
Titik, garis, tekstur, nada, komposisi dsb
2
Subject matter (pokok persoalan)

Lihat genre, tipe,  dan gaya seni
3
Makna/ Interpretasi
Lihat maksud seni, lihat semiotika: Ikon, simbol, indeks

Alternatif pembelajaran Isi Karya Seni 
  • Pembelajaran ini tingkat kesukarannya lebih tinggi dari kriteria 1, 2, 3 , 4, 5, oleh karena itu sebaiknya hanya dipelajari di perguruan tinggi. Sebab yang dipelajari adalah isi dan makna atau tipe-tipe karya seni. Sebaliknya pada pendidikan dasar seni adalah media untuk mengembangkan imajinasi dan pengembangan otak anak.
  • Jika pengajar tidak memahami maksud sebuah karya seni, atau klassifikasi yang dijelaskan sebelumnya. Akan lebih sukar lagi. 
  • Untuk memahami isi karya seni harus belajar estetika, atau filsafat seni, sejarah seni, dan sosiologi seni, jadi hal ini tidak atau kurang penting bagi pendidikan dasar dan menengah, kecuali sekolah SMK (vocasional).
  • Jadi klassifikasi seni ini hanya diberikan kepada tingkat kelas yang lebih tinggi, misalnya untuk pembelajaran kritik seni atau apresiasi seni di perguruan tinggi. Untuk memahami maksud isi dan makna karya seni, hanya bisa melalui tahap interpretasi atau evaluasi dalam kritik seni di Perguruan tinggi atau bisa juga untuk sekolah vocasional.
C.Klassifikasi berdasarkan Tampilan Visual dan Penempatan

Seni  dapat dikelompokkan berdasarkan dimana dia ditempatkan (tampilannya). Kelompok kerja  seni  dari bentuk-bentuk di mana mereka berada (misalnya, di atas panggung: seni pertunjukan (performance art) musik, pantomin. Di ruang  terbuka misalnya  seni patung, arsitektur. Di atas bidang misalnya: desain grafis, lukisan, dsb).


Peragaan Tari dalam bentuk
Peragaan Musik dalam bentuk
Peragaan Teater dalam bentuk
Peragaan Seni Rupa dalam bentuk
1. Gerak 
2. Memainkan tari
3. Membaca  dan membuat notasi tari 
4. Koreografi 
5. Improvisasi Tari
1. Nyanyian/Lagu 
2. Memainkan alat musik 
3. Pembacaan dan membuat  notasi musik
4. Komposisi dan aransemen    musik 
5. Musik Improvisasi
1. Produksi, Stage
2. Membaca  dan menulis   skrip 
3. Karya Improvisasi Teater
4. Menginterpretasikan  peran 
5. Set desain 
6. Direk teater

1. Jenis Tampilan Seni Pertunjukan (Performance Art)
Seni pertunjukan adalah bentuk seni dimana seniman menggunakan suara dan / atau tubuhnya, seringkali dalam kaitannya dengan objek lain, untuk menyampaikan ekspresi artistik. Ini berbeda dengan seni visual , yaitu saat seniman menggunakan cat / kanvas atau berbagai bahan untuk menciptakan benda seni fisik atau statis. Seni pertunjukan mencakup beberapa disiplin ilmu, masing-masing tampil di depan audiens yang tinggal 

2. Jenis-Jenis Seni Berdasarkan Tampilannya dan Imaji Visual
Banyak yang tidak menyadari bahwa istilah visual dalam bahasa Inggris maksudnya "hasil persepsi", atau lebih tepatnya "imaji bentuk" yang ditangkap melalui mata manusia. Bayak orang menafsirkan makna visual, sebagai rupa (kata benda/ noun), sehingga seni visual dianggap sebagai seni rupa. Yang dimaksud dengan visual (bhs. Inggris) disini adalah "kata sifat/ adjektive" atau yang bersifat visual,  atau lebih tepatnya adalah hasil "persepsi manusia". 

a. Pendekatan filsafat dan teori




Klassifikasi seni dalam konteks seni dan budaya. Oleh Nasbahry C (2012)
Dari pendekatan teori dan Filsafat, seni  itu dapat dicerap melalui (1) mata, (2) telinga dan (3) campuran. Sehingga lahir kelas seni (1) visual arts, (2) Verbal arts/ seni melalui bahasa, (3) auditory arts (seni melalui pendengaran), dan (4) campuran diantaranya, misalnya seni drama dan film. Dari teori ini muncul pengklassifikasian lain seperti: seni musik atau seni suara, seni visual (rupa), seni sastra atau campuran seni ini seperti seni drama.

Dari teori budaya, budaya manusia dianggap menghasilkan seni, sehingga lahirlah Ekspresi Budaya (Culture Expression), sesuai dengan masing-masing budaya yang ada di dunia. Dari teori budaya ini muncullah istilah atau klassifikasi:  seni budaya lokal, seni tradisional, tari moderen, tradisional dan sebagainya. Teori ekspresi budaya visual memunculkan klassifikasi: budaya visual (Visual culture), dan yang lebih khusus adalah kelas Visual Arts. 

Yang terakhir ini sering disalah artikan sebagai Seni Rupa, padahal tidak. Seni Rupa, secara tradisi akademik adalah seni lukis, seni patung, seni grafis dan keramik (kata benda). Sedangkan visual art penekanannya kepada hasil persepsi (kata sifat). Desain bukanlah bagian dari seni, sebab umumnya seni termasuk kelas yang membahas pengalaman seni, seperti pengalaman berekspresi dan estetik. Hal ini berbeda dengan kelas Desain yang tujuan utamanya memberikan pengalaman merancang (designing). Tujuan kelas desain bukan memberikan pengalaman berekpresi dan estetik, walaupun juga ada pengalaman persepsi estetik di dalamnya.
*Catatan: Untuk tidak salah pengertian tentang makna ekspresi dalam seni, ekspresi tidak semata-mata dapat diartikan sebagai "ungkapan perasaan, tetapi juga pikiran" sebab dalam seni menurut hemat penulis ada dua metoda. Pertama disebut dengan "menggambarkan-berpikir", yang kedua adalah "berpikir-menggambarkan". Dalam metoda "menggambar berpikir, perupa menggambarkan sesuatu yang dilihatnya secara detail tampa dibebani oleh gagasan atau ide-ide lainnya tentang melukis. Setelah lukisannya selesai kemudian baru judul lukisan di ciptakan. Termasuk berpikir (membahas) tentang apa yang tergambar itu. Jeni-jenis lukisan seperti ini termasuk maksud merekam penampilan (Barnes), atau kenyataan (Rathus). Sebaliknya menggambar atau melukis dengan metoda "berpikir-menggambar", si perupa berangkat dari dari konsep, ide , gagasan atau filosofi budaya (estetika) tertentu sebelum menggambar/melukis. Dengan demikian "tema, konsep, judul" lukisannya diketahui lebih dahulu baru menggambarkannya dalam lukisan atau gambar. Uraian mendalam tentang ini ( lihat di sejarah seni rupa  lokal ini).
*Menurut Daniel Grand (Updated: 08/06/2011), Tidak ada yang benar-benar tahu kapan judul karya seni oleh seniman menjadi praktek standar. Tetapi dapat diasumsikan bahwa seniman mulai membuat judul sebagai perlengkapan lukisan saat mereka mulai memproduksi karya seni untuk dealer seni khusus untuk pelanggan yang independen, Situasi ini berkembang pada abad ke-17 di Belanda. Namun, menurut beberapa kurator seni Eropa di Metropolitan Museum of Art di New York, ada dasarnya seniman memberikan judul untuk karya-karya mereka di Belanda saat itu, yaitu untuk mendata persediaan lukisan di dealer, dan untuk membedakan masing-masing lukisan yang mirip. Sebelum zaman ini, judul lukisan tidak diperlukan sebab semua orang tahu tentang apa yang di lukis, karena apa yang dilukis berasal dari tema-tema agama yang dikenal, misalnya lukisan "Madonna and Child". Sumber: (lihat di sini)
b. Kasus istilah "seni terapan".
Dalam beberapa tulisan penulis di blog ini atau di blog lain. Penulis dengan rendah hati menyatakan kurang setuju dengan istilah seni terapan, alasannya sangat jelas, misalnya ditinjau dari segi linguistik istilah "seni terapan" terdiri dari dua kata yaitu seni dan terapan", dalam kaidah bahasa yang diterangkan  berada didepan, predikat atau penjelasan berada di belakang. Dalam kasus ini yang diterangkan adalah seni yang seakan-akan diterapkan kepada sesuatu, misalnya benda. Ini logika yang tidak benar. Sebab jika yang ditunjuk itu adalah benda pakai atau karya desain. Membuat keranjang berbeda dengan melukis, membuat syair atau mengarang lagu. Pro dan kontra tentang istilah ini (atau dilema ini) juga di tulis oleh Wikipedia (2015), dan kemudian dia menjelaskan sebagai berikut.
:Favor and oppose. The whys and wherefores concerning the validity of naming various categories in the fields of decoration and design requires an explanation which cannot be short. Even so, mine here might be inadequate. Nevertheless, I humbly offer it and apologize if it does not seem humble. "Useful arts" is archaic and appears almost nowhere in industrial-design literature today. The fact that it was used in the US Constitution attests, in a way, to its having become linguistically passĂ©, regardless that Section 8 of the document is the basis for copyright laws. I propose that the "Useful arts" category be merged into "industrial design" (not into "Applied arts") and that the present three categories on the Wikipedia site remain: The "Arts and crafts", "Arts and Crafts Movement" and "Industrial design". However, "Applied art" should be merged into "industrial design"; they are essential one and the same. (Wiki.Talk)
Pro dan kontra istilah “seni terapan”. Sebab-musabab mengenai validitas penamaan berbagai kategori  bidang dekorasi dan desain membutuhkan penjelasan yang tidak bisa pendek. Meski begitu ( uraian) saya di sini mungkin tidak memadai. Namun demikian, saya dengan rendah hati menawarkan dan meminta maaf jika tidak tampak rendah hati. "Seni Berguna (useful arts)" adalah kuno dan (pendapat ini) muncul hampir di semua literatur industri-desain hari ini. ....... Saya mengusulkan bahwa " kategori seni Berguna (useful arts)" digabung (dimasukkan) kepada "desain industri" (tidak dalam "seni Terapan"(aplied arts)) dan bahwa ada tiga kategori di situs Wikipedia yang tetap (yaitu):  (1) "Seni dan kerajinan tangan",(2) "Seni dan Gerakan Kerajinan" dan (3) "Desain Industri". Namun, "seni Terapan (aplied arts)" harus di masukkan ke "desain industri"; mereka salah satu yang (memiliki) kepentingan dan sama. http://en.wikipedia.org/wiki/Talk:Applied_art (2015). atau lihat disini. ( Bidang desain dan bidang seni itu berbeda) Walaupun dalam uraian Wikipedia itu ada istilah "aplied arts tetapi sebenarnya yang ditunjuknya adalah bidang "industrial desain". Lebih tepatnya menurut penulis, adalah yang berhubungan dengan industri atau komersial.

Yang menjadi masalah adalah buku-buku pelajaran seni dan seni budaya  di indonesia , gencar memakai dan mengkategorikan seni yang dibagi menjadi dua yaitu seni murni dan seni terapan. Dan ini di ajarkan oleh guru-guru seni sejak tahun 2004. Dan tidak ada pembelajaran yang menjelaskan bidang desain yang diperlukan di bidang industri atau komersial yang dibutuhkan di abad ke -21 Iptekni (ilmu pengetahuan, teknologi dan seni) yang pada dasarnya adalah inti dari kebudayaan manusia. Tulisan-tulisan itu menimbulkan kesan  bahwa mempelajari seni dan budaya berarti hanya mempelajari seni rupa, tari, musik dan drama. Dan itu hanya terbatas pada pengetahuan apresiasi  produksi seni.Kemudian jelas bahwa yang dimaksud dengan "Seni terapan" adalah seni komersial, jadi disarankan diganti saja dengan istilah seni komersial.(lihat artikel seni komersial ini). Dan akhir-akhir ini juga gencar munculnya istilah seni kreatif (lihat ini) yang masuk kepada mata kuliah S2 di PT. Menurut hemat penulis seni kreatif tidak lain adalah seni komersial juga, yang berkaitan dengan istilah kreatif yang lain seperti industri kreatif, kota kreatif dsb. Seni kreatif, bukanlah kreatif dalam hal ekspresi seni, sebab kegiatan seni adalah kegiatan kreatif.

Banyak yang tidak menyadari bahwa istilah visual dalam bahasa Inggris maksudnya "hasil persepsi", atau lebih tepatnya "imaji bentuk" yang ditangkap melalui mata manusia. Kebanyakan orang menggampangkan makna visual, dan menterjemahkan visual = rupa (kata benda/ noun), sehingga seni visual = seni rupa. Yang dimaksud dengan visual (bhs. Inggris) disini adalah "kata sifat/ adjektive" atau yang bersifat visual,  atau lebih tepatnya adalah hasil "persepsi manusia". Kedua kata ini visual (bahasa inggris) dan rupa (bahasa Indonesia) kelihatan menunjuk makna yang sama, tetapi bisa juga tidak sama, sebab dalam bahasa inggris lebih mengutamakan kata sifat, sedangkan dalam bahasa Indonesia "rupa" lebih mengutamakan kata benda. Dalam bahasa indonesia pemakaian kedua kata ini sering tumpang tindih dan rancu, misalnya saat kata benda menjadi kata sifat seperti  "perupaan" maknanya adalah"visualisation".

Apakah imaji (image) itu?. Imaji adalah sesuatu yang dibayangkan dalam pikiran; bayangan; Imaji visual adalah segala sesuatu yang mewakili visual. Misalnya grafis (gambar arsitektur, gambar interior, produk), peta-peta, lukisan dan gambar, hasil foto dan segala sesuatu yang nampak kelihatan. Untuk tidak salah pengertian karya desain arsitektur adalah gambar-gambar grafis arsitektur, demikian juga desain produk dan interior. Dalam sejarah, teknik awal dalam menggambarkan imaji itu, melalui gambar perspektif, cat minyak, dan lensa. Ciri dari imaji visual itu adalah cerminan, (mirror), santir dari realita atau benda (objek).


Salah satu kajian budaya visual zaman Byzantium, oleh Emmanuel Alloa, april, 5-5-2013, yang mengkaji imaji-imaji visual/budaya visual di zaman Byzantium, dalam Journal of Visual Culture, dari :http//vcu.sagepub.com/

Teori Persepsi terhadap imaji.
“Images are analogous to visually perceived scenes in the world [Archigram]; But the observer's psychological [Mark Cohen], physiological [Jonathan Crary] ; perceptual [Eckstein] and mental operations [Julesz] all impact on meaning”(Art & Technology George Legrady)
Bahasa Imaji (Language of the Image)
  • Bahasa Imaji. Lihat “Roland Barthes asks if the image is a language (yang memandang imaji sebagai bahasa visual)
  • Bahasa imaji juga dapat dipelajari dari retorika Visual ( Hugh , The Rhetoric Of The Image – Roland Barthes (1964), December 21, 2009.http://tracesofthereal.com/2009/12/21/the-rhetoric-of-the-image-roland-barthes-1977/
Sintaksis Visual (Visual Syntax)/ Tata Kalimat Visual)

  • Makna yang disalurkan melalui melalui organisasi bentuk, lihat teori-teori Cartier-bresson, Images Ă  la sauvette (1952; The Decisive Moment) dan Max Bill tentang organisasi visual imaji fotografi
  • Makna yang dikembangkan melalui komposisi elemen visual, lihat: Winogrand, Friedlander, Baldessari tentang organisasi dan komposisi elemen fotografi 
  • Dalam sejarah seni “pokok soal” (subject matter)  seni semata-mata adalah dari bentuk yang diekplorasi
  • Makna dari imaji-imaji visual adalah hubungan timbal balik antara encoded (cara tanda /pesan dibuat) dan decoded atau cara pembacaan pesan/tanda (Information Theory).
  • Makna imaji: kadang-kadang imaji gambar adalah tanda yang kosong (tidak bisa diduga), sebab menunjuk sesuatu yang lain.
  • Makna adalah hasil budaya dan pembelajaran, makna adalah sistem kognisi. 

Fotografi dan Seni digital, termasuk  Visual arts. Sumber. Wallpaper.

Seni visual adalah imaji-imaji  visual yang dapat mengandung keindahan. Karya seni rupa juga terlihat (visual) dan mengandung keindahan, tetapi dalam sejarah seni, dan tradisi akademis lingkupnya dibatasi sebagai media seni melalui seni lukis, patung, keramik dan grafis. Sedangkan visual arts --sesuai dengan definisi di atas--bisa menjadi lebih luas. Itulah sebabnya arsitektur, filem, fotografi, dimasukkan kedalam kategori jenis seni visual. Filem, animasi, kartun, video seni misalnya, adalah gambar bergerak yang dipersepsi melalui imaji-imaji visual. Jadi  visual arts  adalah kategori seni visual yang mementingkan imaji (image). Pembatasan seperti ini berbeda dengan kriteria tradisi seni rupa akademik yang membatasi seni hanya  pada lukisan, patung, grafis dan keramik sebagai media kreatifitas seni.
.
 Gambar grafik arsitektur termasuk visual arts.

Untuk klassifikasi Visual arts dipakai kriteria produk hasil seni visual. Sebagai contoh kriteria yang dipakai  misalnya jenis imaji visual ruang yang dibedakan dengan imaji visual bidang, imaji lukisan dibedakan dengan imaji visual arsitektur. Perkembangan  jenis imaji visual ini dapat diketahui melalui pendekatan sejarah dan konseptual.  Dari sejarah terlihat, selalu ada ada jenis-jenis  produk seni baru yang dapat menjadi bagian dari seni visual lama, misalnya fotografi dan karya komputasi. Diantaranya adalah:
  • Gambar grafis
  • Karya berbasis lensa (Optical/lens based)
  • Seni optikal dan komputasi, lapangan cahaya (light space)
  • Komputasi, algorithmic
  • Data Visualization
  • Optical time-space [Art + Com] 
Yang lebih luas dari seni visual adalah budaya visual (visual culture) mirip dengan visual arts, tetapi penekanannya kepada sosial dan budaya. Yang dilihat tetap imaji-imaji visual yang dimaksud. Misalnya komik “manga” adalah ekspresi budaya (Cultural Expression Jepang. Sedangkan “Tom and Jerry” adalah imaji visual ekspresi budaya Amerika. Jadi Budaya visual adalah dalam konteks ekspresi budaya yang berlainan. Budaya visual bukanlah sekedar wujud kebudayaan konsep. Budaya visual Indonesia yang baru dikenal internasional ada pada keragaman bentuk bangunan dan ukiran serta seni batik yang juga memperlihatkan ekspresi budaya yang khas Indonesia. Dan juga sudah banyak karya seni visual lainnya tetapi popularitasnya belum luas. Dalam budaya visual di bedakan antara yang tangible dengan yang intangible (intangible cultural  heritage). Budaya visual hanya membahas “tangible cultural heritage”. Umumnya bidang seni budaya mempelajari dan menguasai keduanya. 


Budaya Visual: Komik “manga” Jepang,  dan “komik “cowboy” Amerika, sumber: Wikipedia.2014. Perbedaan budaya terlihat dengan jelas dari imaji yang ditampilkan.


Karya seni komersil, ilustrasi  komik oleh  Rio Sabda  (lihat di sini).

Penggolongan Seni berdasarkan Jenis  Visual (Imaji Visual) oleh Barnes (2009), "Arts"
sumber. Encyclopaedia Encarta (CD) 


Jenis Imaji Seni 
Contoh
1
Imaji-imaji yang muncul dari lukisan dan gambar, atau seni pada bidang datar*)
Imaji-imaji yang muncul dari lukisan dinding (fresco), lukisan cat minyak,  lukisan tempera,; dan cat air, di atas panel kayu, plester, kain layar, dan kertas, media dua dimensi lainnya yang dipakai untuk melukis ( tradisi Barat) antara lain  jambangan ( vase), Kaca-patri/stained glass, naskah iluminasi,   lukisan pasir, lukisan tinta, dan semua bentuk gambar dan hasil printmaking/seni cetak.
2
Imaji-imaji yang muncul dari ruang, seni patung dan seni pada benda padat, bervolume
Imaji-imaji yang muncul dari  ruang dan lingkungan. Patung, dengan suatu kategori yang diluaskan, meliputi objek tiga dimensi, apakah yang freestanding ( tanpa adanya struktur pendukung lain) atau terkait dengan suatu latar belakang dan disebut dengan patung  relief. Atau patung dalam pengertian ruang yang bersatu dengan pengamatnya, atau menciptakan lingkungan utuh di mana orang-orang dapat bergerak sekelilingnya.
3
Imaji-imaji yang muncul dari arsitektur dan lingkungan publik
Imaji-imaji  arsitektur adalah seni yang muncul dari struktur dan ruang dimana kita dapat tinggal/hidup, bekerja, dan bermain. Arsitek, lebih dari seorang pelukis atau pematung, karya arsitektur terkait dengan faktor fungsi/utilitas; seperti halnya dengan penampilan visualnya, kepadatan strukturnya, cara bangunan ditempatkan pada suatu lingkungan/ lanskap mempengaruhi manusia secara visual
4
Imaji-imaji fotografi dan media baru
Imaji-imaji yang muncul dari hasil fotografi, seni filem, seni video, media yang didasari oleh waktu (time based media)
5
Imaji-imaji yang muncul dari Seni dekoratif
Imaji-imaji yang muncul dari karya kriya, perhiasan, tekstil,  kayu, keranjang, fashion, asesoris pakaian, mebel, atau materi rumah tangga

Kenapa ada imaji-imaji visual ? Jawabnya karena persepsi manusia. Teori psikologi kognitif dapat menjelaskan  bahwa persepsi "Top-down" adalah akibat ingatan manusia (pengetahuan yang tersimpan dalam memori) saat manusia melihat sesuatu, dia akan mengetahui lukisan, patung, arsitektur sebagai pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan manusia dan dalam proses pembelajaran.

Sebaliknya pada saat yang sama; manusia juga mengalami persepsi "Bottom-up" yaitu persepsi dari akibat semata-mata melihat. Yaitu  imaji yang dibangkitkan oleh elemen terkecil yang dipersepsi (sensasi-persepsi / sensation of perception). Kedua proses persepsi (top-down perception & bottom-up perception) bekerja sama dalam mempersepsi. Pertanyaannya adalah : apa unsur pembangkit imaji bentuk itu ?




Piramida Persepsi: sumber http://www.bellartefutsal.com

Jawab: bentuk dibangkitkan oleh elemen-elemen pembangkit bentuk (form generator) imaji visual (lihat teorinya disini). Contoh lain: suara musik dibangkitkan oleh imaji-imaji yang ditangkap manusia melalui gelombang suara, yang disebut elemen musik. Warna ditangkap manusia melalui imaji-imaji yang ditangkap manusia  melalui gelombang cahaya tertentu dari warna. Ada catatan penulis tentang hal ini, dimana teori warna yang di ajarkan baik di PT, SMK maupun sekolah di Indonesia masih teori pigmen, dan belum teori warna yang didasari oleh persepsi cahaya. Padahal penerapannya adalah kejadian sehari hari pada TV, layar komputer maupun pada HP. Teori warna pigment hanya berlaku pada produk lukisan, printing, cetakan dan atau material.


Saksikan penjelasan tentang sensasi dan persepsi (Youtube)

Pemahaman mengenai teori persepsi atau teori imaji-imaji adalah kunci dari pendidikan seni, kunci pendidikan seni bukan melalui produk seni atau produk budaya seperti yang terlihat pada kurikulum 2013-2015 di Indonesia ( maupun yang diperbaharui). Metoda seni yang diajarkan juga masih metoda "berpikir-menggambar", dimana berkarya dimulai dari ide atau konsep. Sebaliknya metoda "menggambar-berpikir"tidak terlihat. Seni itu bisa muncul dari "hal biasa" menjadi  sesuatu yang khusus  (Lih. Teori Disnayake, dan Dutton), dari menggambarkan baru berpikir mengenai hal yang digambarkan itu. Seni untuk dokumentasi berawal dari "menggambar-berpikir". Dalam sejarah seni diperlihatkan, seni tidak selalu muncul dari ide atau konsep. (lihat artikel ini) dan tulisan ini. Sebagai contoh : dalam melukis lanskap atau sesuatu hal orang tidak berpikir mengenai objek lukisannya itu. Misalnya menggambarkan lanskap bukan karena adanya ide atau konsep, tetapi merasakan keindahan (persepsi emosi). Lukisan lanskap dan pemandangan boleh mirip dalam hal keindahan dan bentuknya. 

Tetapi kenapa pemandangan alam tidak dikatakan seni, sedangkan lukisan lanskap adalah seni. Danto (1981) dengan mengutip Hegel menjelaskan hal ini, seni itu dimulai dari "jiwa" yang merasakan dan di lahirkan kembali dalam bentuk "jiwa". Oleh karena itu karya seni memiliki hal-hal penting yang tidak dimiliki oleh fenomena alam. Artinya karya seni memiliki "tacit knowledge", yang tersembunyi dan penting. Jadi kapan pikiran-pikiran atau ide-ide penting sebagai titik tolak seni? Jawabnya: "komunikasi". Walaupun  maksud mengkomunikasikan sesuatu, bukan satu-satu yang membutuhkan ide atau gagasan, tetapi perlu digariskan bahwa aspek komunikasi dalam seni, sangat memerlukan penjelasan (eksplanasi) apa yang dikomunikasikan itu, dan idenya, ketimbang ide yang lain. Lihat kriteria seni berdasarkan maksud seni, bagian 5). Namun tidak seluruh kegiatan seni bermaksud untuk komunikasi gagasan atau ide.
Catatan: perlu ada catatan khusus di sini, misalnya untuk bidang kependidikan, seni memang dapat dipakai untuk tujuan (maksud lain) dalam bidang kependidikan misalnya untuk pembelajaran, lihat tulisan Lisa Phillips (2013) ini.  Yang menerangkan dengan rinci hal-hal apa saja yang dapat dipetik dari pembelajaran seni (ada 10 ketrampilan belajar yang muncul dari seni). Sifat dari tulisan Lisa Philip, penting untuk guru untuk mendapatkan wawasan dalam melaksanakan kegiatan seni sesuai dengan tingkat pendidikan (mulai dari dasar sampai sekolah menengah). Tetapi tulisan  Lisa Philip tidak merubah pokok persoalan pada laman ini tentang apa yang terjadi pada seseorang saat belajar seni dan sifatnya lebih umum.

Pembelajaran produksi seni yang paling dasar adalah memahami pembangkit bentuk (form generator) melalui imaji-imaji. Tetapi yang terpenting adalah memahami apa pembangkit bentuk itu dalam persepsi manusia, yang perlu diajarkan di tingkat dasar. Jika bagian-bagian ilmu pengetahuan ini lemah. Bukankan ini petanda bahwa "ilmu psikologi" khususnya psikologi kognitif, tidak pernah masuk dalam kurikulum pendidikan umum di Indonesia, dibandingkan dengan ilmu sosiologi, sejarah dan lainnya yang ada dalam kurikulum sekolah di Indonesia.

Pendidikan seni   bukanlah untuk pendidikan untuk menjadikan murid  menjadi tukang atau buruh, yang berorientasi kepada aspek psikomotorik, atau pembuatan karya. Yang penting bukan apa yang pernah dibuat, tetapi membuka matanya tentang apa yang terjadi, dan bagaimana itu bisa terjadi dalam kehidupan. Kemudian seterusnya diserahkan kepada mereka bagaimana pengetahuan dan pemahaman itu mereka pakai untuk membangun masa depan mereka. Sebab apa yang terjadi di masa lampau belum tentu berguna bagi  mereka di masa depan. 

Pengembangan kosa kata Imaji Visual dan Auditif*)

Jenis seni: Visual, auditif dan campuran. Seni  adalah imaji-imaji estetik   melalui saluran  mata dan telinga

Sub Jenis imaji
Sub-sub tipe jenis  imaji
 1
Imaji Budaya Visual
Budaya Visual (Visual Culture)
imaji-bidang bidang, ruang dan lingkungan, imaji-imaji arsitektur, fotografi dan media baru, imaji-imaji dekoratif
 2
Intangible cultural heritage*)
Ekspresi budaya  tak benda: drama, tari, silat, pengetahuan tradisional dsb
 3
Tangible cultural heritage *)
Ekspresi budaya benda
*) sebaiknya hanya di pelajari di perguruan tinggi seni


Alternatif pembelajaran 
  • Jelaskan bahwa seni ada yang visual (rupa), auditif (bunyi), verbal (bahasa, syair, pantun), dan campuran (mixed arts) dan hal itu masuk melalui mata dan telinga, dan hal ini menimbulkan "bayangan-bayangan" (imaji) dalam kepala manusia. Misalnya bayangan bentuk.
  • Jelaskan bahwa setiap jenis seni mempunyai pembangkit bentuknya masing-masing ( bentuk imaji visual bisa dibangkitkan melalui titik, garis, bidang, (dan atributnya seperti warna, tekstur, nada dan proporsi, serta skala) lihat uraiannya di sini. Sebuah musik bisa di bangun melalui pembangkit bentuk suara, pola ritmis dan melodis, tanda birama, interval (jarak nada), tempo, kemudian unsur bahasa seperti lirik dan maknanya.
  • Berikan contoh imaji melalui rupa dan imaji melalui suara musik, dan bagaimana pula imaji yang timbul dalam bersyair/berpantun. Apa persamaannya dan apa perbedaannya? 
  • Berikan contoh lima bentuk jenis karya imaji visual, manakah yang yang mereka kenal. Apakah gambar bangunan gedung atau lukisan atau sebuah gambar adalah sebuah imaji?
  • Jelaskan garis besar karya visual, (visual arts) dan adanya produk ungkapan dan arsitektur di dalamnya dan juga dalam bentuk imaji gambar tertentu. Pertanyaan pokok kepada pebelajar adalah apakah yang dimaksud dengan karya visual (rupa) dan apa bedanya dengan karya auditif (pendengaran, musik) dalam kaitannya dengan imaji (persepsi).
  • Dalam seni manusia membayangkan sesuatu dalam kepalanya, bayangan itu bisa bentuk yang teratur atau kacau, sebuah garis bisa menjadi bunga yang indah atau sesuatu karena bentuk itu dibangkitkan oleh garis-garis itu.
    Bisa saja siswa bereksploirasi (bereksperimen) dengan seni campuran misalnya melukis di jambangan. Melukis adalah pekerjaan seni, membuat jambangan adalah pekerjaan kriya. Menghias ruang adalah pekerjaan seni pada bidang dan ruang. Pagelaran musik adalah seni campuran (rupa, rupa gerak, cahaya, suara/bunyi). Yang penting diberikan pemahaman dan pencerahan bahwa seni itu bukan hanya seni lukis (rupa) atau bukan hanya musik

    (Perlu dipahami bahwa cahaya, gerak, termasuk visual. Walaupun seni tari itu mengembangkan pengetahuan tersendiri).

    Musik dan imajinasi
    Akhir-akhir ini musik dan imajinasi mulai ramai dibicarakan para ahli musik. Yaitu dua kutub yang berbeda dalam cara memandang musik sebagai produksi dan musik sebagai persepsi yang keduanya terkait dalam konteks imajinasi. Misalnya Hargreaves (2012) menjelaskan:
    I propose that we should redress this balance by orienting the study of musical activity around the musical imagination, such that the concept of musical creativity can be seen to be much more restricted in scope. I suggest that musical imagination involves different networks of association, and consider the existence of a creative general executive function for music. This leads to a revised and simplified reciprocal-feedback model of music processing, which exists at the core of both musical perception and musical production.

    Saya mengusulkan bahwa kita harus memperbaiki keseimbangan  orientasi studi dan aktivitas musik di sekitar imajinasi musik, sehingga konsep kreativitas musik dapat dilihat untuk dalam lingkup lebih dibatasi. Saya menyarankan bahwa imajinasi musik terkait  dengan jaringan yang berbeda dari asosiasi, dan mempertimbangkan keberadaan fungsi pelaksana umum kreatif untuk musik. Hal ini dapat memandu untuk merevisi dan menyederhanakan  hubungan timbal balik yang ada pada kedua inti pengolahan musik yang pertama  (1) persepsi musik dan yang kedua  (2) produksi musik.

    (sumber:  David J. Hargreaves, Applied Music Research Centre, Roehampton University, Southlands College, Roehampton Lane, London: Lihat pula bukunya: Musical Imaginations (Hargreaves, Miell, & MacDonald, 2012).
    Oleh karena itu dia menyimpulkan:
    "........saya memperlihatkan  bahwa aspek kreatif mendengarkan musik (persepsi musik) telah diabaikan, dan menempatkan (aspek produksi musik) ini sebagai pusat kreativitas musik (yang biasanya dilihat hanya sebagai kegiatan komposisi, improvisasi dan penampilan/performan  musik),  dapat diperlihatkan/ dibaca secara lebih mendasar bahwa imajinasi  adalah dasar kognitif aktivitas musik."
    Imajinasi dalam musik.
    "Musik hanya membawa-imajinasi  kita menjadi sedih atau bahagia atau beberapa kondisi mental lainnya. Dan itu mudah, segera, dan mendengar sembari berimajinasi atau dianggap begitu dalam berbagai cara, seperti imajinasi kita umumnya ditendang saat mendengar musik ekspresif. Berbagai cara membayangkan itu tidak selalu sangat “menonjol terlihat” atau disadari, karena kita tidak selalu sadar bahwa kita terlibat dalam imajinasi, seperti yang ditunjukkan dalam kasus bermimpi dan day-dreaming (lamunan) , yang mengandung berbagai macam imajinasi". (Saam Trivedi, Brooklyn College) .
    Pernyataan ini mengindikasikan bahwa karya seni (semua jenis seni) adalah sebuah medium untuk ditafsirkan baik secara persepsi maupun secara narasi. Seperti halnya seni musik, dalam menikmati musik manusia dibawa untuk berimajinasi, menurut pakar musik, imajinasi musik adalah imajinasi visual juga. Seperti kita mendengarkan musik yang membawa persepsi kita tentang angin semilir, padang rumput yang bergoyang di hamparan sunyi dan misterius (imajinasi visual).  Musik dapat meningkatkan persepsi emosi manusia disamping menstimuli kesadaran persepsi tentang ruang dan waktu. Tetapi semuanya imajinasi musik adalah juga imajinasi visualisasi, representasi dan perseps iemosi manusia. (lihat artikel ini).  

    Demikian juga dengan seni lukis atau gambar, persepsi yang muncul dari mengamati seni visual, membawa pengamat ke persepsi visual kedua dan seterusnya, yang sifatnya juga imaji visual dan berhubungan dengan alam. Para penulis seni, kemudian dapat masuk selanjutnya ke narasi tentang apa yang di persepsi itu. Misalnya pergolakan cinta, ketakutan, politik, keadaaan sosial, kisah sedih seniman atau tanda-tanda komunikasi (simbolik) budaya. Narasi secara umum dapat kita temukan dalam kritik seni (penulisan seni). Hal ini berlaku pada seni lukis yang paling abstrak sekalipun. Mengenai pengertian persepsi emosi (lihat artikel ini).
    * Pentingnya pengetahuan Imajiasi oleh guru, dan pentingnya pengembangan imajinasi murid dalam pendidikan seni,  untuk pengembangan kecerdasan otak anak, lihat (disini)  antara lain menjelaskan:
    "The arts play an important role in human development, enhancing the growth of cognitive, emotional, and psychomotor pathways. Schools have an obligation to expose children to the arts at the earliest possible time and to consider the arts as fundamental (not optional) curriculum areas. Finally, learning the arts provides a higher quality of human experience throughout a person's lifetime." 
    "Seni memainkan peran penting dalam pembangunan manusia, meningkatkan pertumbuhan aspek kognitif, emosional, dan psikomotor. Sekolah memiliki kewajiban untuk mengekspos anak-anak untuk seni  sedini mungkin dan untuk mempertimbangkan seni sebagai dasar (tidak opsional) dibidang kurikulum. Akhirnya, belajar seni memberikan kualitas yang lebih tinggi dari pengalaman manusia sepanjang hidup seseorang." 
    D. Klassifikasi Berdasarkan Gaya Seni

    1.Gaya Seni sebagai Genre/Tipe
    a. Pengertian genre secara umum

    Kata “genre” berasal dari bahasa Latin “genus”. Pada abad ke-19, muncul kata “type” (bhs. Perancis) yang artinya dalam bahasa Inggris “the category of artistic works”. sebuah genre adalah seperangkat konvensi dan gaya dalam media tertentu. Dalam pengertian umum genre adalah tipe (type) atau kategori seni dengan medium tertentu seperti, musik, opera, teater, tragedi, komedi; tari, seni visual, lanscape adalah sebuah genre. Genre dalam lukisan termasuk stil life dan lanskap. Sebuah karya seni tertentu dapat berbelok atau tergabung kepada genre terentu, tapi setiap genre memiliki kelompok yang mudah dikenali dari konvensinya. Secara umum dalam dunia pendidikan yang dimaksud dengan genre seni dapat berarti : musik, teater, tari dan seni visual.[1]

    b. Lukisan Genre
    Lukisan Genre, artinya lukisan yang memperlihatkan adegan kehidupan sehari-hari. Seniman Perancis Jean François Millet memfokuskan lukisan pemandangan kehidupan pedesaan (scenes of rural life), salah satu yg terkenal adalah The Gleaners (Penanam bibit) (1857). Karyanya yg dibuat saat berada di sekolah seni Barbizon school, yg bernuansakan naturalistis
    Kata genre memiliki arti kedua yang lebih tua, sebab kata ini dipakai untuk menunjukkan jenis lukisan yang memperlihatkan adegan kehidupan sehari-hari dan sekarang istilah ini masih digunakan. Lukisan bergenre adalah ucapan yang digunakan dalam abad ke-17 sampai abad ke-19.

    Klassifikasi genre dalam seni visual sama rumitnya dengan genre dalam sastra, misalnya sebuah genre dapat lahir dari konsep bentuk seperti konsep bentuk realis atau konsep bentuk abstrak. Dari konsep teknik misalnya maka muncul klassifikasi karya seni realis dan karya representatif, karya ekspresif dan karya abstrak. Seni lukis abstrak, bisa menghasilkan sub-sub genre yang lebih spesifik misalnya abstrak ekspresionisme, abstrak liris, abstrak figuratif dan sebagainya. Realisme misalnya akan memunculkan klassifikasi seperti realis jalanan, realis jendela, realis perkotaan dan sebagainya. Karya realis jalanan akan memperlihatkan realitas seakan-akan si penonton dibawa ke jalanan, sedangkan realis jendela seakan-akan penonton melihat dari sebuah jendela. Artinya, istilah genre dalam konteks klassifikasi seni dalam pengertian yang luas tidak menjadi masalah karena sifatnya makro. Tetapi jika diterapkan kepada pengklassifikasian seni yang lebih spesifik dia menjadi masalah oleh karena seni membawahi bermacam-macam konsep, latar belakang teori dan cara membahasnya.

    2.Tipe

    Sinonim dari istilah genre adalah Type (tipe) yaitu sesuatu atau yang memiliki kualitas yang sama. Dalam KBBI, dijelaskan bahwa tipe (1) model; contoh; corak: (2) dalam bahasa (linguistik) adalah jenis yang oleh klasifikasi tipologis dianggap mempunyai kemiripan struktural, lepas dari sejarah dan lokasi pemakaiannya. Jadi tipe adalah sebuah klassifikasi/kategori yang bertolak belakang dengan langgam. Sebab langgam, adalah gaya seni yang terikat dengan lokasi, tempat dan waktu. Sebab langgam seni adalah kategori seni yang terkait dengan lokasi, tempat dan waktu tertentu, sedangkan istilah gaya terikat dengan karakter seni yang dihasilkan individu.

    Gaya seni lukis Bali adalah sebuah langgam (gaya seni) yang khusus hanya di Bali, langgam seni Kalasan, hanya ada di Kalasan. Namun juga tidak salah jika memakai kata gaya seni saja saat membicarakan sebuah langgam seni. Namun karya seni van Gogh adalah sebuah gaya seni yang memiliki karakter individual yang khas van Gogh.

    1. Kriteria  Budaya Visual

    Pendekatan budaya terhadap seni visual yang lain adalah "tangible cultural" dan "intangible cultural heritage" yang artinya "budaya benda" dan "budaya takbenda", yang bisa juga diartikan "budaya rupa/berwujud" dan budaya takberwujud". Budaya visual bisa disalah artikan sebagai "tangible cultural heritage". Maaf pembaca, saya agak bingung membaca salah satu buku yang berjudul "Budaya visual Indonesia",  isinya sebenarnya Gaya Desain, dan tidak bersinggungan dengan konsep-konsep asli dari budaya visual yang menjelaskan imaji-imaji visual sebagai budaya visual.

    Budaya itu secara teoritik meninggalkan warisan budaya, sehingga dapat dilihat  dua kelas warisan budaya yang diakui secara internasional. Dapat dibagi sebagai "Peninggalan budaya berwujud dan tidak berwujud" "tangible culturan heritage" dan "Intangible cultural heritage", sebuah tari tradisional dan ilmu silat termasuk "warisan budaya takbenda" karena hanya bisa dilihat jika ditampilkan. Definisi ini dapat dari WIPO sebagai berikut ini. Jika diterjemahkan maknanya (artinya)  adalah berikut ini.
    "Warisan budaya tak berwujud" didefinisikan dalam Konvensi UNESCO untuk Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (2003) sebagai "praktek, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan - serta instrumen, obyek, artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengan mereka. Bahwa masyarakat, kelompok dan, dalam beberapa kasus, individu mengakui sebagai bagian warisan budaya mereka. Warisan budaya takbenda ini, ditransmisikan dari satu generasi ke generasi lainnya, dia terus diciptakan oleh masyarakat dan kelompok dalam menanggapi lingkungan, atau interaksi mereka dengan alam, dan sejarah mereka, dan (karenanya) akan memberikan mereka rasa identitas yang keberlanjutan. (warisan ini berguna) untuk mengangkat dan menghormati keanekaragaman budaya dan kreativitas manusia (sepanjang zaman).
    Untuk tujuan Konvensi ini, pertimbangan akan diberikan hanya kepada warisan budaya takbenda yang kompatibel dengan instrumen HAM internasional yang sudah ada, dengan syarat akan (terbinanya) saling menghormati di antara masyarakat, antara kelompok dan individu, dan pembangunan berkelanjutan (mereka). "Konvensi ini juga menyatakan bahwa "warisan budaya takbenda" diwujudkan antara lain dalam domain berikut:
    a) tradisi lisan dan ekspresi, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya takbenda;
    b) seni pertunjukan;
    c) praktek-praktek sosial, ritual dan acara meriah;
    d) pengetahuan dan praktek tentang alam dan alam semesta;
    e) keahlian tradisional.
    2. Gaya Seni 
    Rathus (1994) menjelaskan bahwa dalam seni visual, gaya seni  mengacu kepada karakteristik ekspresi (ungkapan) seniman dalam berkarya. Dalam sejarah diperlihatkan bahwa seniman melalui sejarahnya telah menggambarkan tema-tema yang familiar, namun karya mereka berbeda tidak saja dalam konteks sosial dan budaya, melainkan juga pada corak.  Pengertian corak, gaya  oleh Rathus  (1994) adalah klasifikasi  berdasarkan bagaimana teknik seniman dalam melukiskan sesuatu seperti:
    1. Gaya Realistis (pelukisan realitas). Menurut Rathus, Karya realisme mengacu kepada penggambaran manusia dan benda sebagaimana ia dilihat dengan mata atau dipikirkan, tanpa idealisasi, tanpa distorsi.
    2. Gaya Representasi/representation (penggambaran). Representasi artinya penggambaran, hal ini berbeda atau berlawanan dengan melukiskan sesuatu secara nyata (realistik). Perbedaan kedua lukisan atau gambar ini disebut oleh Rathus sebagai realis lawan representasi (realistic versus  representation) seperti yang diperlihatkan gambar di bawah.
    3. Gaya Ekspresi (pengungkapan). Dalam  seni ekspresi onistis, bentuk dan warna didistorsi secara bebas oleh seniman untuk maksud mencapai pengaruh emosional yang tinggi.
    4. Gaya Abstrak. Istilah seni abstrak berlaku bagi seni yang menyimpang secara berarti dari penampilan sebenarnya suatu benda. Seni seperti ini bisa jadi sama sekali non-objektif  (seni yang tidak menggambarkan objek, tidak memiliki model atau pokok persoalan nyata) atau non-representasional (seni yang tidak menghadirkan objek alam dalam bentuk yang bisa dikenali) atau ia realitas bentuk yang berdiri sendiri , tidak ada kaitannya dengan bentuk lain yang telah ada



    Pengembangan kosa kata berdasarkan Gaya Seni

    Gaya Seni: Gaya Realistis, Gaya Representasi,  Gaya Ekspresi , Gaya Abstrak

    Sub Gaya seni
    Kosa kata lain dari sub-sub  gaya seni (contoh)
    Gaya seni berdasarkan sejarah
    Gaya seni klassik, gaya seni modern, gaya seni kontemporer, gaya seni  posmoderen
    Gaya seni berdasarkan budaya, genre, dsb
    Gaya seni Barat, Gaya seni Timur, Gaya seni vernacular, seni folk, gaya seni massa, gaya seni elit dsb


    Catatan: Gaya Seni: Gaya Realistis, Gaya Representasi,  Gaya Ekspresi , Gaya Abstrak ada pada setiap  sejarah dan budaya
    Alternatif pembelajaran 
    Pembelajaran materi ini tingkat kesulitannya lebih tinggi dari yang pertama dan kedua. Karena itu tidak selalu dapat dilakukan untuk berkarya jika konsepnya tidak dipahami. Materi ini lebih cocok praktik dan kritik seni di perguruan tinggi, Sebab harus memiliki dasar pengetahuan seperti sejarah seni, gaya seni, dan perkembangan terbaru dari seni.

    Untuk berkarya di Sekolah tahapannya bisa sebagai berikut ini.
    • Ambil salah satu contoh karya tipe tertentu dari kategori Feldman. Misalnya tipe imitatif. 
    • Dalam menggambarkan tipe ini gaya seniman dapat berbeda-beda visualisasi karyanya. Perbedaan ini menurut rentang (1) Realistis, (2) Representatif, (3) Ekspresif, dan (4)  Abstrak. 
    • Tipe imitatif dapat dibawakan realistis misalnya lukisan Rembrand, atau Abdullah, gaya representatif misalnya lukisan -lukisan bergaya Bali atau gambar dengan pensil.Gaya ekspresif misalnya lukisan Van Gogh atau Afandi, berbeda dengan imitasi lukisan Sadali yang realitas itu diabstraksikan. Semuanya masuk kategori imitatif (Feldman). Demikian juga dalam pengucapan tipe bentuk yang dikemukakan Felman di atas.
    • Tentu saja pebelajar bisa diajak untuk berkarya dengan  tema-tema seperti ini harus memahami terlebih dahulu apa bedanya konsep realis, representatif. Misalnya, realis benar-benar harus serupa/mirip sekali dengan yang digambarkan, sedangkan arti representatif memang realis juga tetapi hanya sekedar menggambarkan, sedangkan ekspresif adalah gambar yang dapat mengungkapkan rasa tertentu misalnya mendramatisir ungkapan tertentu. 
    • Kadang-kadang hal ini sulit untuk menjelaskan atau menerangkan kepada pebelajar tanpa ada contoh-contoh yang tepat dan benar dari seni yang dimaksud. Yang penting semua tipe (4) tipe kategori jenis seni Feldman di atas dapat diterapkan kepada empat gaya kategori Rathus. Materi ini lebih sulit karena luasnya wilayah kajian yang  mesti di bahas untuk menerangkannya.

    3. Gaya Seni sebagai Langgam Seni

    Seni berdasarkan budaya (multikulturalisme), berarti mempelajari seni dalam konteks ragam budaya. Setiap budaya memiliki  cara berpikir, kesenangan, ideal tentang  keindahan, simbol-simbol budaya yang berbeda. Karya seni, ciri-ciri seni, penting diketahui yang mungkin berbeda di tempat lain. Hal ini dapat dipelajari dengan menganalisis  artefak yang ada, demikan juga latar belakang sejarahnya. Dari sejarah seni dan sosiologi seni dapat dipelajari kelompok pemrakarsa, penyokong seni. Seni kota (urban) atau pedesaan (rural), seni istana atau seni rakyat (folk culture), Demikian juga tradisi seni yang dikembangkan pada sekolah atau akademi yang berlangsung pada sepotong sejarah.
    Dengan memahami klassifikasi karya seni, seorang arkeolog, ahli sejarah, kritikus, pengajar seni dan lainnya akan mudah membahas  sebuah karya seni dalam konteks sosial dan budaya. Dalam konteks ini, peran lain  seni adalah sebagai alat komunikasi sosial seperti ekonomi, penyebaran pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan sejarah seni dan kategori seni berperan bagi pengajar seni. Dalam membahas karya seni pebelajar, dapat mengenal metoda-metoda produksi seni maupun konsep-konsep seni masa lalu dapat menjadi inspirasi untuk membuat karya seni baru untuk masa kini dan kegunaan tertentu.
    Menurut Couto, Nasbahry (2009: 108-118) masalah klassifikasi  seni dan seni sering berbeda-beda pada sekolah atau akademi tertentu yang disebabkan oleh ajaran, sejarah dan tradisi akademiknya. Misalnya, di Amerika ada sekolah yang namanya “liberal arts”sebagai kelanjutan tradisi akademi klassik Eropa, di Inggris misalnya ada Akademi “Arts and Design” dan banyak contoh lainnya. Seni bisa saja masuk dalam bagian Fakultas Seni, Bahasa dan Sastra, di tempat lain menjadi bagian dari Sekolah (fakultas) Seni  dan Desain.
    Menurut Atkins (1990) dan  Barnes (2003)  pengklassifikasian ini dalam seni modern bisa menjadi rancu bukan saja karena tradisi akademiknya. Tetapi  karena banyak karya-karya yang tidak atau dapat dimasukkan ke dalam kategori tradisi akademi konvensional. 

    Pengembangan tema berdasarkan Gaya Seni, Gaya Realistis, Gaya Representasi,  Gaya Ekspresi , Gaya Abstrak

    Sub Gaya seni
    Kosa kata lain dari sub-sub  gaya seni (contoh)
    Gaya seni berdasarkan sejarah
    Gaya seni klassik, gaya seni modern, gaya seni kontemporer, gaya seni  posmoderen
    Gaya seni berdasarkan budaya, genre, dsb
    Gaya seni Barat, Gaya seni Timur, Gaya seni vernacular, seni folk, gaya seni massa, gaya seni elit dsb



    Contoh Klassifikasi Seni Lukis Berdasarkan Genre (objek yang digambarkan) 
    1. abstract painting 
    2. advertisement 
    3. allegorical painting 
    4. animal painting 
    5. battle painting 
    6. bird-and-flower painting 
    7. capriccio 
    8. caricature 
    9. cityscape 
    10. cloudscape 
    11. design 
    12. figurative painting 
    13. flower painting 
    14. genre painting 
    15. graffiti 
    16. history painting 
    17. illustration 
    18. installation 
    19. interior 
    20. landscape 
    21. literary painting 
    22. marina 
    23. miniature 
    24. mosaic 
    25. mythological painting 
    26. nude painting (nu) 
    27. pastorale 
    28. performance 
    29. photo 
    30. portrait 
    31. poster 
    32. religious painting 
    33. sculpture 
    34. self-portrait 
    35. shan shui 
    36. still life 
    37. symbolic painting 
    38. tessellation 
    39. urushi-e 
    40. veduta 
    41. wildlife painting 
    42. yakusha-e  
    Untuk jelasnya lihat WIKIPAINTING

    Penutup

    Menurut Couto, Nasbahry (2009: 108-118) masalah klassifikasi  seni dan seni sering berbeda-beda pada sekolah atau akademi tertentu yang disebabkan oleh ajaran, sejarah dan tradisi akademiknya. Misalnya, di Amerika ada sekolah yang namanya “liberal arts”sebagai kelanjutan tradisi akademi klassik Eropa, di Inggris misalnya ada Akademi “Arts and Design” dan banyak contoh lainnya. Seni bisa saja masuk dalam bagian Fakultas Seni, Bahasa dan Sastra, di tempat lain menjadi bagian dari Sekolah (fakultas) Seni  dan Desain.

    Menurut Atkins (1990) dan  Barnes (2003)  pengklassifikasian ini dalam seni modern bisa menjadi rancu bukan saja karena tradisi akademiknya. Tetapi  karena banyak karya-karya yang tidak atau dapat dimasukkan ke dalam kategori tradisi akademi konvensional.