Rabu, 23 Maret 2011

Keris Pusaka Minangkabau: (bgn-5)

hal 5

Tipologi Keris Minangkabau

Dari hasil analisis dan kajian bentuk  keris Minangkabau dapat diketahui bahwa keris Minangkabau terdiri atas dua tipe yaitu tipe bilahan lurus dan berkelok. Tipe Lurus disebut tarapang dan atau sindorik. Kemudian tipe berkelok dinamakan karieh. Bentuk kedua bilahan ini sama saja dengan keris di banyak kawasan Nusantara. Pengaruh yang paling mungkin diduga bersumber dari keris Jawa mulai sejak masa kerajaan Majapahit, yang di Minangkabau dikenal dengan Karieh Sampono Ganjo  Erah yang berasal dari kata Sempena  Ganja Iras. Sedangkan aspek pamor bilahan keris, hanya terdiri dari dua jenis jakni pamor api dan (Bimasakti).
Keris lurus (Tarapang/sindorik, lengkap dengan sarungnya. Koleksi Zayadi Makmur, Bukittinggi. Foto Erwin A. 1999.


Kedua jenis pamor ini tidak ditemukan pada bilahan keris Jawa. Kuat dugaan, pamor ini merupakan hasil pemikiran dari empu keris Minangkabau yang anonim. Tidak ditemukan adanya bilahahan yang berpamor putih cemerlang. Kebanyakan bilahan keris Minangkabau tidak memiliki pamor sebagaimana yang dimaksud dengan pamor pada keris Jawa. Demikian juga tentang tipe ujung keris. Jika ujung keris Jawa terdiri dari empat macam tipe, maka di Minangkabau hanya semacam saja yang dinamakan rabuang mambasuik (rebung yaitu tunas bambu yang muncul dari tanah).

Sarung keris juga terkelompok atas dua tipe, polos dan berpembungkus/berpendok. Sarung ber-pendok terdiri pula atas dua tipe yakni ber-pendok langsung dan dua bagian. Pendok dua bagian dilengkapi dengan dua tipe ragam hias, pada bagian atas terdapat dua bidang (tengah dan pinggir) masing-masing dilengkapi dengan dua tipe motif yakni moti( tengah dan motif pinggir, sedangkan bidang pendok bagian bawah cukup bervariasi, ada dengan pola horizontal, diagonal, atau berarah, demikian pula dengan motif isiannya juga cukup bervariasi. Semua sarung keris dilengkapi dengan labu yang sebagian dihias dengan berbagai motif hias Bentuk sarung keris Minangkabau hampir sama dengan sarung keris Jawa. Perbedaan paling nyata terlihat dari bentuk gembo/warangka, ragam hias pendok, dan labu. Kuat dugaan bentuk gembok dan labu ini pengaruh dari daerah Sulawesi. Sementara ragam motif hias pendok sesuai dengan motif hias Minangkabau yang banyak terdapat pada ukiran rumah gadang.
 Keris Tangah Tigo Patah/ Luk 3 ( sumber koleksi Idrus Hakimi. Dt. Rajo Pangulu, Padang. Foto Nasrul Kamal/ Erwin A. 1999.


Gagang keris pun terdiri atas dua tipe, vertikal dan horizontal. Masing-masing tipe terkelompok atas polos dan ada yang beragam hias. Bagi gagang yang beragam hias dilengkapi dengan berbagai motif hias. Mendak/selot, gagang juga demikian ada yang polos dan ada pula diberi bungkus. Sebagian labu berbungkus dilengkapi dengan beberapa motif hias. Pada sebagian keris, selain memiliki mendak/selot ada yang dilengkapi dengan pembungkus punting yang juga brmotif hias.  Melihat bentuk gagang, terlihat adanya kesamaan dengan beberapa daerah lain di luar pulau Jawa dan Bali. Kuat dugaan bentuk gagang ini berasal dari Sulawesi, sementara penamaan motif hias selot/mendak disesuaikan dengan nama motif hias Minangkabau.


Dari sisi pemakaian, sebuah keris disisipkan pada bagian depan pinggang dengan posisi miring ke kiri sekiar 45° dan bungkuk gagang mengarah ke muka. Hal ini sangat mungkin bersumber dari falsafah dan alam pemikiran asli Minangkabau.


Unsur Rupa Keris Minangkabau


Dalam banyak buku yang telah ditulis (orang Minang atau penulis asing), seperti buku-buku umum tentang adat istiadat, tambo-tambo saduran, dan cerita-cerita lisan (bakaba), disebutkan orang Minangkabau mempunyai senjata pusakakeris disamping jenis senjata lainnya.



Garis besar bagian-bagian bilahan keris (karieh).Koleksi Jamaluddin Dt.Rajo Mangkuto, di nagari Pariangan. Nama ricikan: Ki Hadoyo Doyodipuro. Foto Erwin.1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan komentar Anda, jika ingin menggunakan emotion, silahkan klik emotionnya, dan kopy paste kodenya dalam kotak komentar