Saya bersama kelompok diskusi kecil arsitektur di Fak Teknik Universitas Bung Hatta sejak tahun 80'an (Syamsul Asri, Harmaini Darwis, Nasbahry, Abdul Gafar), sudah lama membicarakan sumber sastra budaya minang termasuk pak Ibenzani Usman.
Saat itu kami tak begitu percaya dg tambo atau dongeng apapun itu tentang Minang sebab yang diperhatikan adalah arsitektur dan seni rupa, atau artefak visual seperti bangunan dan elemennya. Jadi yang diperlukan bukti fisik bukan kata2 yang setiap saat bisa berubah makna dan interpretasinya.
Dan sesuai dengan dalil antropologi legenda (cerita rakyat) diperlukan, sebab itu strategi budaya manapun untuk menyatukan asal usul nenek moyangnya sebagai akar rumput dan itu dihargai walau itu asik didengar dan dibaca tetapi bukan untuk dilihat benar atau salahnya. Sebab legenda itu dibutuhkan, katena sebuah etnik menemukan jati dirinya liwat legenda. Jadi tambo sangat penting bagi jati diri orang minangkabau. Oleh karena itu sejarah (fakta) budaya minang yang ilmiah sebaiknya hanya dipercaya dari riset/ penelitian, bukan sumber sekunder.
Sejarah Pesisir yang banyak misteri
Hasilnya mengejutkan, sebab ada dua sumber sejarah antropologis dan arkeologis atau artefak budaya yang jarang disatukan, yaitu artefak budaya kawasan pesisir dan kawasan darek.
Dari catatan yang ada, membahas sejarah pesisir Rusli Amran tak tegas mengungkap sejarah kota Barus (Fansur) dan sejarah pesisir terlalu mengandalkan dokumen kolonial di sekitar sumatera barat saja.
Banyak litetatur yg menjelaskan bahwa sumatera khususnya daerah Barus sudah didatangi oleh orang arab, orang jawa dan india jauh sebelum islam abad ke 7.Tak hanya pedagang dari Arab, bahkan di Barus juga sudah berdatangan para pedagang dari Aceh, India, China, Tamil, Jawa, Batak, Minangkabau, Bugis, Bengkulu, dan sebagainya.
Keanekaragaman suku bangsa yang datang ke Barus terbukti dengan adanya catatan-catatan berbahasa Arab, Yunani, Syriak, Tamil, Melayu, Jawa, hingga Armenia tentang Barus. Yang dicarinya memang kapur barus, kemudian orang india menanam lada, terakhir orang Portugis membawa cabai yg dibawanya dari Amerika Selatan ke eropa dan terus ke ke Goa, India dan terus ke sumatera dan asia (cina, jepang dan korea).
Pengaruh asing dari daerah pesisir ini diduga bukan hanya soal agama Isalam. Tetapi juga kuliner.
Sebab saat saya menulis dan menyelitiki sejarah rendang khususnya tentang cabai. Saya telah baca berbagai naskah berbahasa India, Portugis, cina ternyata semua mengaku, kalau tak ada cabai dibawa Portugis masakan mereka tak enak. Cabai itu di bawa portugis dari amerika selatan terus ke eropah, india dan asia tenggara. Namun walaupun cabai berasal dari bawaan Portugis, namun demikian mereka mengakui rendang itu hasil budaya kuliner yg berasal dari minang.
Teori asal orang Minang
Namun tentang asal usul orang minang Rusli Amran malah berteori tentang kedatangan nenek moyang minang melalui alur sungai dari timur atau selat malaka (sungai Siak, kampar dan Batanghari). Untuk sebagian suku yg dari kampar mungkin benar tetapi ada juga suku miang yg datang dari pesisir barat.
Pada masa kini, ceritanya jadi lain, saat mengkaji daerah pesisir barat Sumatera. Orang-orang sudah berdatangan sejak lama ke kawasan ini. Dongeng tentang Iskandar zulkarmain mungkin di ciptakan atau dibawa oleh mereka.
Umumnya raja pesisir itu ada berdarah arab, india atau asing lainnya jika dilihat fisiknya. Dan itu juga dapat dilihat dari ranji dan foto peninggalan raja2 Indrapura di pesisir selatan.
"Darek bapangulu rantau barajo"adalah adagium (peribahasa) orang minang. Pada era Islam berkembang 18 kerajaan kecil, dan beberapa diantaranya masih meninggalkan artefaknya sd sekarang.
Orang minang indrapura juga pernah mengusir-usir orang jawa, dan india ini dari Barus karena ingin monopoli perdagangan rempah. Itu sebelum mereka dikuasai Aceh.
Orang india yg lari dari Barus masuk ke tanah batak jadi beberapa suku terutama suku Sembiring dan bikin dongeng sendiri ttg nenek moyangnya.
Orang jawa yang beragama hindu ada yg sampai ke lereng gunung merapi dan daerah sekitar Kampar dan konon bikin candi di sana. Suku-suku di minang asalnya bisa macam2. Bahkan A.A.Navis cerita ada sekelompok orang dari Solo datang ke Pagaruyung di beri suku Sala, selo?
Memang raja2 pesisir itu sering dikuasai etnis berbeda, kadang keturunan arab, kadang penduduk asli dan keturunan asing lainnya, bahkan konon ada yg dari Banten. Keturunan raja Indrapura ini ada hijrah ke kalimantan dan menjadi raja Brunei dan bahkan ke Singapura (sekarang).
Imam bonjol sendiri mungkin keturunan orang Yaman atau Arab yg "malakok" ke suku minang dan diberi suku bodi chaniago, aneh juga jika ditelusuri bahwa bapaknya dan imam bonjol bersuku bodi chaniago.
Orang Padang sendiri juga banyak keturunan Aceh,dan orang aceh sendiri (dari beberapa daerah di sana ) asalnya mungkin dari India Selatan, Portugis atau Arab. Itu terlhat dari ciri fisiknya.
Kami dulu di Arsitektur Bung Hatta sudah yakin bahwa budaya minang itu tidak bisa di generalisir, sebab mereka juga ber adat selingkar nagari. Sehingga memiliki 4 jenjang sistem adat.
Dan uraian diatas itu bisa jadi adalah hasil penelitian arkeologi dan artefak budaya mulai dari prasasti, ukiran, rumah gadang dan sistem pengembangan ruang pemukiman budaya dan sebagian dari literatur minang pesisir dan darek. Dan istilah minang itu sendiri sebenarnya konnvesi ( kesepakatan) yg mungkin beda tafsirannya dari waktu ke waktu. Itu hanya bisa dipahami dari ilmu semiotika. Namun yg menyatukan orang minang adalah matrilineal dan terakhir Islam.
Soal gunung merapi sagadang talua itiak itu menurut pak Harmaini Darwis itu saat para pelaut asing (arab, india, jawa dsb.) lihat dari laut gunung kerinci ( gunung tertinggi) bukan gunung merapi tapi mereka menyangka itu gunung merapi.
Sekarang artefak budaya itu banyak yang lenyap atau tak dikenali. Generasi muda menyebut sejarah minang itu misteri. Padahal tidak . Waktu sy ke kuburan panjang (Tantejo Gurhano) di Pariangan dalam rangka membantu dinas purbakala 2017 sy kaget batu lingga dan joni hilang dicuri atau dilenyapkan orang. LINGGA DAN JONI adalah lambang kuno agama hindu yg melambangkan magi kesuburan. Sama halnya fengan motif hias ukiran puluik-puluik yg ada pada dinding hari rumah gadang yg umumnya tak dikenal oleh generasi sekarang.(jadi kabur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar Anda, jika ingin menggunakan emotion, silahkan klik emotionnya, dan kopy paste kodenya dalam kotak komentar