Tulisan ini muncul karena beberapa alasan misalnya polemik yang
terjadi pada desain pedestrian “Jam gadang” kota Bukittinggi yang viral di
medsos akhir-akhir ini, khususnya di Bukittinggi, sumatera barat. Sebab desain
pedestrian ini diisukan mirip Mata Dajjal. Hal ini sebenarnya masalah persepsi,
sebab waktu pengamat melihat desain ini di atas kertas, bisa saja muncul
persepsi seperti mata manusia atau mata setan. Kemudian di hubungkan dengan
bencana alam. Si perencana mungkin tidak memahami akan timbul polemik seperti
ini, apalagi di sebarluaskan pada media sosial seperti di facebook,
instagram dan sebagainya. Apa yang
terlihat di atas kertas, tentu berbeda dengan apa yang dilihat dalam kenyataan
yang sebenarnya. Penulis di undang oleh salah satu pihak perencana di sebuah
universitas terkenal di Padang untuk memberikan masukan tentang hal ini. Namun
saat itu penulis tidak tahu apa yang menjadi polemik tentang persepsi ini.
Sehingga makalah yang diberikan hanya berupa teori-teori yang tidak jelas
aplikasinya.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk menerangkan masalah ini dengan
sasaran dan objek yang lebih jelas. Dan atau melihat masalah ini dalam bentuk
yang lebih menyeluruh dan bukan lagi teori tok. Misalnya Pemaknaan Karya Desain dalam bentuk
dua dimensi: Membaca Sebuah Gambar Menurut Jean Paul Lester, penerapan semiotik
Sauuure dan Pierce, dan semiotik Roland Barthezs. Tetapi yang penting sekali
adalah bagaimana melaksanakan metoda analisis karya desain dan seni rupa
menurut cara Feldman.
Tulisan ini penting bagi arsitek saat akan mempresentasikan
desain untuk menunjukkan kelemahan dan kebaikan sebuah desain dalam konteks
pemahaman lingkungan masyarakat atau budayanya, bukan hanya atas pemahaman ilmu
desain arsitek atau teknologi dan
seninya. Tapi sayang tulisan sekitar 8000 kata ini berbayar. Bagi yang berminat
klik disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan komentar Anda, jika ingin menggunakan emotion, silahkan klik emotionnya, dan kopy paste kodenya dalam kotak komentar