Senin, 21 November 2011

Seni berbasiskan budaya: Reproduksi dari Karya Sejarah dan Budaya serta Peragaannya


Sebuah gallery di Australia, seni berdasarkan budaya masyarakat asli Australia, menghasilkan karya seni baru dan moderen.

Oleh Nasbahry Couto
Banyak pertanyaan kepada penulis tentang pendidikan seni berdasarkan budaya. Untuk menjelaskan hal ini memang tidak mudah, karena merupakan prioritas pemerintah, khususnya kebijakan Departemen Pendidikan Nasional RI untuk mengarahkan ini. Namun, penulis memiliki cara lain untuk menjelaskan hal ini agar seni dan budaya itu tidak jatuh kepada stagnasi (kebekuan) dan tidak kreatif. Mungkin saja uraian ini dapat membantu  dan melihat permasalahan ini.( tulisan ini sudah direvisi  tanggal 10-12-2011)
PEMBELAJARAN Seni  dan  budaya  seharusnya dapat menjelaskan materi yang harus dikuasai  siswa/mahasiswa, kemampuan apa yang diperolehnya  di akhir studinya dan atau kelas seni tertentu di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan maupun  Perguruan Tinggi.  Seperti yang terlihat akhir-akhir ini pembelajaran tentang seni khususnya seni rupa di sekolah umum jam belajarnya sedikit. Di samping itu ada juga penggabungan jam belajar bidang seni seperti gabungan seni rupa, tari dan musik. Sekarang ada pula pembelajaran seni budaya, master (S2) Seni dan Budaya dan seterusnya. Seni yang dimaksud bisa saja termasuk tari, musik, teater dan seni visual sedangkan budaya adalah orientasinya.

Dalam KTSP 2006, dijelaskan bahwa pendidikan seni itu harus  berdasarkan budaya,[1] seperti yang di katakan oleh SBY bahwa: “ Pendidikan seni dan budaya membuat bangsa Indonesia menghargai satu sama lain, saling menyayangi, rukun, berwatak baik, senang kedamaian, dan tidak menyukai kekerasan. Itu dibangun melalui pendidikan seni dan budaya. – Susilo Bambang Yudhoyono[2] . Hal ini tidak perlu didiskusikan, sebab ini adalah sebuah harapan/keinginan agar bangsa ini dalam berseni sekaligus kita dapat berbudaya yang baik. Budaya  yang dimaksud adalah budaya perilaku, hal ini sesuai pula dengan filosofi seni (etik, estetik, dan kebenaran).

Kenapa terdapat orientasi belajar yang demikian ? Salah satu alasannya adalah bahwa kita harus menolak budaya asing, atau seni asing yang buruk ? Ironisnya, sementara itu hampir sebagian besar tulisan ilmiah bidang studi  apapun mengutip sumber asing dan Barat yang sebenarnya berasal dari budaya asing/Barat juga. [3] 

Seni berorientasi budaya sendiri tidak salah. Namun dapat juga berakibat timbulnya orientasi seni ke seni masa lampau, sebab budaya yang dimaksud adalah hasil masa lalu. Perkataan bahwa seni itu harus kreatif, inovatif bahwa seni itu dapat membentuk anak didik menjadi kreatif --bahwa kita harus membangun industri seni kreatif -- bertolak belakang dengan seni yang berorientasi budaya masa lampau. 

Dengan orientasi seperti ini, tidak lain bermaksud hanya untuk mereproduksi seni masa lampau, mengulangi apa yang telah ada. Seperti seorang "pengrajin" yang mengulangi membuat "periuk" atau "belanga" yang sama. Pengukir, mengulangi membuat ukiran yang sama, demikian juga pembatik, penyanyi, penari, dramawan dan seterusnya. Ketakutan bahwa budaya lama itu akan musnah, sebenarnya mirip dengan hal yang terjadi dalam sejarah seni. 

Konsep seni berbasis budaya ini adalah konsep yang mirip dengan "Gerakan Seni dan Kerajinan" (Art and Craft Movement) di Eropah pada abad ke 19, terutama di Inggris  yang dipelopori oleh William Morris. Hal ini adalah dampak dari "revolusi Industri, dimana orang Inggris merasa budayanya akan rusak dan hilang dengan adanya produk industri yang bersifat massal. Pertanyaan mereka adalah "dimana letak ciri khas atau budaya  Inggris atau Perancis" itu jika barang yang dihasilkan itu mirip di mana-mana?" Untuk masa kini, konsep seni berbasis budaya, mungkin juga mirip dengan konsep seni post moderen, (Posmo), dimana orientasi seni di arahkan ke seni lokal, historis, ekliktis sebagai  cara untuk menyatakan eksistensi diri melawan arus globalisasi.

Sambungan 

Harus dipahami bahwa seni itu sendiri sebenarnya mencerminkan budaya pembuatnya/pelakunya. Sebab tidak mungkin seni tanpa mencerminkan  kebudayaan pembuatnya yang  justru secara intrinsik ada di dalamnya, kecuali jika seni itu dibuat oleh robot. Secara teoritis, seni berbasis budaya maka karakter budaya itu dapat dilihat dari ekspresi karya budayanya (culture expression). Ekspresi budaya itu bisa dilihat dari ciri-ciri karyanya.

Jadi kalau kita berseni lukis dengan teknik yang berasal dari budaya barat  seperti cat minyak, konte, fresko, akrilik dan sebagainya)  hasilnya bukanlah ekspresi budaya Barat. Hasilnya adalah cerminan pikiran kita sendiri juga sebagai pelaku seni (termasuk pikiran anak-anak jika dia melakukan kegiatan seni Indonesia yang berbudaya Indonesia). 

Yang dihindari justru kita meniru mentah-mentah hasil ekspresi seni budaya barat yang sudah ada. Orentasi seni ke seni masa lalu (budaya Indonesia) memang baik untuk menghargai produk budaya masa lalu dengan mempelajari ekspresi budaya kita. Untuk artefak budaya, adalah tugas permuseuman untuk menyediakan sarananya, sebagai tempat belajar anak-anak sekarang untuk mempelajari hasil ekspresi budaya bangsa kita di masa lalu. Namun, justru hal ini yang kurang. Misalnya jika kita ingin belajar tentang lukisan Wakidi, atau karya-karya seniman lokal, adakah tersedia atau disediakan oleh museum daerah kita ? Yang ada hanya museum antropologi. Memang ada museum seni tetapi itu hanya untuk penduduk Jakarta (Museum Seni Nasional maksudnya).

Contoh lain, sekarang ada kecendrungan anak-anak muda Indonesia menyenangi musik pop dan filem Korea? Apakah itu berarti bahwa seni korea dibawakan dengan corak tradisi budaya Korea? Ternyata tidak, musik korea baru itu ternyata dimainkan dengan cara pengetahuan musik barat klasik dan modern, hanya bahasanya yang berbahasa Korea. Dan anak-anak-anak remaja asia tenggara umumnya menyenangi dan memberi pengaruh yang tidak kecil kepada mereka. Hal ini sangat fenomenal, karena generasi sebelumnya terutama berorientasi kepada karya-karya musik pop dari Amerika dan Eropah. Orientasi semacam ini sekarang melemah dan temporal.

Harus dipahami bahwa lingkup kebudayaan itu sangatlah luas karena budaya itu sebenarnya juga termasuk teknologi, sastra dan bahasa, filsafat, ilmu sosial dan juga bahasa-bahasa di dunia.  Wilayah yang mencakup   budaya  seperti yurisprudensi, perbandingan agama dan etika termasuk di antara dokumen-dokumen standar lainnya di dalam kebudayaan.

Selanjutnya, jika kita mempelajari  seni dan budaya, maka umumnya akan saling terkait melalui sejarah sosial, budaya tertentu, kritik dan estetika. Dari masalah-masalah yang dikemukakan di atas maka uraian ini, dengan topik seni berdasarkan budaya, sengaja membatasi kajian seni ini khususnya dibidang seni rupa.

Sebagaimana disebutkan dalam PP No. 19 Th 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa muatan seni budaya tidak hanya ada dalam satu mata pelajaran sebab budaya meliputi segala aspek kehidupan. Mata pelajaran seni budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Namun demikian interpretasi tentang hal ini bisa saja berlainan. Yang dimaksud dengan budaya itu meliputi beragam seni budaya mulai dari lokal sampai nasional dan mancanegara seperti budaya nusantara, Asia dan barat modern.Dalam mempelajari seni yang terkait dengan budaya kita dapat melihat ada empat kategori standar yang ada di dalam kegiatan itu yaitu berikut ini.[4]
  1. Aspek Produksi, Peragaan dan Penampilan Seni ( sebab setiap budaya apapun pasti memiliki aspek yang disebutkan ini)
  2. Seni dan kaitannya dengan Budaya, Sejarah dan Sosial (seni selalu ada kaitannya dengan sejarah sosial dan budaya)
  3. Respon Kritik terhadap Seni ( dalam menginterpretasikan seni budaya apapun akan melihatnya secara kritis), melihat secara kritis atau kritik adalah respon budaya)
  4. Respon Estetik terhadap Seni (dalam menginterpretasikan seni, budaya tertentu selalu terkait dengan penghargaan/apresiasi dan rasa estetik)
Standar Akademik untuk Seni dan  budaya  menentukan rencana isi instruksional yang  menguntungkan dan  terukur bagi semua siswa dalam pengetahuan dan keterampilan, berikutya  memberikan dasar pembelajaran untuk studi lanjutan di bidang seni. Kesatuan tema dalam produksi seni, sejarah, kritik,  dan estetika adalah umum untuk setiap bidang studi dalam Standar Akademik dalam Seni dan Budaya. Dalam pendidikan standar seni ini dijelaskan sebagai berikut ini.
  1. Pendidikan Tari  adalah seni bentuk gerak yang memenuhi kebutuhan manusia untuk menanggapi pengalaman hidup melalui gerak fisik.
  2. Pendidikan Musik adalah bentuk seni aural yang memenuhi kebutuhan manusia untuk menanggapi pengalaman hidup melalui menyanyi, mendengarkan dan/ atau bermain alat musik.
  3. Pendidikan Teater adalah sebuah bentuk seni interdisipliner yang memenuhi kebutuhan manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui teks tertulis, penafsiran dramatis dan produksi multimedia.
  4. Pendidikan Seni Visual merupakan bentuk seni spasial yang memenuhi kebutuhan manusia untuk menanggapi pengalaman hidup melalui gambar, struktur dan kerja taktil.
  5. Pendidikan  Budaya  adalah pemahaman atas capaian dan integrasi pemikiran manusia.
A. Inti Pembelajaran Seni dan Budaya
Pengetahuan standar akademik untuk seni dan  budaya menggabungkan dan mengembangkan beberapa komponen yang terintegrasi seperti berikut ini.
1.      Penerapan keterampilan pemecahan masalah (problem solving)
2.     Praktik ekstensif  dalam pemahaman sistem dasar simbol  dan konsep-konsep abstrak dari seni dan budaya
3.      Penerapan keterampilan teknis dalam  karya produksi praktis
4.      Pemahaman dan penerapan proses kreatif
5.      Pengembangan dan praktek keterampilan berpikir kreatif
6.      Pengembangan keterampilan komunikasi verbal dan nonverbal

Standar ini memberikan  arahan penting untuk tujuan dan kesuksesan siswa /mahasiswa dalam belajar di bidang seni dan Budaya.  Seni mewakili kapasitas masyarakat untuk mengintegrasikan pengalaman manusia dengan kreativitas individu. Studi komprehensif seni memberikan kesempatan bagi semua siswa untuk mengamati, merefleksikan dan berpartisipasi baik di bidang seni budayanya  dan budaya orang lain.

Studi berurutan di bidang seni dan humaniora memberikan pengetahuan dan keterampilan analitis yang diperlukan untuk mengevaluasi dan analisis/secara kritis terhadap budaya. Pendidikan seni memberikan kontribusi bagi pengembangan warga negara yang produktif yang telah mendapatkan pengetahuan kreatif dan teknologi yang diperlukan untuk pekerjaan di abad ke-21 dan seterusnya.

Untuk menegaskan perbedaan dan persamaan antara  seni dan budaya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel Perbedaan dan persamaan antara Seni dan Budaya dan aplikasinya pada pembelajaran di sekolah

Seni  dan  Budaya sebagai Proses belajar disekolah
1.Tujuan pembelajaran
Produk seni adalah tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan/ pembelajaran, seni bukanlah sebuah ideologi/ paham, tetapi lebih bersifat teknis, ekspresif,  estetis  dan ditampilkan dalam (rupa, musik, drama/teater, sastra dan sebagainya). Dalam bidang pendidikan, seni dipakai sebagai alat kreatif, apresiatif, dan estetik
Tujuan pembelajaran budaya  tidak  selalu dijamin dapat dicapai di sekolah, karena  lebih bersifat pengenalan budaya tertentu untuk dipedomani oleh anak didik. Belajar budaya tertentu tidak otomatis mengubah budaya yang dimilikinya. Pendidikan budaya yang bermakna adalah dari lingkungan anak didik
2. Bahan Ajar
Seni merupakan kumpulan materi/isi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa/peserta didik (orientasi isi)
Budaya adalah merupakan  kumpulan materi/isi pelajaran yang akan diberikan kepada siswa/peserta didik,  tetapi lebih bersifat pengenalan/ dan atau apresiasi
3. Pengalaman Belajar
Seni menciptakan-situasi yang lebih konkret kepada peserta didik. orientasi proses. Hasil seni tidak selalu ditanggapi pro dan kontra,  tetapi dalam bentuk apresiasi atau   non-apresiatif
Pengalaman belajar budaya tertentu tidak selalu menciptakan-situasi yang lebih konkret kepada peserta didik., situasi kongkret hanya dapat dirasakan dari pengalaman langsung. Reaksi terhadap budaya itu bisa pro dan kontra. Pikiran klise/streotip selalu mengganggap budaya asing / luar itu buruk dan budaya sendiri selalu baik.
4. Rencana Pembelajaran
Seni adalah sejumlah aktifitas-aktifitas yang tersusun secara terstruktur dalam   pembelajaran baik tertulis atau tidak untuk diimplementasikan (rupa, suara, gerak, drama)
Rencana pembelajaran budaya  dapat tersusun secara terstruktur, tetapi bersifat apresiasi kepada budaya tertentu. Rencana pembelajaran bukanlah agar terjadi perubahan drastis  budaya anak didik.
5. Bidang Studi
Seni adalah sebuah  pengetahuan, kegiatan,  ketrampilan dan ilmu yang merupakan hasil temuan, inovasi  (pembaharuan) dan terus mengalami perkembangan
Budaya bukanlah sebuah ketrampilan, namun adalah  ilmu pengetahuan tentang aspirasi keseluruhan kemanusiaan (humanities), untuk dilaksanakan dan selalu ada reduksi dan seleksi, serta perkembangan
6. Sistem
Seni  bukanlah bagian dari subsistem dari keseluruhan sistem  sekolah, hanya muncul jika direncanakan, digiatkan  dan diperagakan
Budaya  adalah bagian  dari subsistem dari keseluruhan sistem  kehidupan manusia (general) yang langsung dirasakan dalam kehidupan sehari-hari


B. Motif-motif dibalik Tafsiran Seni Melalui Ragam Bu­daya

Perbedaan-perbedaan motivasi seni dapat mengakibatkan perbedaan pendapat tentang fungsi seni, pengertian seni dan klasifikasi seni. Misalnya fungsi seni dan pengertian seni dalam konteks pendidikan akan lain lagi. Contoh di bawah ini memperlihatkan hal itu.

Motivasi Sosial, Politik dan Ekonomi: Seni dalam Masyarakat

Bambang Sugiharto (2004) mengatakan bahwa seni adalah fenomena yang kompleks. Batasan atau maknanya ditentukan oleh beberapa faktor, seperti kurator, kritikus, pasar, pranata-pranata, paradigma akademis, kosmologi kultural, perubahan zaman, aliran filsafat dan seba¬gainya.  Seni memiliki konsep majemuk, dinamis, bergerak bebas dan mampu mengakomodasi berbagai kecenderungan-kecendrungan motivasi individual yang khas. Seni tidak lagi patuh pada klasifikasi historis dalam penciptaan karya seni secara kronologis, maupun klasifikasi seni berdasarkan aliran seni tertentu. Konsep seni terus berkembang sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan kehidupan masyarakat yang dinamis. 

Motivasi Estetik : lihat pendapat yang dimotivasi oleh estetik berikut ini.
  • Sebagai produk, seni rupa merupakan karya yang objektif yang dapat memberikan  rasa keindahan
  • Sebagai proses atau kegiatan, seni rupa itu mencakup kegiatan seperti menggambar, melukis, mematung, meracang bangunan dan menggunakan kamera untuk menciptakan karya-karya mengesankan. 
  • Herbert Read (1951) mengatakan bahwa ‘seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan’. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan.
Motif Komunikasi: lihat pendapat yang dimotivasi oleh komunikasi berikut ini
  • Seni sebagai kemahiran atau kemampuan dimaknai merupakan kecakapan manusia membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapai sesuatu tujuan yang ditentukan oleh rasio/logika atau gagasan tertentu. 
  •  Seni adalah ekspesi jiwa manusia yang tertuang dalam berbagai bentuk karya seni. Refleksi kehidupan manusia dituangkan melalui media seni dalam bentuk karya seni. 
  • Semua cabang seni memiliki nilai yang dapat ditransformasikan dalam kehidupan sehari-hari. Atau sebaliknya, di dalam seni terdapat simbol-simbol kehidupan yang memiliki makna mendalam tentang hakikat hidup.
  • Seni rupa dengan berbagai media visual memiliki gaya dan aliran (konsep) yang beragam.Aktivitas berkesenian sebenarnya secara tidak disadari dilakukan manusia dari waktu ke waktu dan dalam bentuk kegiatan apapun.
  • Leo Tolstoy mengatakan bahwa seni merupakan kegiatan sadar manusia dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu untuk menyampaikan perasaan yang telah dihayatinya kepada orang lain, sehingga orang lain yang menghayati karyanya kejangkitan perasaan yang sama dan juga mengalaminya
  • Suzanne K. Langer (1974) mendefinisikan seni sebagai simbol dari perasaan. Seni merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan manusia. Bentuk-bentuk simbolis yang mengalami transformasi yang merupakan universalisasi dari pengalaman’.
Motivasi Pendidikan dan Pembelajaran
  • Menurut Pestalozzi (Johann Heinrich Pestalozzi,1746-1827) melalui kegiatan menggambar, anak-anak dapat mengembangkan kemampuan pengamatannya menjadi kritis dan tajam. Kemampuan ini dianggap penting bagi pengembangan penalaran, sains dan teknologi.
  • Herbert Read (1893-1968) dalam bukunya “Education Through Art” secara fisiologis mengatakan, bahwa seni dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.
  • John Dewey, (1859-1952) dalam bukunya  Art As Experience (1934: 22) mengatakan bahwa pengalaman estetik menggambarkan sejenis pengalaman yang spesial karena terjadinya sentuhan dengan gejala keindahan yang ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, cita rasa dan konteks budaya. Bahkan etika-estetik itu penting, karena semua manusia dapat menghargai yang baik dan menarik .
Daftar dari contoh-contoh fungsi seni bermotivasi tidak terbatas. Daftar ini dapat Anda buat sendiri dengan bebas dengan mengutip berbagai buku dan cara pandang serta motivasi yang tersembunyi dalam mengemukakan fungsi seni. Mendefinisikan seni seperti di atas, dapat dianalisis dan dipikirkan kembali untuk mengetahui apa motif-motif di belakang kegiatan seni itu. Jika hal ini sudah diketahui, pengetahuan ini hanya penting untuk pemahaman bukan untuk praktik seni.


D. Riset Deskriptif sederhana untuk Produksi dan Kegiatan Seni berdasar Ekspresi Budaya

Bagian ini sangat penting dalam rangka pengembangan seni dan budaya sebab reproduksi adalah pengulangan, penerusan, konservasi atau mempertahankan tradisi dan budaya dalam berseni, dan  atau untuk pengembangannya menjadi seni modern. Seni dan budaya apa yang akan dipertahankan tidak menjadi masalah, bisa seni lokal, na­sional atau seni mancanegara. Gaya seniman mana yang akan dikem­bangkan juga tidak dipersoalkan, yang penting memahami dan mem­pelajari ciri-ciri karyanya. Butir-butir pembelajaran itu adalah berikut ini.
  1. Mengidentifikasi ciri-ciri sebuah karya melalui  berkarya atau pameran  (misalnya, mengindentifikasi ciri karya Picasso pada pameran lukisan mahasiswa berdasarkan studi dari karya  Picasso oleh siswa/mahasiswa itu).
  2.  Menjelaskan adanya ciri-ciri karya ter­tentu melalui pameran yang dilihat, misalnya pada karya lukisan dan pada karya poster.
  3. Menjelaskan  adanya ciri-ciri karya tokoh tertentu  pada setiap bentuk seni melalui karya tulis seperti dari buku, katalog atau kritik seni.
  4. Menganalisis karya seni dari peristiwa sejarah dan budaya tertentu.


Mengidentifikasi Ciri-Ciri Sebuah Karya

Arti Mengidentifikasi

Mengidentifikasi berasal dari kata Identifikasi yang berarti Tanda kenal diri, bukti dari penentu atau penetapan identitas seseorang sehingga Mengidentifikasi memiliki arti upaya menentukan atau menetapkan identitas seseorang.
  
Tujuan: Mampu mengidentifikasi sebuah karya seni, mampu menjelaskan keunikannya.

Manfaat: Dapat memahami elemen-elemen dan identifikasi sebuah karya untuk dapat dikembangkan lagi secara kreatif. 


Contoh 1. Mempelajari karakteristik eskpresi seni zaman Renaisan Awal di Eropah


















Lukisan Asli 


















Gambar Analisis Perspektif      dan     Analisis kesan 3 dimensi

















Gambar     Analisis Latar Depan   dan Analisis Latar Belakang
















Contoh Analisis Warna



















Contoh Analisis Komposisi Sebuah Lukisan





























Contoh Analisis Warna

 Kesimpulan
Kesimpulan beberapa ciri normatif lukisan zaman Renaisan Awal
1) Komposisi geometris
2) Objek dengan latar belakang dinding atau pigura
3) Objek berada dalam ruang yg gelap/cahaya redup Perhatian thd cahaya dan bayangan
4) Tidak atau belum ada perspektif
5) Mulai adanya perhatian terhadap anatomi manusia nyata
6) Ide lukisan mitos klassik Yunani, agama Kristen, dan astrologi
7) Teknik utama fresko dan tempera, belum ada cat minyak
8) Warna monokrom, terdiri dari dua atau tiga macam warna (putih-hijau-coklat atau biru, merah, putih, hijau).


Contoh 2. Mempelajari karakteristik seni lukis
                 Impresionisme
Konsep dasar

Seniman impresionisme pada awalnya terinspirasi oleh teori-teori Eugene Delacroix yang mulai merasakan ketidakpuasan terhadap perkembangan seni akademis pada masa itu yang terlalu berkonsentrasi kepada mahzab seni lukis klasik. Ia berpendapat bahwa lukisan tidak selamanya dibentuk dengan pengolahan garis secara berlebihan seperti dikembangkan oleh Ingres selama bertahun-tahun. Sebaliknya pengolahan bidang-bidang warna dengan penuh perhitungan akan menghasilkan bentuk lukisan yang tidak kalah menariknya.

Namun Delacroix sendiri bisa dianggap gagal melepaskan diri dari pengaruh pakem seni lukis akademi karena bagaimanapun lukisannya sendiri masih berkonsentrasi pada bentuk-bentuk secara ideal.

Kemudian beberapa pelukis secara radikal melanggar aturan-aturan akademis dalam pembuatan lukisan. Lukisan ini tidak lagi berkonsentrasi pada bentuk secara mendetail dengan mementingkan kontur, volume, dan garis. Juga meninggalkan pengamatan struktural bentuk suatu objek. Sebaliknya, suasana didapatkan dengan menangkap kesan (impresi) cahaya yang ditangkap sekilas oleh mata. Akibatnya bentuk objek menjadi lebih sederhana, tidak seperti lukisan naturalisme atau realisme.

Ciri Khas Lukisan Impresionisme
  1. Goresan kuas pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya.
  2. Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan. Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina.
  3. Bayangan dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak digunakan sebagai bayangan).
  4. Cat tidak ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.
  5. Pengolahan sifat transparansi cat dihindari.
  6. Meneliti sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian diterapkan di dalam lukisan.
  7. Dikerjakan di luar ruangan (en plein air)
  8. Ciri ini juga bisa ditemui di gaya seni lain, tetapi hanya impresionisme-lah yang memiliki ciri tersebut secara keseluruhan dibuat dengan sengaja.


E. Berkreasi melalui hasil budaya Lama dengan
    Mempelajari Ciri-Cirinya


  
Seni Aborigin Australia:  sumber http://en.wikipedia.org/wiki/Indigenous_Australian_art
Beberapa Ciri seni aborigin Australia
  1. Menggunakan dua elemen utama yaitu titik dan garis
  2. Bersifat datar dan dekoratif, tidak  mengesankan adanya ruang atau menggambarkan ruang
  3. Menggunakan bahan warna pigmen alam:  hitam, coklat,  putih dan merah
  4. Lukisan aborigin sering disebut lukisan “dot” atau titik
  5. Jika menggambarkan figur manusia tidak realistis, cendrung abstrak
  6. Beberapa media lukisan yan terkenal, lukisan di batu (lukisan gua batu), lukisan di atas  pasir, batu dan tubuh manusia, kerang dan sebagainya
1. Contoh pembelajaran: Lukisan modern dengan ciri
    karya Aborigin Australia
Seniman-seniman masyarakat asli Australia mulai menggunakan bahan  baru seperti  cat minyak, melukis di atas kanvas. Mereka (seniman-seniman modern Australia) mempelajari ciri-ciri lukisan titik (dot), dan menerapkannya pada lukisan mereka yang baru, dan tentu saja dengan warna yang lebih kaya.

Beberapa contoh di bawah ini memperlihatkan hal itu.
Hasil karya seni baru yang bercorak seni Aborigin Australia



2. Contoh Prosedur Pembelajaran
Pelajaran Pertama: Riset Deskriftif Sederhana : studi sejarah, konsep, teori dari produk budaya, studi simbol, makna dan Tujuan Seni (manual untuk guru)

Tujuan: Memahami ciri khas lukisan yang dihasilkan oleh budaya tertentu (bisa lokal, Nasional dan Mancanegara).

Kenalkan sejarah seni, karena semua seni telah ada sebelum seni yang ada hari ini. Seni diyakini telah ada dan seni berawal dari lukisan di dinding gua. Para seniman ini menggunakan cat primitif buatan sendiri dan pensil untuk membuat gambar yang dapat mengkomunikasikan  ide tertentu diantara mereka satu sama lain.

Tampilkan poster lukisan gua batu kuno, misalnya lukisan Lascaux Perancis. Ini adalah gambar yang ditemukan pada dinding di sebuah gua di Lascaux, Prancis. Lukisan ini diyakini adalah model lukisan gua tertua yang pernah ditemukan. Jadi jika Anda membuat sebuah garis waktu sejarah seni, ini adalah apa yang ada di awal kehidupan manusia dan juga seni.

Apa jenis bahan yang dipakai menurut oleh seniman primitif itu (diskusikan). Apa jenis objek yang akan mereka lukis? (Hal-hal yang ada saaat itu di dunia mereka).

  1. Gaya seni: Di bagian dunia yang lain, sebagian seni kemudian berevolusi ke gaya yang berbeda-beda, namun pada dasarnya ada saja orang-orang primitif yang membuat karya seni seperti itu (gaya lukisan gua batu). 
  2. Fungsi Seni, dan atau motivasinya: Jika Anda pernah melihat majalah National Geographic, Anda akan tahu bahwa ada, bahkan hari ini, masih ada kebudayaan primitif itu. Misalnya seni orang-orang pribumi yang dikenal sebagai suku Aborigin di Australia. Beberapa suku Aborigin yang hidup hari ini di Australia, berperlilaku seperti nenek moyang mereka ribuan tahun lalu. 
  3. Simbol dan Makna: Seperti pelukis gua di zaman dulu, Suku aborigin ini memakai seni sebagai alat untuk berkomunikasi diantara mereka. Misalnya, mereka menggunakan seni sebagai cara untuk menceritakan sebuah kisah, "dongeng." Mimpi” itu adalah cerita rakyat dan atau mitos suku aborigin. Mitos inilah  yang mengajarkan atau menjelaskan mengapa sesuatu itu terjadi kepada anak cucunya, dan kenapa mereka harus berpikir dan melakukan cara hidup seperti itu. 
  4. Ciri lukisan: Seni aborigin Australia memang memiliki beberapa ciri yang mungkin berbeda dengan ciri lukisan yang sama di tempat lain. Lukisan aborigin Australia suka memilih hewan sebagai subyek matter lukisan, mirip seperti apa yang dilakukan para pelukis gua primitif zaman lampau. 
  5. Desain Lukisan: Karya ini sangat rumit, karena menggabungkan bentuk luar hewan yang sederhana yang bersifat linear (kegarisan) dan bagian dalamnya yang diisi dengan  elemen “silang dan titik” yang rumit dari desain garis. Kadang-kadang struktur tulang atau anak binatang ditemukan di dalam lukisan itu.
  6. Bahan dan Alat: Para seniman Aborigin sering menghabiskan banyak waktu untuk merawat dan menghias kulit mereka dengan  palet dan kuas, hal ini tentu berbeda dengan pengertian melukis sebagaimana pengertian sekarang.  Mereka menggunakan pigmen dasar yang berasal dari tanah liat dengan warna-warna merah, hitam, kuning dan putih. Warna ini dikumpulkan dari berbagai tempat, kemudian digiling menjadi bubuk halus. Kemudian, bubuk ini dicampur dengan sejumlah zat pengikat (fiksatif), seperti lilin lebah, madu, cairan umbi anggrek atau kuning telur, campuran ini tergantung pada efek yang diinginkan mereka. 
  7. Kuas yang dipakai juga sederhana. Sebagian besar kuas adalah strip dari kulit kayu atau ranting yang lentur. Ujung ranting umumnya dikunyah untuk membuat ujung ranting itu berbulu. Seniman akan menggunakan beberapa bentuk kuas yang berbeda untuk satu lukisan. 
  8. Objek Lukisan: Kita juga dapat menciptakan sebuah versi lain dari lukisan kulit kayu Aborigin. Misalnya Anda dapat memilih jenis hewan tertentu untuk dilukis. Kemudian kembangkan efek  dekoratif, garis-garis atau titik, yang akan membentuk struktur tulang bagian dalam hewan. Atau Anda mungkin ingin menambahkan anak hewan di dalamnya. Anda harus mempelajari ciri lukisan aborigin, membuat kontur abjek untuk mengikat kesatuan di antara bagian-bagian dari lukisan itu. 
  9. Gagasan baru, konsep lukisan: Dalam gambar sketsa pendahuluan. Anda dapat membuat rancangan lukisan yang baru terlebih dahulu. Anda mungkin ingin berlatih melukiskan binatang dengan cara yang berbeda sesuai dengan keinginan, sehingga dapat diperoleh berbagai rancangan lukisan yang baru. Kemudian terapkan/praktikkan  gaya seni aborigin Australia ini yang cirinya membentuk objek dari garis dan titik, kita dapat mulai belajar dengan mencontoh. Latihan yang berkesinambungan  akan menghasilkan karya yang memiliki ciri karya aborigin Austraia itu.

Sebagai seorang yang baru belajar, siswa dapat membaca salah satu mitos dari masyarakat aborigin Australia itu

Pelajaran Kedua : Riset Sederhana Normatif, Pengembangan komposisi, Teknik dan Media
Mempelajari seni aborigin Australia tetapi tidak menggunakan cat asli, menggunakan cat tempera atau bahan yang lebih baru/ modern.




Hasil karya seni baru dari seni rupa anak (hasil pembelajaran) yang bercorak seni Aborigin Australia




Hasil karya seni baru yang bercorak seni Bali, diutarakan dengan teknik melukis cara baru

Hasil karya seni baru yang bukan bercorak seni Bali, sebab diutarakan dengan teknik melukis realisme, dengan tema Gadis  Bali

Pelajaran Ketiga: Umpan Balik dari Studi Seni melalui Respon Kritik, Respon Estetik dan atau Pengembangan Pemahaman dan Apresiasi

Melanjutkan berkarya, jika perlu, untuk hari ketiga. Melakukan kritik kelas misalnya dengan pertanyaan berikut ini.

  1. Apa yang ditampilkan pada karya seni seseorang? Artinya,    bagaimana ciri-ciri karyanya,  apakah ada kemiripan dengan karya yang seni dan budaya yang dipelajari (aspek deskripsi, dan eksplanasi/ penjelasan)
  2. Apa saya suka tentang pekerjaan saya? Karya mana yang paling disukai (aspek respon estetik) 
  3. Apa yang unik atau berbeda yang dilakukan dalam seni itu? (pembedaan dan apresiasi)
  4. Apa komentar  orang lain terhadap karya saya saya? (aspek respon kritik) 

Catatan:  kalau semua pertanyaan dan jawaban dituliskan di secarik kertas

Evaluasi Guru
  1. Dalam mempelajari karakteristik seni suku aborigin Australia, apakah siswa dapat mengidentifikasi karakteristik seni primitif yang dimaksud? (Kemampuan pemahaman)
  2. Apakah siswa berpartisipasi dalam kritik kelas? (kemampuan sikap)
  3. Apakah karya seni siswa berisi ciri khas seni aborigin seperti menggambarkan binatang? (kemampuan ketrampilan)
  4. Apakah ada garis kontur dan detail seperti gaya gaya seni suku Aborigin? (Peragaan dan tampilan)
Sumber Referensi

Kegiatan belajar harus memiliki referensi yang lengkap, jadi guru/dosen harus memberikan literatur lengkap untuk pembelajaran sebagai bahan bacaan,  atau yang dicari oleh siswa/mahasiswa sendiri.

Sebagai tambahan bagi pembaca yang ingin mengembangkan halaman ini dapat juga mempelajari teori yang mencoba mendeskripsikan  tentang kaitan seni dengan dengan kebudayaan  dapat mempelajari dari literatur khusus, misalnya penekanannya kepada budaya Indonesia, dengan tekanan kepada sub-sub masalah tan topik sebagai berikut ini.

(1) Memahami tahapan bekerja dalam seni menurut budaya tertentu; 
(2) Memahami Gaya dan genre dalam seni tertentu; 
(3) Memahami perspektif sejarah dan budaya dalam Seni; 
(4) Memaham pengaruh sejarah dan budaya pada karya-karya seni tertentu
(5) Memahami pemakaian kosakata untuk seni dalam konteks sejarah dan budaya; 
(6) Memahami Wilayah geografis seni; 
(7) Memahami seniman lokal; 
(8) Memahami Keterkaitan filsafat yang mendasari karya seni berdasar budaya
(9) Memahami Perbedaan sejarah karya seni
(10) Memahami bagaimana Tradisi tertentu dalam karya seni; 
(11) Memahami tema-tema umum  karya seni (berdasar budaya tertentu)
Sumber asli: Academic Standards for the Arts and Humanities, Pennsylvania Department of Education, p.1-11

Model Pengembangan di Australia

Diantaranya tdalah Tumbuhnya Industri Parawisata dan atau Industri Seni. Diantara pengembangan adalah kreasi baru seni yang  berangkat dari budaya lokal, antara lain pengembangan gallery-gallery seni yang menampilkan hasil seni lokal.








Model Pengembangan di Amerika

Di Amerika seni etnik seperti seni dan budaya Indian dipelajari untuk menghasilkan jenis seni baru, diantaranya adalah beberapa contoh di bawah ini.





Sumber: Majalah Southwest Art, Amerika, 1995











Catatan Kaki
[1] KTSP, 1976. Lih.
[2] Pendidikan seni berbasis budaya: lih. http://mgmpseni.wordpress.com/page/8/
[3] Pendidikan seni berbasis budaya: lih. http://mgmpseni.wordpress.com/page/8/
[4] Lihat Academic Standards for the Arts and Humanities (standar pendidikan seni dan budaya)  dari http://www.pdesas.org/Standard/StandardsDownloads
[5] Sumber  http://visualheritageblog.blogspot.com/2011/09/memahami-seni-sebagai-refleksi-budaya.html